Mohon tunggu...
Julita Hasanah
Julita Hasanah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Masih Mahasiswa

A Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Dewi Sri: Tiga Jurus Ampuh Perkuat "Buffer Sector" Nasional

3 November 2020   13:44 Diperbarui: 3 November 2020   13:48 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada yang menyangka ekonomi dunia akan sedemikian terguncang akibat virus yang diduga berasal dari Wuhan. Covid-19 tak pandang bulu, negara adidaya maupun negara berkembang dilibasnya habis. Beberapa mitra dagang Indonesia seperti Korsel, Singapura, hingga Hongkong sudah terlebih dahulu mengkonfirmasi resesi.

Bagaimana dengan Ibu Pertiwi ?

Data menunjukkan perekonomian Indonesia mengalami kontraksi pada kuartal kedua tahun ini. BPS merilis pertumbuhan PDB minus 5,32% (yoy) dimana merupakan level terendah selama 17 tahun terakhir. Kuartal ketiga menjadi sangat menentukan nasib perekonomian. Tanpa Kebijakan yang tepat, sangat memungkinkn jika Indonesia jatuh ke jurang resesi menyusul beberapa mitra dagangnya. 

Berita baiknya, Covid-19 bukanlah satu-satunya pandemi yang pernah dihadapi. Dunia pernah menghadapi pandemi influenza (1918-1919), SARS (2003-2009), Flu Burung (2003), dan Ebola (2014-2016). Dampak pandemi tehadap perekonomian memang menarik untuk dikaji kembali.

Dokumen Penulis
Dokumen Penulis
Berkaca pada kebijakan (fiskal dan moneter) negara Asia lainnya dalam penanganan dampak ekonomi akibat covid-19 perlu dilakukan. Beberapa kebijakan tersebut terangkum sebagai berikut.

Dokumen Penjulis
Dokumen Penjulis

Tentu Indonesia memiliki kondisi yang berbeda dengan negara lain, sehingga diperlukan modifikasi kebijakan misalnya dengan memetakan sektor ekonomi strategis dalam rangka menyelamatkan perekonomian.

Urgensi Sektor Pertanian di Tengah Pandemi 

Berdasarkan data BPS (2020), sektor yang terdampak antara lain pertambangan dan penggalian (-2,72%). Industri Pengolahan (-6,19%), Konstruksi (-5,39%), perdagangan dan reparasi (-7,57%) dan lain-lain (-7,35%). 

Sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,19% pada triwulan kedua tahun ini. 

Memprioritaskan sektor pertanian saat ini memiliki beberapa urgensi dalam rangka penanganan krisis. Pertama, pertanian merupakan penopang ketahanan pangan yang krusial di tengah krisis ekonomi dan kesehatan. 

Selain itu, perdagangan internasional sedang terganggu dimana beberapa negara melakukan restriksi ekspor produk pertanian. Kondisi ini  membuat sistem produksi pertanian nasional harus bisa diandalkan.

Selanjutnya, kemiskinan terpusat di pedesaan sehingga  mempertahankan aktivitas ekonomi di pedesaan menjadi relevan agar peningkatan kemiskinan tahun ini dapat ditekan.

Memprioritaskan sektor pertanian saat ini memiliki beberapa urgensi dalam rangka penanganan krisis. Pertama, pertanian merupakan penopang ketahanan pangan yang krusial di tengah krisis ekonomi dan kesehatan. 

Selain itu, perdagangan internasional sedang terganggu dimana beberapa negara melakukan restriksi ekspor produk pertanian. Kondisi ini  membuat sistem produksi pertanian nasional harus bisa diandalkan. 

Selanjutnya, kemiskinan terpusat di pedesaan sehingga  mempertahankan aktivitas ekonomi di pedesaan menjadi relevan agar peningkatan kemiskinan tahun ini dapat ditekan.

Dewi Sri : Dekati Petani, Awasi Logistik, dan Amankan Saprodi 

  • Dekati Petani 

Tak hanya petugas medis, risiko terpapar virus pelaku sektor pertanian tidak boleh dinomorduakan. Petani sebagai ujung tombak produksi berusia 45-60an tahun sehingga merupakan kelompok rentan dan beresiko. 

Selain itu, tingkat pendidikan di pedesaan yang relatif rendah, memiliki konsekuensi penerapan protokol kesehatan masih minim. Lokasi pedesaan yang jauh dari jangkauan fasilitas kesehatan juga mengakibatkan sulitnya penanganan pasien Covid-19.  Terakhir, adanya migrasi akibat mudik, korban PHK  dan lainnya membuat masyarakat pedesaan rentan terpapar virus dari pendatang.

Dekati petani, tunjukkan empati dan keberpihakan kita. Sudah saatnya kampanye penanganan Covid-19 digalakkan luas di pedesaan dengan melibatkan media (siaran radio, televisi, sarana desa). 

Pandemi menambah ketidakpastian bagi petani (harga, pemasaran,saprodi), sehingga Kelembagaan dalam bentuk kelompok penanganan Covid-19 di sektor pertanian penting untuk segera dibentuk. 

Kelembagaan tersebut dapat melaksanakan tugas-tugas terkait seperti memfasilitasi dialog antara pelaku pertanian, mulai dari petani, pedagang-pedagang di pasar induk dan sentra produksi bersama pemerintah pusat atau daerah guna menggali permasalahan (struktural dan lapang) dan memecahkan permasalahan terkait.

  • Awasi Logistik 

Supaya efektif, solusi harus bersifat integratif dengan melibatkan sektor pendukung pertanian ke dalam perlakuan khusus. Seperti kita ketahui bersama adanya PSBB di beberapa daerah menyebabkan terganggunya sektor transportasi dan logistik yang menghubungkan produk pertanian ke pasar, juga pihak yang mengangkut input (bahan baku dan mesin-mesin terkait aktivitas produksi).

Negara harus hadir dengan melakukan terobosan-terobosan mutakhir. Misalnya melalui penguatan distribusi produk pertanian dari sentra-sentra produksi di pedesaan ke perkotaan dam target pasar lainnya. 

"Aktif melakukan operasi pasar melalui pembelian lamgsung produk-produk pertanoan (dengan pertimbangan  ketersediaan anggaran). Selain itu, memang diperlukan stimulus fiskal (alokasi dana khusus) kepada para pelaku pertanian"

  • Amankan Saprodi 

Penyebab terjadinya masalah pangan dampak dari pandemi ini diantaranya pembatasan ekspor beras dari Vietnam, India, dan Thailand. Kemudian, pada bulan  April dan Maret terjadi pergeseran musim tanam dan distribusi sarana produksi antar wilayah menjadi masalah serius"

Darmawan Setyobudi (Kepala Subbagian Analisis Data, Biro Perencanaan, Kementrian Pertanian (Kementan))

Selain petani sebagai produsen primer, juga perlu memperhatikan terjaminnya ketersediaan sarana produksi pertanian secara lokal yang dapat dijangkau petani dengan mudah dan relatif murah. Pemerintah pusat dan daerah harus betul-betul memastikan stabilitas Bibit, benih, pupuk, obat-obatan, dan saprodi lainnya bagi petani.

Melalui "Dewi Sri" diharapkan sektor pertanian tetap tumbuh positif, sehingga mampu menekan dampak ekonomi akibat virus. Sejarah membuktikan pertanian berhasil berperan sebagai buffer sector di masa krisis moneter 1997-1998. Sudah saatnya sektor ini kembali menjadi penyelamat di tengah krisis Covid-19.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun