Mohon tunggu...
Julita Hasanah
Julita Hasanah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Masih Mahasiswa

A Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi adalah "Kita", Bagaimana dengan Gibran?

5 Agustus 2020   13:07 Diperbarui: 5 Agustus 2020   13:25 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber TribunStyle/kolase 

Pencalonan Jokowi pada periode pertama bersama Jusuf Kalla memang seolah menjadi skenario indah sang maha kuasa. Terlepas dari pencitraan yang super masif atau terjadi secara alami, sosoknya yang berangkat dari seorang pengusaha mebel asal Solo menyedot perhatian massa.

Tidak percaya? dengan bermodalkan dua kata kunci "Jokowi" dan "sederhana" dalam kotak pencarian google, dalam sekejap Anda akan dihidangkan ratusan berita lama mengenai Jokowi yang digadang-gadang sosok "From Zero to Hero".

Sebelum lebih jauh membahas kehebohan Jokowi dan keberhasilannya mendulang suara pilpres dua kali berturut-turut, alangkah lebih menarik jika kita sama-sama menengok sejarah sosok-sosok presiden Republik Indonesia dari masa ke masa.

Trah Ningrat dan Berasal dari Kaum Terpelajar

Jajaran Presiden RI dari waktu ke waktu seringkali dikaitkan dengan sosok yang lahir dari keluarga terpelajar dan membawa trah ningrat dalam darahnya. Dimulai dari sang proklamator kemerdekaan RI, Soekarno yang merupakan presiden pertama ini digadang-gadang masih keturunan Sultan Hamengkubuwono II.

Lebih jauh, dalam buku Ayah-Bunda Bung Karno yang ditulis oleh Nurinwa Ki S. menyatakan Kakek Soekarno, Raden Hardjodikromo, dipercaya merupakan salah satu cicit Sultan HB II dari putranya yang bernama Pangeran Mangkoediningrat atau Raden Mangoendiwirjo. Soekarno juga seorang keturunan bangsawan Bali yang didapatkan dari garis keturunan Ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai. Maka Megawati Soekarnoputri yang merupakan anak dari sang proklamator juga jelas membawa darah Sultan Hamengkubuwono II.

Berbeda dengan Soekarno, presiden yang menjabat dengan periode terlama, Soeharto justru mengklaim dirinya sebagai produk anak desa tulen. Meskipun hingga saat ini, silsilah Soeharto hingga kini masih menjadi misteri.

Berbagai bukti menunjukkan Presiden RI ke-2 tersebut masih merjupakan keturunan raja. Soemitro Djojohadikusumo dalam buku Jejak Perlawanan Begawan Pejuang (2000) mengungkapkan, Soeharto pernah mengatakan masih punya tali kekerabatan dengan keluarga keraton.

Soeharto selalu menolak dianggap keturunan raja dan mengaku hanya anak petani biasa, dan hingga kini publik masih dibuat penasaran dengan kebenaran silsilah Presiden RI ke-2.

Bagaimana dengan B.J. Habibie? 

Sejauh ini dapat dikatakan Habibie merupakan satu-satunya presiden RI yang memiliki darah Gorontalo. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo.

Dari silsilah keluarga, kakek dari B.J. Habibie merupakan seorang pemuka agama, anggota majelis peradilan agama serta salah satu pemangku adat Gorontalo yang tersohor pada saat itu. Keluarga besar Habibie di Gorontalo terkenal gemar beternak sapi, memiliki kuda dalam jumlah yang banyak, serta memiliki perkebunan kopi.  Sehingga dapat kita simpulkan, presiden yang banyak berjasa di industri penerbangan ini bersal dari keturunan orang terpandang.

Asal-usul Presiden Abdurahman Wahid juga menarik untuk ditelisik. Gus Dur adalah anak pertama dari enam bersaudara. Ia lahir dari keluarga yang cukup terhormat. Kakek dari ayahnya, K.H. Hasyim Asyari, merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Sementara itu kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan.  Ayahnya K.H. Wahid Hasyim merupakan sosok yang terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949, sedangkan ibunya Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denayar Jombang.

Lain Gus Dur, lain pula SBY. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan Satu. Sementara ibunya, Siti Habibah adalah putri salah seorang pendiri Ponpes Tremas.

Namun, publik sempat dibuat geger dengan unggahan Andi Arief pada 25 Februari 2018 lalu. Politisi Partai Demokrat ini mengunggah foto dua lembar kertas yang menunjukkan silsilah SBY, dan dua putranya, yakni Agus Harimurti Yudhoyono serta Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, masih bertautan dengan trah raja-raja Mataram.

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ternyata keturunan raja. Tak tanggung-tanggung, Presiden RI ke-6 ini punya pertalian darah dengan Raden Wijaya, raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit.

Jokowi adalah Kita

Joko Widodo atau Jokowi, lahir di Surakarta dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo. Ayannya adalah seorang tukang kayu. Sehingga menjadi lumrah jika pencalonan Jokowi sebagai presiden pada 2014 lalu seolah menjadi kemenangan rakyat karena jokowi adalah kita (rakyat).

Beliau datang dari kalangan masyarakat biasa, menjadi sebuah representasi sekaligus harapan bahwa siapa saja bisa jadi presiden.

Anak tukang kayu boleh bermimpi duduk di istana,

Anak seorang guru dipersilahkan berjuang supaya kelak jadi orang nomor satu di negeri ini,

Siapapun boleh bermimpi, siapapun.

Begitu pula narasi yang kerap kali disampaikan Budiman Soetjatmiko pada pencalonan kembali Jokowi bersama Ma'ruf Amin. Narasi "Jokowi adalah Kita" kembali digaungkan, menjadi senjata pamungkas dalam menghadapi musuhnya dalam pemilu. Prabowo yang merupakan keturunan ningrat harus mengalah kembali dengan rivalnya.

"Jokowi adalah kita" kembali memenangkan pemilu.

Gibran Nyalon Pilkada, Gelagat Dinasti Politik

Berbeda kondisi, majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wali kota Solo menuai sentimen negatif. Publik dibuat kecewa dengan gelagat pencalonan putra sulung presiden yang diduga akan melanggengkan dinasti politik di Indonesia.

Memang jika dipandang dari perspektif dan dimensi legal formal, pencalonan Gibran sebagai calon Wali Kota Solo tentu tidak masalah. Dari dimensi politik pun no problem dan dengan nama besar sang ayah kemungkinan besar bisa menang.

Namun tidakkah beretika mencalonkan diri saat ini ?

Bolehlah kita sedikit berkaca pada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kala itu, SBY yang memimpin Partai Demokrat justru tak berupaya untuk menempatkan kedua putranya Agus Yudhoyono dan Ibas Yudhoyono untuk maju sebagai kepala daerah.

Agus Yudhoyono memang pernah ikut Pilkada DKI 2017, namun AHY maju setelah sang ayah tak lagi menjabat sebagai presiden. Inilah yang seharusnya dapat pula dilakukan oleh Gibran, silahkan saja mencalonkan diri dan mengikuti kontestasi. Namun terlebih dulu menunggu Jokowi tidak lagi menjabat sebagai presiden.

Protes juga dilayangkan kepada partai PDI-P, publik menilai dengan majunya Gibran menandakan kegagalan partai dalam melahirkan kader-kader calon pemimpin. PDIP semestinya memunculkan kader-kader internal terbaik untuk menjadi kepala daerah. Bukan mencomot orang dari luar.

Sekali lagi, Jokowi (mungkin) adalah Kita, namun tidak dengan Gibran, sang anak presiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun