Mohon tunggu...
Julio Nangkoda
Julio Nangkoda Mohon Tunggu... -

Mahasiswa tahap akhir, cinta travelling, Buku, Design dan Olahraga (Sepak Bola)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta dan Payung di Kala Hujan Part 2

7 Februari 2012   11:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:57 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tidak terasa hidup menggiring langkah rapuh ku tersudut dalam kelemahan. Kawan, bila kalian pernah berfikir ada seseorang yang mampu bertahan dan setia dalam ketidak berdayaan pantaslah kalian menatap diriku. Dan bila kalian berfikir kenapa aku begini?? Aku sendiripun tidak pernah menyalahkan hidup. Hanya mungkin kesempatan yang tidak ku miliki. Payung-payung ku ini yang menuntun kemana hidup ku, kepada siapa ku mengais rupiah-rupiah receh yang tidak lebih jauh dari 10 kilometer dari istana kardus di sela-sela hiruk pikuk nafas metropolitan.

Aku fikir ini pertama kalinya aku merasa kehilangan dalam hidup. Friska, wanita itu menatap mata ku penuh rasa ingin tahu. Sudah lama aku tidak bertemu dan dia tidak menggunakan jasa payung ku, lama sekali. Pada hal aku telah membeli payung berwana merah muda khusus untuk dia gunakan. Dalam detik yang lebih cepat dari detik lainnya, apa yang ia ingin tahu dari lorong gelap tidak berpenghuni dan berbenda menarik dalam mata ku. Aku terlalu bodoh untuk itu, kawan. Bila mungkin kalian berada disana saat itu, mungkin sudikah kalian menerjemahkannya kepada ku.

"Sudah berapa lama kerja beginian??"

Akhhh!!! Pertanyaan itu selalu mengundah rasa rindu terlebih penasaran dalam pikiran ku?! Sampai saat ini aku tidak mengerti kenapa dia sampai mampu bertanya seperti itu. Hanya lelaki bodoh yang tidak merindukan paras cantiknya. Dan hanya lelaki bodoh seperti ku yang bisa-bisanya merindukannya. Mungkin andai saat ini ku bertemu dengannya kembali hanya pertanyaan tersebut, satu yang ku ingin dia ucapkan.

Dalan reduh redam lembutnya hujan.

"Lama ga ketemu yah!!!"

Entah bagaimana mengartikannya. Ini permintaan yang pertama dan yang terindah yang dikabulkan sang raja. Ku pandangi lagi paras menawan nan cantik, elok rupawan bagai langit sore tersiram anggur hingga berwarna violet orange yang anggun.

Tidak lama, kami jelajahi lantunan gemercik jarum-jarum hujan yang jatuh lembut di sekitar aroma tubunya, harum, menghanyutkan, nyaman penuh keanggunan. Dalam itu kami berbincang jauh, dalam tiap langkahnya pergi bekerja hingga dimana dia tinggal. Semua tentang dia. Aku?? Pantaslah diam dan penuh pasif. Tidak ada yang menarik yang bisa ku ceritakan kepadanya tentang diriku.

Tidak lama hanya sesingkat kaki melangkah. Dalam langkah pulang menuju istana kardus ku, dalam gemercik jarum hujan yang sudah mulai lelah berjatuhan, aku mengulang lagi semua, dalam detik yang baru saja di telan detik yang lain. Aku mengulang perkataannya dalam lamunan yang dalam. Aku sangat ingat dia bercerita dimana dia tinggal, jalan dalam gang rumahnya hingga warna pagar hijau yang di penuhi tanaman-tanaman menawan. Mawar, dalam semua langkah, dalam sepanjang pembicaraan, mawar mendominasi hal yang dia terjemahkan menjadi keindahan.

Ini minggu ke 8 setelah terakhir ku bertemu dengannya.

Dalam lamunan yang panjang aku bernyanyi dalam kepasrahan. Tidak pantaslah seorang aku merindunya. Aku berteriak dalam diri, "JAUHHHKAAANNNN BAYANGAANNNNYYYAAAA DARRRRIIII KUUUU!!!!!!!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun