Mohon tunggu...
Julita Hasanah
Julita Hasanah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Masih Mahasiswa

A Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Urban Farming Masa Depan Jakarta

10 September 2019   10:05 Diperbarui: 11 September 2019   21:29 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://pingpoint.co.id 

sumber : https://www.agritecture.com 
sumber : https://www.agritecture.com 

Melalui urban farming, atap rumah, pagar rumah dan bahkan pipa bekas merupakan sarana untuk ciptakan kebaikan bagi lingkungan Jakarta. 

Pertanian kota atau urban farming merupakan konsep berkebun di lahan terbatas terutama bagi siapa saja yang hidup di kota-kota besar, persis seperti Jakarta. Halaman rumah, atap, balkon, dan hampir semua jenis ruang perkotaan dapat diubah menjadi zona pertanian mini yang syarat akan manfaat.

Realisasi Urban Farming dapat kita lihat pada beberapa kota besar dunia. Salah satunya HK Farm,  jaringan taman atap di sekitar Yau Ma Tei, Hongkong. Kota yang sudah lama tak merasakan kegiatan pertanian kini hijau dengan hamparan taman atap. Amerikapun tak mau ketinggalan. Kota yang tak pernah tidur, New York punya Brooklyn Grange yang mengoperasikan perkebunan atap terbesar di dunia, menghasilkan lebih dari 22 ton produk organik setiap tahunnya.

Bagaimana warga Ibu Kota sudah tak sabar memulai urban farming ?

Pemerintah DKI Jakarta berharap urban farming tak hanya memikat hati segelintir kelompok, namun melibatkan jangkauan yang lebih luas. Penerapan urban farming secara massal akan memiliki dampak yang massif. Sejumlah penelitian sudah membuktikan bahwa urban farming merupakan konsep pertanian ideal di masa depan. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, urban farming akan memberikan manfaat secara langsung bagi penggiatnya juga bagi lingkungan.

Tak hanya memanen buah dan sayur, urban farming memungkinkan kita  memanen segudang kebaikan bagi lingkungan. Sungguh luar biasa bukan ?

 

Menjawab Krisis Ruang Terbuka Hijau

 

sumber : https://www.herworld.com  
sumber : https://www.herworld.com  

Jakarta sebagai pusat pemerintahan sekaligus sentra bisnis mengharuskan tersedianya infrastruktur yang prima di Ibu Kota. Sayangnya, pembangunan infrastruktur yang massif menyebabkan tergusurnya ruang terbuka hijau. Lenyapnya ruang terbuka hijau sangat mempengaruhi kestabilan ekosistem lingkungan. Meningkatnya polusi udara adalah salah satu konsekuensinya.

"Data World Health Organisation  terbaru menempatkan Jakarta sebagai 22 kota paling berpolusi (udara) di dunia. Kota metropolitan ini mengantongi Air Quality Index dengan nilai 152, angka tesebut dua kali lipat lebih tinggi dari standar batas udara bersih internasional."

Konsep urban farming menawarkan solusi yang dapat dilakukan siapa saja untuk bantu tingkatkan kualitas udara Jakarta. Berbagai sistem penanaman urban farming seperti vertikultur, hidroponik, dan akuaponik membuka peluang akan ruang terbuka hijau baru. Tersedianya ruang terbuka hijau di Jakarta secara perlahan dapat mengurangi pencemaran udara sekaligus menjadikan lingkungan sekitar kita nyaman dan sehat untuk ditinggali.

Eat What You Grow : Jaga Ketahanan Pangan  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun