Mudik tahun ini memang istimewa. Dengan dibukanya tol cipali memberi ekspektasi tinggi kepada masyarakat, mudik cepat dan lancar. Ekspektasi ini hadir di segenap pikiran urban kota. Berbondong urbaners pulang kampung menggunakan kendaraan pribadi pada hari dan tujuan yang sama, pulau Jawa. Otomatis terjadi peningkatan volume kendaraan secara signifikan sementara kapasitas jalan tidak berbanding lurus dengan volume kendaraan. Sehingga terjadilah kemacetan panjang dan lama di pintu keluar / Brebes Exit Timur (Brexit).
Saya dan keluarga termasuk peserta mudik tahunan. Mudik kami tidak jauh, hanya ke Jakarta, tanah kelahiran suami atau seputar pulau Jawa untuk mengisi liburan hari raya, atau ke Palembang, tanah kelahiran saya. Selama ini kami tidak pernah mengalami macet panjang dan lama. Kami menyiasati waktu bepergian tengah malam pukul 23.00 atau 24.00 saat para pemudik sedang tidur lelap dengan mimpi-mimpinya. Waktu-waktu seperti ini jalanan relatif lancar dan lencir.
Tahun 2012 lalu kami mudik ke Palembang. Terjadi antrian panjang di pelabuhan merak. Kami baru dapat menyebrang malam dan berdiri di lambung kapal karena kursi telah penuh terisi. Perjalanan malam di jalur lintas sumatera (jalinsum) sangat riskan. Â Banyak pemudik mengaso saat melintas jalinsum. Cerita horor yang berkembang di masyarakat, pada malam hari banyak begal dan perampok beraksi. Cerita ini menciutkan nyali para pemudik dan memilih menginap di Lampung untuk melanjutkan perjalanan esok harinya. Kami memanfaatkan kehororan publik, melintas di Jalinsum malam hari. Dengan mengucap Bismillah, Alhamdulillah lancar jaya tiba di Palembang.
Menikmati Kemacetan
Lebaran ke-2 tahun ini kami mudik (baca.liburan) ke Kuningan. Suami terus memantau jalur tol cipali. Beliau menyiapkan makanan, minuman serta mengisi full tank solar, saya menyiapkan keresek untuk tempat sampah. Persiapan ini selalu kami lakukan setiap ke luar kota walaupun hanya ke Jakarta sebagai bentuk antisipasi. Mobil  start di gate Pasteur otw Jakarta pukul 12.30 wib melaju dengan kecepatan 100km/jam menuju jalur horor (istilah tvone.) Tol Cipali. Di tol Cipali, perjalanan mulai tersendat, merayap dan terkadang berhenti. Jarak tempuh Bandung Kuningan hanya 3 jam dalam kondisi normal, tahun ini kami tempuh lebih dari 8 jam. Keluar dari tol kea rah Kuningan, macet terus berlanjut hingga Hotel Grage Resort and SPA, Sangkan Hurip. Tidak ada keluhan dan makian yang keluar dari bibir 4bintang (panggilan kesayangan untuk 4 buah hatiku) atas kemacetan ini. Mereka menikmati macet dan paham karena kini sedang hari raya. 4bintang bersenda gurau, bernyanyi, makan, tidur, dan selfie manja untuk menghilangkan kejenuhan.
Macet bukan barang baru di Indonesia. Macet tidak hanya terjadi saat libur hari raya. Tanggal merah, libur sekolah, week end dan long week end pun terjadi kemacetan. Macet sudah menu sehari-hari masyarakat kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Setiap akhir hari pintu tol Pasteur macet puluhan kilometer hingga dalam kota. Warga Bandung terjebak di rumah karena Bandung di serbu wisatawan. Siapa yang harus kami salahkan? Salah pemerintah karena tidak menyediakan angkutan publik yang aman dan nyaman. Salah pemerintah karena tidak membatasi jumlah kendaraan. Salah pemerintah karena memudahkan regulasi kepemilikan kendaraan. Semua salah pemerintah. Paling gampang memang menyalahkan pemerintah, kambing hitam dari setiap permasalahan. Namun saat pemerintah berusaha membatasi kepemilikan kendaraan, menaikkan pajak pertambahan nilai dan pajak barang mewah, semua teriak lantang tidak setuju dengan berbagai argumen yang bermuatan politis.
Menyiasati mudik
Mudik dan macet itu satu paket. Dimana ada mudik disitu ada macet. Sensasi mudik ya macet. Kalau gak mau macet, jangan mudik. Kalau ga mau macet jangan lewat jalur darat, gitu aja koq repot !!. Tidak ada kewajiban untuk melaksanakan mudik demikian juga tidak ada undang-undang atau aturan mengenai mudik. Ini tradisi masyarakat Indonesia yang entah kapan pertama kali dibudayakan.
Dari tahun ke tahun durasi macet mudik kian panjang dan lama karena adanya peningkatan volume kendaraan pribadi artinya ada peningkatan kesejahteraan  dalam masyarakat yang  diimplementasikan dengan kepemilikan kendaraan. Untuk menghindari macet sangat mudah yakni jangan pergi alias di rumah saja hehe…. Namun jika berniat mudik siasatilah dengan cerdas yaitu berangkat saat arus balik yaitu tengah malam. Hal ini butuh persiapan tidur yang cukup dan kesehatan prima. Monitor terus jalur arus mudik agar dapat antisipasi lewat jalur alternatif. Siapkan bekal dan obat-obatan secukupnya. Isi full tangki bahan bakar dan isi ulang saat setengah perjalanan. Banyak kemungkinan dapat terjadi di jalan raya yang tidak dapat diprediksi. Dan jangan lupa sediakan keresek sampah. Hargailah diri sendiri dengan antri di SPBU, toilet dan membuang sampah pada tempatnya. Dengan disiplin mudik kita membantu pemerintah menjaga kebersihan ruas tol, terhindar dari kemacetan panjang dan akan lebih baik jika kita ramai-ramai menggunakan angkutan publik. Semoga dengan musibah macet di Brexit semakin mendorong pemerintah untuk memperbaiki dan memperbarui angkutan public. Semoga……
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI