Saya memilih vegetarian salad. Maklum …beberapa hari menu cattering saya minim sayur. Dan saya merasa berdosa dengan program diet yang sudah 2 tahun saya jalani setelahnya. Banana milk shake melicinkan semua sayur mayur masuk menyusuri setiap jalur pencernaan sepertinya. Karena tanpa terasa, semangkuk salad ukuran medium ---ludes. Hanya menyisakan beberapa butir buah zaitun yang tak akrab di lidah saya.
Beef steak – ukuran medium, didampingi mash potato bertabur black pepper…lancar abeeesss masuk ke kantong perut. Dibumbui cerita-cerita seru mengenai proyekproyek yang akan saya& teman saya rencanakkan. Pun tak lepas dari komentar mengenai hidangan yang tersaji, yang menanjakan lidah kami siang itu.
Cekakak-cekikik, sesekali teman saya yang super duper narsis, memfoto dirinya sendiri dari berbagai sudut, dengan berbagai gaya. Layaknya ABG dengan i-phone barunya. Sepertinya makanan menjadi tersia-siakan, terkalahkan oleh gadget baru.
Perut kami sepertinya sudah tak sanggup menampung dessert yang tersaji di depan kami. Makanan yang masuk sudah dinet-net (bhs jawa yang kurang lebih artinya ditekan-tekan,dimampatkan) agar bisa masuk makanan lain tetap tak sanggup. Ini mungkin karena awal yang slah. Kami memulainya dengan yang manis,sehingga cepat sekali rasa kenyang terpenuhi. Awal yang salah. Untuk menetralisir, kami membahas isi sebuah Free Magazine yang dari tadi kami datang, tak tersentuh sedikitpun. Ini hanya untuk mengalihkan rasa kenyang sih sebenarnya.
-------
Hmmm…..teman saya yang memegang voucher tiba-tiba bilang bahwa vouchers-nya bernilai 1,5 juta. Dan harus habis hari ini. What??? Kenapa hanya bertiga?? Tahu begitu, aku ngajak temanku 2 orang lagi kek?
Buru-buru kami melihat sekali lagi harga tiap menu yang tersaji melalui buku menu. Lumayan sih, sepertinya kami sudah menghabiskan baru sejuta rupiah dari sejuta setengah yang “wajib” kami habiskan, bertiga. Iya, bertiga saja. Lalu, teman saya usul, untuk “take away” makanan untuk kami bawa pulang ke denpasar. Bagus. Daripada usul teman saya yang satu lagi---membeli miras. Apalgi siang-siang begini. Lebih pas es kelapa muda pikir saya. Waduh, saya bilang setengah bercanda untuk tidak minum yang haram. Jujur, soft drink saja saya cegukan seperti ada asap atau apalah yang keluar lewat lobang hidung.
Saat kasir memberitahukan bahwa sisa voucher masih sekitar 200 ratus ribu rupiah, kami mencoba memilih menu-menu yang kiranya menghabiskan sejumlah angka itu.P aling tidak mendekati. Kurang boleh, lebih jangan. Hehehe…sekali lagi---anak kost. Hwahwahwa…
Akhirnya, kami meninggalkan café itu dengan berat badan yang menurut perkiraan saya—bertambah lebih dari setengah kilogram. Perut saya buncit. Cacing-cacing dalam perut saya berpesta. Hmm…bulan ini saatnya menghancurkan mereka. Saya kan rajin minum obat cacing 6 bulan sekali. Lupakan.
------
Sengaja untuk menghilangkan rasa kantuk yang dihasilkan dari efek kekenyangan, mbak siti—panggilan buat city car teman saya, diajak meluncur ke sebuah tempat wisata yang tak jauh dari kawasan kami makan.