Urban farming diharapkan tak hanya memberi kesempatan untuk bercocok tanam, namun juga memiliki nilai estetika dalam kondisi tanam yang kurang menguntungkan. Membuat meja tanam adalah sebuah solusi, yaitu membuat meja seperti biasa dan ditambahkan sisi pembatas di sekelilingnya. Dengan kreativitas, meja tanam tak hanya berfungsi sebagai "lahan" tanam, namun juga akan menambah estetika rumah Kompasianer.Â
Tidak percaya, silahkan buktikan sendiri.Â
Â
Taman tanpa Air
Minimnya ketersediaan air menjadi kendala bagi warga ibu kota untuk memulai bercocok tanam di rumah. Nah, bagi Kompasianer dengan kondisi air yang sangat terbatas bisa berinisiasi untuk membuat "taman tanpa air". Warga Ibu Kota tetap dapat memiliki taman cantik dengan pilihan tanaman yang tidak memerlukan penyiraman intens, seperti Kaktus, Lidah mertua, dan Bunga Euphorbia.
Menyuburkan Tanah dengan Bahan Sisa Dapur
Pertanyaan mengenai pupuk  pasti muncul saat membicarakan rencana bercocok tanam. Daripada mengeluarkan biaya untuk pupuk, Kompasianer dapat memanfaatkan bahan-bahan sisa dapur sebagai pupuk alami bagi lahan urban farming kita di rumah.  Misalnya remahan cangkang telur yang memberi kalsium untuk tanah Anda. Kemudian kopi bubuk yang berperan penting sebagai pupuk. Serta, kulit pisang yang bisa memicu perkembangan pesat mikro organisme di tanah.
Memanfaatkan Barang Bekas
Salah satu keuntungan menerapkan urban farming adalah pemanfaatan barang bekas yang selama ini nyaris tak memiliki nilai. Kompasianer pasti akan merasakan kepuasan tersendiri saat berhasil memanfaatkan barang bekas atau yang selama ini kita kenal dengan "zero waste". Salah satu contohnya adalah dengan memanfaatkan botol-botol bekas menjadi pot tanaman yang digantung dan diberi warna yang kemudian dapat digunakan sebagai tempat tumbuh tanaman.
Â