Mohon tunggu...
Julio Agung Prasetyo
Julio Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Andalas

Menulis merupakan suatu proses berpikir yang melibatkan kegiatan mental yang tinggi, termasuk merenung, menyusun, merancang, menguraikan, mengembangkan, mengorganisasi, dan memperbaiki yang kemudian dituangkan dalam bentuk kata-kata yang tepat, untuk menyampaikan informasi, ide, dan pemikiran sehingga bisa dipahami oleh pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Perbedaan Merantau Keliling dengan Merantau Cino pada Tradisi Minangkabau

24 Juni 2024   09:52 Diperbarui: 24 Juni 2024   09:58 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Minangkabau umumnya yang sudah menginjak usia dewasa akan pergi meninggalkan kampung untuk pergi ke daerah rantau. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari ilmu atau sekedar mencari pekerjaan. Berbeda dengan tempo dulu, kegiatan merantau ini hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, sedangkan masa sekarang sudah banyak kegiatan merantau juga dilakukan oleh perempuan. Pada kebudayaan Minangkabau, tradisi merantau ini terbagi menjadi dua, yaitu merantau keliling dan merantau cino.

Merantau keliling secara singkatnya adalah kegiatan merantau yang dilakukan oleh orang minang dengan durasi yang singkat. Kegiatan merantau ini dulu, dilakukan saat setelah selesai menanam padi sehingga sebelum padi panen, ada durasi yang cukup lama yang bisa dimanfaatkan oleh para perantau (dulu dominan laki-laki) untuk mencari kerjaan sampingan di luar wilayah kampungnya. 

Kegiatan merantau keliling ini juga biasanya dilakukan secara individu, baik itu dilakukan oleh bujangan (laki-laki dewasa yang belum menikah) atau pria dewasa yang sudah menikah. 

Secara geografis kewilayahannya juga, merantau keliling ini dilakukan tidak terlalu jauh dari daerah asalnya, sehingga dalam waktu tertentu para perantau bisa pulang kapan saja. Biasanya mereka pulang ke kampung pada jangka waktu satu tahun dua kali atau satu kali setahun, sesuai keinginan dari para perantau.

Berbeda dengan merantau keliling, merantau cino dikenal dengan durasi yang lumayan lama. Perpindahan yang dilakukan tidak mencakup individu saja, melainkan mencakup keluarga inti secara keseluruhan. Perantau cino dulunya juga merupakan seorang individu yang pergi merantau ke wilayah tertentu. 

Setelah mendapatkan pekerjaan yang mapan, kemudian para perantau menikah. Setelah menikah, para perantau akan membawa pasangannya (keluarga inti) untuk pergi ke daerah perantauanya untuk menetap bersama. Jika dibandingkan dengan merantau keliling, para perantau yang sudah menikah, pasangan dari perantau (istri) hanya menunggu pasangannya (suami) di kampung. 

Merantau cino, secara durasi merantau, jarang dari mereka yang setelah menetap di perantauan pulang ke kampung, baik itu tujuannya untuk menetap kembali di kampung atau hanya sekedar berkunjung. Secara geografis kewilayahanya, tujuan wilayah untuk merantau terbilang jauh dari kampung asalnya, bisa mencakup luar provinsi, pulau, atau negara lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun