Zaman berburu dan meramu, yang diduduki oleh orang-orang Jomon yang sudah ada sejak 15000 atau 14000 SM sampai 300 SM. Kehidupan Jomon ini masih mengindikasi zaman manusia primitif, dibuktikan dengan kehidupan yang masih mengandalkan alam. Pekerjaan utama mereka adalah memancing, berburu, juga mengembara di sepanjang ladang dan gunung untuk mencari bahan makanan.
Hasil karya kebudayaan periode Jomon ini adalah bejana dari tanak liat dan tembikar, dan yang paling terkenal juga gerabah khas Jomon yang memiliki pola tali atau gulungan disekeliling gerabah mereka.
Periode Yayoi
Orang Yayoi datang dari Semenanjung Korea yang kemudian mereka hidup secara menetap dan melakukan kegiatan bercocok tanam untuk kehidupan mereka.
Memasuki periode ini, kehidupan masyarakat Jepang sudah menunjukan peningkatan, mereka tidak sepenuhnya bergantung pada alam. Mereka sudah mengetahui cara pembudidayaan tanaman padi yang kelak menjadi makanan utama masyarakat Jepang.
Para penduduk Yayoi juga mulai mendirikan beberapa pemukiman sehingga memunculkan sistem kasta sosial dalam masyarakat yang membedakan masyarakat kaya dan miskin. Para pemimpin desa juga mulai bermunculan dan menjalin hubungan antardesa sehingga mengakibatkan terbentuknya negara-negara bagian kecil di wilayah Jepang yang juga menjadi cikal-bakal beberapa kerajaan yang ada di Jepang.
Periode Asuka (592-710)
Nama periode ini diambil dari nama ibukota baru kekaisaran yang bernama “Asuka”. Agama buddha masuk dan disebarkan ke Jepang dari Kerajaan Baekje, Korea. Perkembangan agama Buddha juga sangat pesat. Periode ini juga muncul Reformasi Taika, dimana Jepang mengadopsi banyak sistem politik, sosial, dan kebudayaan dari China secara masif.
Masa ini juga terjadi perpindahan kekuasaan politik, bangsawan dari Klan Soga yaitu Pangeran Shotoku yang berhasil menguasai kekuasaan perpolitikan seluruh Jepang, juga membawahi kekuasaan Kekaisaran Jepang ketika menduduki posisi wali negara. Kekuasaan dari Klan Soga sendiri, pada akhirnya juga akan runtuh, dengan bantuan dari Klan Fujiwara, keluarga Kekaisaran berhasil merebut kembali kekuasaan dari Klan Soga.
Ternyata dibalik bantuan yang diberikan, Klan Fujiwara juga menginginkan kekuasaan politik tersebut dan kemudian mencoba menguasai kekuasaan perpolitikan yang ada di Jepang. Perebutan kekuasaan yang dilakukan Klan Fujiwara kepada Kaisar dilakukan dengan cara yang unik, yaitu dilakukan dengan perkawinan.
Klan Fujiwara menikahkan anak perempuan mereka kepada kaisar, anak yang terlahir dari hubungan pernikahan tersebut akan diasuh dan dibesarkan oleh Klan Fujiwara. Sang anak yang dekat dengan ibunya, akan lebih memihak kepentingan dari keluarga ibu dalam hal ini adalah Klan Fujiwara. Sehingga hubungan seperti ini, terus berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Periode Nara (710-794)
Periode ini diambil dari nama kota yang bernama “Nara”. Periode ini ditandai dengan berkembangnya agama Buddha, dibuktikan dengan banyaknya kuil dan pagoda yang dibangun. Salah satu kuil yang terkenal adalah Kuil Todai-Ji.
Dalam kuil Todai-Ji ini juga tersimpan patung buddha terbesar yang bernama Daibutsu. Agama Buddha tetap menunjukan pengaruh yang kuat. Tetapi, ajarang filsafat konfusius tetap dimanfaatkan dalam sistem pemerintahan.
Sistem pemerintahan masa ini, didasarkan pada Taiho Ritsuryo yang secara resmi dikeluarkan oleh Fujiwara. Ritsu ini berisi mengenai hukum tindak pidana kejahatan, sedangkan Ryo untuk menegakan keadilan dan kebenaran. Keduanya “Ritsuryo” dimaksudkan untuk mencerdaskan dan membudayakan orang-orang serta membimbing mereka menuju cita-cita moral yang tinggi sesuai dengan ajaran konfusius. Perubahan yang terjadi pada Ritsu dan Ryo dinamakan Kyaku, sedangkan peraturan-peraturan tambahan mengenai penerapan undang-undang diklasifikasikan sebagai Shiki.
Sistem Ritsuryo pada periode Nara ini masih berhasil diterapkan dengan baik. Kekuasaan kaisar memuncak, keuangan negara berada pada landasan yang kokoh, dan negara mampu menyalurkan tenaga menurut kehendaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H