Mohon tunggu...
julio purba kencana
julio purba kencana Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya orang di persimpangan kiri jalan

Orang yang terjebak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kasus Brigadir J di Mata Emmanuel Levinas

31 Agustus 2022   16:29 Diperbarui: 31 Agustus 2022   16:55 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (foto:kompas.com)

Pada awalnya para filosof kosmologi atau filosof sebelum Socrates mempertanyakan tentang semua yang ada di alam semesta. Dari Mana alam semesta berasal? Bagaimana mulanya? Hingga siapakah penciptanya? Semua pertanyaan mengenai esensi ini bermuara pada (si)apakah ada yang sebenarnya. 

Namun setelah Socrates dan sesudahnya pertanyaan tentang alam semesta mulai mengalihkan pengamatanya kepada manusia. Mulai dari pertanyaan siapakah manusia? Apakah dia? Sampai pada pertanyaan apa sebenarnya tujuan hidup manusia di dunia ini?

Salah satu dari para filosof itu adalah Emmanuel Levinas. Bagi Levinas keberadaan manusia pertama-tama bukan menyangkut tujuan hidup atau baik buruknya tindakan tertentu. 

Melainkan keberadaan manusia pertama-tama adalah hubunganya dengan sesama. Atau yang lebih dikenal sebagai etika Levinas. Menurut Levinas etika merupakan relasi yang hadir dari pertemuan konkret dengan orang lain yang memiliki wajah.

ilustrasi (foto:kompasiana.com)
ilustrasi (foto:kompasiana.com)

Etika Levinas ini mau menjelaskan bahwa apabila manusia dapat memandang sesamanya sebagai keseluruhannya, tentu ia tidak akan tega melakukan kejahatan terhadap sesamanya. 

Dalam hal ini Levinas menggambarkan sebagai "aku yang lain". Lalu bagaimana jika manusia gagal dalam memandang sesamanya sebagai sebuah keseluruhan dari dirinya? 

Dalam hal ini, jika manusia gagal melihat sesamanya sebagai "aku yang lain", maka yang terjadi ia tidak akan segan dalam menghilangkan nyawa sesamanya apabila memiliki pemahaman berbeda.

Salah satu contoh dari kegagalan manusia dalam melihat sesamanya sebagai "aku yang lain" adalah kasus Brigadir J. Dalam kasus itu Ferdy Sambo tega melakukan pembunuhan terhadap ajudannya Brigadir Joshua tanpa merasa bersalah sama sekali. 

Hal ini memunculkan berbagai macam pertanyaan seperti mengapa Ferdy Sambo tega membantai ajudannya hanya karena sebuah permasalahan? Dimana rasa kemanusiaannya? Apa yang dilihat Ferdy Sambo dalam diri Brigadir Joshua?

Baca juga: Kami Kecewa!!

Bagi Levinas orang-orang seperti Ferdy Sambo adalah manusia yang gagal melihat sesamanya sebagai "aku yang lain". Ferdy Sambo tidak melihat Brigadir Joshua sebagai sesama manusia atau "aku yang lain" tetapi melihatnya sebagai sebuah halangan yang harus disingkirkan. 

Namun Ferdy Sambo lupa bahwa ketika ia gagal melihat sesamanya sebagai "aku yang lain", disitulah ia gagal sebagai seorang manusia. Atau seperti yang pernah dikatakan oleh Thomas Hobbes tentang manusia seperti ini adalah "Homo Homini Lupus" atau manusia adalah serigala bagi manusia yang lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun