Mohon tunggu...
julio purba kencana
julio purba kencana Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya orang di persimpangan kiri jalan

kunjungi website pribadi penulis di fenestrapost.com website ini berisi tulisan-tulisan tentang anti radikalisme

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar dari Santo Yusuf

7 September 2022   09:23 Diperbarui: 7 September 2022   09:24 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ilustrasi (foto: katolik.com)Dengan Surat Apostolik "Patris corde" ("Dengan Hati Seorang Bapa"), Paus Fransiskus memperingati 150 tahun deklarasi Santo Yusuf sebagai Pelindung Gereja Semesta oleh Beato Paus Pius IX. Untuk memperingati peristiwa tersebut, Bapa Suci telah mencanangkan "Tahun Santo Yusuf" mulai 8 Desember 2020 hingga 8 Desember 2021

(Dilansir dari dokpen KWI 12/09/2020).

Dengan ditetapkannya tahun 2021 sebagai Tahun santo Yusuf, kita diajak untuk semakin mengenal dan mempelajari tentang santo Yusuf  itu sendiri. Selain itu kita juga diajak untuk merefleksikan sosok rendah hati yang tidak kita ketahui apa-apa tentangnya selain ketulusan hatinya. Dari situ muncul berbagai macam pertanyaan tentang santo Yusuf ini misanya: seperti apa orangnya? Bagaimana prilakunya? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang muncul karena sosok yang satu ini.

Sosok yang murah hati dan lemah lembut

"Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati. Maka hatimu akan mendapat ketenangan. Sebab enaklah kuk yang Kupasang, dan ringanlah beban-Ku."(Mat 11:25-30)

Tidak banyak yang kita tentang santo Yusuf selain seorang yang tulus hati. Akan tetapi dari pernyataan dan pribadi yesus kita dapat menyimpulkan bahwa santo Yusuf adalah sosok yang murah hati. Hal ini tampak dari perkataan dan perbuatan Yesus yang selalu tampil dihadapan orang Israel sebagai penyelamat  yang murah hati dan lemah lembut. Sebagai seorang Bapa, sudah pasti santo Yusuf mengajarkan kepada Yesus uuntuk menjadi pribadi yang lemah lembut dan murah hati. Gambaran inilahh yang membuat Yesus menampilkan sosok Allah Bapa sebagai seorang Bapa yang lemah lembut dan murah hati.

Tidak ada yang mengenal santo Yusuf selain Tuhan Yesus sendiri

"Tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak, serta orang-orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya"(Mat 11:27)

Dari ayat tersebut memang pertama-tama perkataan Tuhan Yesus ini ditujukan kepada Allah Bapa. Akan tetapi dari ayat ini pula kita dapat mengambil kesimpulan bahwa selain Yesus dan orang-orang yang berkenan kepadaNya atau disini kita bisa sebut sebagai keluargaNya, tidak ada yang mengenal pribadi santo Yusuf. Hal ini tampak jelas dari pernyataanNya ini, bahkan keempat penulis injil sekalipun tidak ada yang begitu mengenal santo Yusuf. Oleh karena itu, dapat kita katakana bahwa hanya Yesus yang mengenal pribadi santo Yusuf.

Belajar Menerima Dari Santo Yusuf

"Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum , ia bermaksud menceraikannya diam-diam" (Mat 1:19)

Baca juga: Patah Hati Namaku

Tidak mudah bagi seorang laki-laki ketika mengetahui bahwa tunangan ataupun isterinya ternyata telah hamil tanpa sepengetahuannya. Pergulatan batin inilah yang dirasakan oleh Yusuf suami maria. bagaimana tidak, disatu sisi ia mencintai Maria tunangannya sementara disatu sisi ia tidak dapat menerima perbuatan Maria yang hamil diluar pernikahan. Keadaan ini begitu membuat Yusuf bimbang akan tetapi ia juga tidak tega menghukum maria dengan menceraikannya secara terang-terangan karena itu, ia memilih  untuk menceraikannya diam-diam akan tetapi saat mempertimbangkan hal inilah kemuliaan Allah dinyatakan di hadapan yusuf. Malaikat Tuhan datang dan memberi tahu bahwa anak yang dikandung maria anak Allah. Perkataan malaikat inilah yang menghapus kebimbangan yusuf terhadap maria dan akhirnya mereka pun menjadi pasang yang hingga kini kita kenal sebagai keluarga kudus dari nasaret.

Seandainya saja santo Yusuf tidak memiliki ketulusan hati untuk menerima keadaan bunda Maria. Dan menceraikannya secara terang-terangan sudah pasti karya keselamatan Allh tidak akan pernah terjadi. Akan tetapi yusuf malah melakukan yang sebaliknya hingga karya keselamatan Allah pun dapat terjadi. Kita pun seharusnya belajar dari santo Yusuf dalam hal ketulusan hati dan menerima kekurangan orang lain, kita seharusnya malu mengaku sebagai orang kristiani namun tidak memiliki kerendahan hati untuk mau mengampuni orang yang telah berbuat salah terhadap kita. Dari santo Yusuf, kita diajarkan  bahwa ketulusan dan cinta akan penerimaan dapat membawa sesuatu yang sangat membahagiakan dalam hidup di dunia ini dan  pada akhirnya keluarga kita pun dapat menjadi serupa dengan keluarga kudus dari Nasaret.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun