Mohon tunggu...
Julius Cesar Hassan
Julius Cesar Hassan Mohon Tunggu... profesional -

Highrise Building Architect from TU Berlin - Germany and Master in Development Management, from Asian Institute of Management, Manila - Phillippines. Married to Rieny Hutami AF, Father of three Children, Moslem, and I like very Much Reading, Travelling and Lecturing, Working as Consultant For People Skills Development by Consulting, Training In Door, as well as Out Door Activities. I am interested in Politics mainly analyzing the phenomenas of this current situation.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gus Dur, Guru Bangsa, Informal Leader dan Himbauan Presiden …..

2 Januari 2010   04:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:40 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_46954" align="alignleft" width="114" caption="Foto"][/caption] Ketika Gus Dur wafat sebagai pemimpin Informal, tokoh humanis, tokoh demokrasi, tokoh pluralisme, tokoh Islam, tokoh lintas agama dan tokoh Internasional, ketika itu pula kita secara sadar kehilangan seorang putra terbaiknya. Adalah janggal sekali, jika melihat betapa kerumunan masa yang bersimpati, dan merasa kehilangan dengan wafatnya Guru Bangsa Gus Dur, dan ditambah lagi himbauan bpk presiden SBY agar, masyarakat menaikan bendera merah putih setengah tiang selama 7 hari, sebagai tanda bangsa ini sedang berkabung ..., Terlihat kebanyakan rumah-rumah warga di Jakarta dan kota - kota besar lainnya tak menaikkan bendera merah putih setengah tiang, apakah informasinya tidak sampai atukah sekedar enggan mematuhi himbauan presidennya ?,... Dapatkah kita menganalisis peristiwa ini sebagai INDIKATOR, ataupun sebuah HIPOTESIS, yang harus dibuktikan melalui penelitian lebih lanjut : 1. mengapa masyarakat di Ibu kota tidak mematuhi atau merespons, himbauan presidennya ?...., 2. Benarkah ada kesenjangan penghayatan , antara masyarakat di kota - kota besar dan pemimpinnya, mengenai makna simbolis dari sang dwiwarna merah putih, sebagai salah satu identitas bangsa,....atau lebih mendasar lagi, 3. Apakah kebanyakan pemimpin kita hanya memiliki legitimate power saja,?.... Hal inilah yang telah dibuktikan oleh almarhum Gus Dur, seorang guru bangsa yang dicintai dan dihormati bukan karena memiliki legitimate power, melainkan guru Bangsa dan informal leader yang pengaruhnya merasuk kedalam benak begitu banyak orang karena ia adalah sosok yang punya komitmen tinggi terhadap apa yang ia yakini. Memperlakukan orang dengan kesetaraan yang hanya bersandar pada humanisme dan lebih hebat lagi, tidak pernah takut menampilkannya ke kahlayak, walau itu harus punya konsekwensi berat. Ya, berat untuk mereka yang bersibuk diri dengan atribut-atribut yang lekat dengan kepemimpinannya, tetapi untuk almarhum ?, Lengser,... ga apa-apa, cuma jabatan saja... gitu aja kok repot.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun