Mohon tunggu...
julio purba kencana
julio purba kencana Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya orang di persimpangan kiri jalan

kunjungi website pribadi penulis di fenestrapost.com website ini berisi tulisan-tulisan tentang anti radikalisme

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Usut Tuntas Bukan Hanya Kata-Kata Mutiara

5 Maret 2023   19:50 Diperbarui: 5 Maret 2023   19:53 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (foto: dokpri)

Keadilan adalah sebuah kata yang mudah kita ucapkan dan sering kita dengar. Namun keadilan itu sendiri seolah-olah hanya menjadi idealisme yang selalu dirindukan banyak orang. 

Setelah empat bulan pasca tragedi kanjuruhan yang menewaskan 134 orang (Kompas.com 22/10/2022). Bahkan sampai sekarang masih belum ada kemajuan yang signifikan dalam penyelidikan kasus tersebut. atau lebih tepatnya tidak ada pergerakan sama sekali dari pemerintah dan aparat kepolisian dalam mengusut tuntas tragedi kemanusian tersebut.

Kasus kemanusiaan tersebut seolah-olah sengaja dialihkan ke kasus-kasus yang lain demi melindungi oknum-oknum yang bertanggung jawab dalam kasus kemanusiaan itu. 

Akan tetapi, pemerintah seakan bungkam dengan permasalah yang terjadi. Di kota Malang sendiri. Penduduk serta aremania menolak lupa terhadap tragedi berdarah itu. Mereka secara rutin mengadakan demo dan orasi menuntut keadilan bagi korban-korban yang tidak bersalah  dan kehilangan nyawa secara mengenaskan. 

Bermacam cara telah mereka lakukan untuk menuntut keadilan, seperti ; berdemo, berorasi, dan memasang bener-bener yang bertuliskan USUT TUNTAS TRAGEDI 1/10/2022. 

Tulisan yang mewakili rasa ketertindasan dan protes akan ketidak adilan tersebut beredar di setiap sudut kota Malang. Namun sekali lagi aparat dan pemerintah seolah-olah menutup mata dan telinga akan permasalahan yang terjadi. Tidak ada tindakan atau proses yang lebih lanjut. 

Oknum-oknum yang seharusnya bertanggung jawab masih bebas-sebebasnya tanpa rasa bersalah dan pengadilan. Sungguh miris melihat keadaan negara ini dan para pemimpinnya. Katanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Namun mereka lebih mementingkan kekuasaan dan jabatanya ketimbang menegakan keadilan dan kebenaran. Memang hukum di negara ini kalau berkaitan dengan keadilan bagi rakyat kecil masih sangat sulit untuk diperoleh. Dan meskipun diperlakukan tidak adil masyarakat kecil atau wong cilik  hanya bisa diam tanpa mampu bersuara melawan ketidakadilan. Meskipun mereka bersuara, suara mereka seakan masih terlalu kecil untuk didengar oleh para penguasa yang gila harta tersebut.

Selain itu, media yang seharusnya menjadi sarana untuk membela wong cilik serta menegakan kebenaran. Malah menutup diri serapat-rapatnya di bawah kekuasaan. 

Media massa yang seharusnya menjadi tempat menyuarakan ketidakadilan. Malah menjadi tempat propaganda dan rekayasa persetujuan seperti yang dikatakan Noam Chomsky. 

Hilangnya tempat menyuarakan ketidakadilan bagi masyarakat kecil membuat keadilan menjadi semakin jauh untuk digapai. Dan pada akhirnya hanya dinding-dinding dan banner yang dapat mereka (wong cilik) percayai untuk menyuarakan ketidakadilan yang mereka dapat. 

Mungkin alasan media massa tidak lagi menyebarkan berita-berita tentang tragedi kemanusiaan tersebut karena kurang kontekstual. Akan tetapi pertanyaan saya apakah ketidakadilan dan panggilan untuk menegakkan kemanusiaan harus selalu memiliki kebaruan? Lalu jika demikian sampai kapan mereka yang kehilangan nyawanya di tragedi kanjuruhan itu mendapat keadilan?

Usut tuntas tragedi 1/10/2022 bukan hanya kata-kata Mutiara. Kata-kata itu merupakan representasi kemarahan dan suara perlawanan wong cilik  yang merasa ditindas dan diperkosa haknya. 

Usut tuntas seharusnya menjadi teguran untuk para penguasa dan aparat hukum supaya membuka mata dan hati nurani mereka tentang keadilan dan nyawa korban yang mati sia-sia di tragedi itu. Tulisan kritik ini merupakan surat terbuka bagi siapapun yang masih memiliki hati nurani supaya mengusut tuntas kasus kemanusiaan tersebut.

Akan tetapi, sekali lagi tulisan ini mungkin hanya akan dianggap angin lalu karena tidak memiliki nilai jual di dalamnya. Tulisan ini hanya berisi suara pembelaan kepada rakyat kecil dan bukan berisi pencitraan para elit politik yang memiliki nilai komersial. Namun sekali lagi tulisan ini menegur siapa saja yang membacanya. Dan meminta setiap orang supaya membuka mata serta hati nuraninya bahwa banyak orang yang belum mendapat keadilan di negara ini.

Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia sudah seharusnya menyatukan suara untuk meminta serta menuntut keadilan bagi saudara-saudara kita. Mereka membutuhkan kita untuk meminta keadilan bagi jiwa-jiwa mereka. Mereka meminta kepada kita semua untuk menegakan keadilan. Dengan demikian sudah seharusnya sebagai manusia yang memiliki hati nurani kita harus berteriak dengan suara lantang "USUT TUNTAS TRAGEDI 1/10/2022 DI KANJURUHAN".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun