Mohon tunggu...
Julita lita
Julita lita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Lampung

Merupakan salah satu mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Inovasi Daur Ulang: Limbah Bungkus dan Puntung Rokok Menjadi Kertas Ramah Lingkungan, di SD Immanuel Bandar Lampung

3 Desember 2024   15:20 Diperbarui: 3 Desember 2024   15:40 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecil-kecil cabe rawit, pepatah yang mungkin pas disematkan pada sampah puntung rokok. Ukurannya kecil, sering diremehkan, dibuang sembarangan, tapi siapa sangka levelnya termasuk limbah B3 (bahan beracun berbahaya). Ini jadi pekerjaan rumah lain Indonesia di peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Mengutip data The Global Adult Tobacco Survey 2011 yang dilakukan WHO, sekitar 116 juta batang rokok dihisap setiap hari di Indonesia. Itu artinya 116 juta puntung rokok dihasilkan dalam sehari dan menjadi sampah. Dengan catatan, itu data yang diambil 11 tahun lalu.

Data The Ocean Conservancy yang setiap tahun mensponsori International Coastal Cleanup (ICC), yakni kegiatan bersih-bersih badan air di seluruh dunia, juga menguatkan klaim itu. Dalam 25 tahun terakhir, relawan ICC mengumpulkan sekitar 53 juta puntung rokok. Sebanyak 33.760 batang puntung rokok terkumpul di perairan Indonesia hanya dalam satu event saja, The Beach and Beyond 2019.  (https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4978698/kerap-dibuang-sembarangan-sampah-puntung-rokok-ternyata-termasuk-limbah-b3) 

Puntung rokok menyumbang lebih dari 766 juta kilogram sampah beracun setiap tahun. Mereka juga merupakan salah satu sampah plastik yang paling sering dijumpai di pantai, membuat ekosistem laut lebih rentan terhadap kebocoran mikroplastik. Puntung rokok yang tidak dibuang dengan benar dapat terurai oleh faktor-faktor seperti sinar matahari dan kelembapan, sehingga melepaskan mikroplastik, logam berat, dan banyak bahan kimia lainnya yang berdampak pada kesehatan dan layanan ekosistem. Dalam keadaan tersebut filter rokok dapat pecah menjadi potongan plastik yang lebih kecil yang mengandung dan akhirnya mengeluarkan beberapa dari 7000 bahan kimia yang terkandung dalam sebatang rokok, banyak di antaranya beracun bagi lingkungan, dan setidaknya 50 diketahui karsinogen manusia. (https://citarumharum.jabarprov.go.id/puntung-rokok-kecil-berbahaya/)

Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, perlu diperkenalkan konsep pengelolaan dan daur ulang sampah sejak dini. Pendidikan lingkungan hidup dan pengelolaan sampah penting dilakukan agar generasi muda memahami pentingnya menjaga lingkungan. Pendekatan inovatif yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan kembali limbah, seperti puntung dan bungkus rokok, menjadi produk yang lebih baik dan ramah lingkungan. Solusi pengembangannya adalah dengan mendaur ulang sampah tersebut menjadi kertas ramah lingkungan. Proses ini tidak hanya membantu mengurangi limbah rokok, namun juga mendorong penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan mendorong inovasi untuk kelestarian lingkungan.

Pemanfaatan limbah rokok untuk menghasilkan kertas ramah lingkungan merupakan salah satu bentuk inovasi yang menarik. Limbah bungkus rokok dapat diolah kembali dari kertas dan serat untuk dijadikan bahan baku pembuatan kertas daur ulang. Proses ini melibatkan penguraian kertas menjadi serat dan mengubahnya menjadi kertas baru dengan cara ditekan dan dikeringkan (Hartono, 2018). Kertas yang dihasilkan dari proses daur ulang ini tidak hanya membantu mengurangi limbah kertas, namun juga mengurangi kebutuhan menebang pohon untuk menghasilkan kertas baru. Proses daur ulang berasal dari kertas bekas, kardus, punting dan bungkus rokok. Mulai dengan memotong kertas menjadi ukuran kecil, lalu merendam kertas hingga lunak dan dihancurkan hingga menjadi bubur kertas. Setelah itu, disaring dan dicetak di atas screen untuk mengurangi kadar airnya. Kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Hasil produk berupa notebook dan kertas dengan berbagai ukuran. (https://lpminstitut.com/2024/11/08/daur-ulang-kertas-untuk-masa-depan/)

Limbah rokok, yang sering dianggap remeh, ternyata menyimpan potensi besar untuk didaur ulang. Penelitian menunjukkan bahwa komponen utama rokok, seperti kertas pembungkus dan filter, dapat diubah menjadi kertas. Proses daur ulang ini tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga membuka peluang untuk menciptakan produk bernilai tambah.

Menurut kelompok kami, sosialisasi ini merupakan langkah penting dalam mendidik siswa tentang pentingnya daur ulang dan pengelolaan sampah. SD Immanuel Bandar Lampung dipilih sebagai tempat komunitas karena perannya sebagai lembaga pendidikan yang mencerdaskan generasi muda di era fashion dan budaya. Idenya, dengan berfokus pada siswa sekolah dasar, program ini dapat menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini. Program ini tidak hanya mengajarkan konsep pengelolaan sampah kepada siswa, namun juga melibatkan langsung mereka dalam proses kreatif mengubah sampah yang selama ini dianggap tidak berguna menjadi produk yang bernilai, yakni kertas ramah lingkungan. Pendekatan partisipatif dan interaktif ini bertujuan untuk memperkuat kepemilikan siswa terhadap lingkungan dan mendorong mereka berpikir kritis dan kreatif untuk mengatasi permasalahan lingkungan. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat dan merasakan daur ulang, kami berharap kegiatan ini dapat menciptakan pola pikir ramah lingkungan. Selain itu, sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kelompok akan perlunya inovasi dalam pengelolaan sampah di masa depan, khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan usaha kecil.

Dokumentasi Sosialisasi Pembuatan Kertas Ramah Lingkungan Di SD Immanuel Bandar Lampung (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Dokumentasi Sosialisasi Pembuatan Kertas Ramah Lingkungan Di SD Immanuel Bandar Lampung (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun