"Pemikiran kamu ini salah banget lho! jawabku dengan nada tegas.
"Salahnya di mana sih jul?"
"Salahnya, kamu itu terlalu bucin dalam menjalani hubungan. Cinta boleh, tapi gak usah sampai berlebihan kayak gitu ah! Coba deh, kamu ingat-ingat, apa aja pengorbanan yang dia lakuin untuk kamu?"
"Pengorbanan yang selama ini dia lakuin ke aku itu, ya selalu antar dan jemput aku dari tempat kerja dan juga kampus."
"Terus nih, misalkan kamu suatu saat nanti putus sama dia, apa kamu akan cari cowok lagi buat bisa antar jemput kamu tiap hari dari tempat kerja dan juga kampus?"
"Iya pasti aku cari yang baru dong. Malu ah sama temen-temenku, kalau aku yang biasanya diantar jemput, sekarang gak lagi karena udah gak punya cowok."
"Mau sampai kapan , gengsi dalam diri kamu tetap kamu pertahankan? Kamu harus ingat satu hal, kalau kita gak bisa menjamin hidup sama pasangan itu sampai kapan. Entah nanti Tuhan panggil dia duluan, atau kita yang Tuhan panggil duluan.
Jadi, sebelum waktunya terlambat, coba deh kamu belajar menjadi wanita mandiri. Biar kedepannya, kamu enggak harus lagi bergantung sama pasangan kalau mau kemana-mana. Terus, kamu juga harus bisa berpenghasilan sendiri, manakala pasanganmu kelak tidak bisa menafkahimu lagi.Â
Dan juga, kamu harus bisa kuat menjalani kehidupanmu sendiri secara keseluruhan, jika nanti kamu dan pasanganmu tidak lagi bersama. Oh iya, selain pengorbanan yang dia lakuin ke kamu, aku mau tanya lagi nih, tentang pengorbanan apa yang udah kamu lakuin ke dia?"
"Setahun kita pacaran, dia pernah minta sesuatu yang diluar kemampuan dan akal sehatku."
"Terus kamu turutin keinginannya dia?"