Kemudian data ini dikelompokkan menjadi berbagai bentuk di sebuah repositoris sehingga kita bisa mendapatkan bentuk-bentuk data tertentu dari repository tertentu. Misalkan dalam bentuk video yang banyak dikembangkan di dalam sebuah channel media sosial YouTube atau teks yang dapat dilihat dari Twitter dan berbagai bentuk foto dan video-video pendek yang dapat dilihat dari Instagram. Hal tersebut adalah repository besar dari sebuah rekayasa perangkat lunak.
Berbagai platform tersebut merupakan rekayasa perangkat lunak sehingga dari rekayasa perangkat lunak itu kita mendapatkan banyak data yang dapat dikumpulkan dan dapat dianalisis secara cepat menghasilkan sebuah nilai informasi yang lebih spesifik.
Maka hal tersebut dibentuk menjadi sebuah bentuk artificial intelligence yang menariknya adalah semua arti visual tersebut dapat menjawab berbagai masalah yang ada
Pengembangan artifisial intelijen tidak hanya dalam bentuk teks saja tetapi sekarang sudah bentuk video bentuk gambar  bentuk lainnya untuk sebuah media yang beragam.
Sehingga pada dasarnya kita akan mendapati bahwa sebuah artificial intelijen sudah merambah ke berbagai bentuk ilmu dan pengetahuan, di mana intelijen diharapkan dapat membantu dengan cepat seseorang mengambil keputusan atau mendapatkan sebuah hasil tanpa mengalami kesulitan dalam mengoperasikan sebuah software atau perangkat-perangkat kerja yang sepertinya sekarang sudah banyak ditinggalkan karena adanya berbagai artificial intelligence.
Dan lucunya beberapa hal yang kita bisa dapatkan sekarang bentuk kerohanian juga masuk ke dalam bentuk artificial intelligence di mana seseorang mendapatkan nilai-nilai rohani dari pengolahan data dalam bentuk artificial intelijen seperti yang terjadi pada gereja di Jerman
Seorang pendeta atau nanti rohaniawan dapat digantikan oleh sebuah artificial intelligence dan sebuah fitur Avatar yang dapat menggantikan sosok dari pembuka agama tersebut. Dan hebatnya lagi mampu mengajarkan berbagai bentuk dan model kerohanian
Versi ibadah ini sudah diterapkan di sebuah gereja di Jerman sehingga kita bisa yakin suatu saat hal tersebut dapat diterapkan di berbagai tempat-tempat ibadah tentunya sesuai dengan model yang diinginkan
Apakah itu bisa diterapkan di Indonesia? Kita tidak tahu, tapi model penerapan ini nanti akan banyak ditiru apabila penggemarnya banyak. Biasanya hal itu yang terjadi.
Apakah nanti peran pembuka-pemuka agama dapat digantikan oleh sebuah Artificial Intelligence sehingga dapat mengajarkan berbagai bentuk kerohanian secara tepat?
Gelombang perkembangan artifisial intelijen ini terus bergulir sesuai dengan kebutuhan masyarakat terhadap informasi atau berbagai jawaban dari permasalahan yang muncul.