Mohon tunggu...
Julia Wardani
Julia Wardani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa prodi ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Relevansi Sila Pertama bagi Remaja di Tengah Perkembangan Zaman

13 Desember 2024   10:57 Diperbarui: 13 Desember 2024   13:14 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pancasila sebagai dasar negara di Indonesia yang menjadi pedoman hidup masyarakat termasuk remaja, perkembangan zaman pasti membawa perubahan besar dalam kehidupan generasi muda. Seperti teknologi, budaya, dan media sosial membentuk karakter dan cara pandang kehidupan remaja saat ini. Akan tetapi, ditengah perubahan tersebut, Sila pertama, yaitu "Ketuhanan Yang Maha Esa" menegaskan pentingnya mengakui keberadaan Tuhan dan menjalankan kehidupan sesuai nilai - nilai ketuhanan yang penting bagi remaja saat ini untuk membentuk karakter spiritual. 

Memaknai Sila Pertama dalam Kehidupan Remaja

Bagi remaja sila pertama mengajarkan untuk : 

1. Mengakui keberadaan Tuhan yang maha esa sebagai sumber kehidupan. 

2. Memberi kebebasan kepada setiap individu untuk beribadah dan memeluk agama sesuai dengan keyakinan. 

3. Mengenali identitas diri bahwa spiritualitas penting dalam pembentukan karakter dan moral. 

4. Menghormati dan toleransi perbedaan keberagaman dan budaya. 

5. Menanamkan sikap bijak dan fokus pada moralitas. 

Hambatan yang Dihadapi Remaja dalam Mengamalkan Sila Pertama. 

Remaja zaman sekarang pasti mengalami berbagai tantangan yang dapat menghambat penerapan nilai Ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari. 

Beberapa hambatan utama yang sering dihadapi adalah:

1. Tekanan Pergaulan

Dalam dunia remaja, pergaulan memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan karakter. Seringkali, remaja terpapar pada gaya hidup yang tidak sesuai dengan pedoman agama. Misalnya, tren kehidupan bebas yang menonjolkan konsumsi alkohol atau merokok, serta pergaulan yang mengarah pada tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai Ketuhanan seperti tidak menghormati orang tua atau guru. Tekanan teman sebaya juga dapat mendorong remaja untuk mengikuti tren meskipun tahu hal itu tidak sesuai dengan ajaran agama yang mereka anut.

Contoh:

Seorang remaja yang merasa terpaksa untuk ikut merokok atau mengikuti pergaulan yang berfokus pada gaya hidup hedonis karena ingin diterima dalam kelompok sosialnya. Hal ini bisa mengganggu keseimbangan spiritual dan moral yang diajarkan dalam Sila Pertama Pancasila.

2. Paparan Konten Negatif di Media Sosial

Media sosial kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Namun, tidak semua konten yang beredar di media sosial mendukung nilai Ketuhanan. Beberapa konten justru menyebarkan ujaran kebencian, intoleransi, bahkan penistaan terhadap agama tertentu.

Contoh:

Remaja sering kali melihat di media sosial video atau komentar yang mengandung kebencian terhadap suatu agama atau kelompok tertentu. Jika tidak ada pemahaman yang cukup tentang pentingnya toleransi, remaja bisa terpengaruh dan turut menyebarkan konten negatif tersebut.

3. Pengaruh Budaya Global yang Tidak Sesuai dengan Nilai Lokal

Budaya global sering kali mempengaruhi cara berpikir dan bertindak remaja. Pengaruh film, musik, dan gaya hidup dari luar negeri yang tidak selaras dengan nilai-nilai agama bisa membuat remaja merasa bingung dan kesulitan dalam memilih jalan hidup yang sesuai dengan ajaran agama mereka.

Contoh:

Remaja mungkin terpesona dengan gaya hidup selebritas luar negeri yang bebas dan glamor, seperti berpakaian terbuka atau mengikuti tren yang lebih mementingkan penampilan daripada nilai moral. Padahal, nilai Ketuhanan mengajarkan bahwa penampilan harus mencerminkan kedalaman karakter, bukan sekadar mengikuti tren.

Untuk mengatasi hambatan seperti tekanan pergaulan, paparan konten negatif, dan pengaruh budaya global, remaja perlu dukungan dari keluarga, pendidikan agama, serta teman sebaya.

Keluarga memberikan contoh yang baik, sementara pendidikan agama yang menyeluruh membantu remaja memahami pentingnya toleransi dan moralitas. Teman sebaya dan komunitas berbasis agama juga memperkuat nilai Ketuhanan. Dengan dukungan ini, remaja dapat mengamalkan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, tetap menjaga kedamaian dalam perbedaan, dan tumbuh menjadi individu yang berkarakter positif.

Implementasi Sila Pertama oleh Remaja di Tengah Perkembangan Zaman. 

Implementasi nilai Ketuhanan bagi remaja dapat dilakukan melalui beberapa langkah nyata, di antaranya:

1. Menghargai Perbedaan Agama dan Keyakinan

Remaja dapat mengamalkan sila pertama dengan menghormati teman yang memiliki keyakinan berbeda dan menciptakan lingkungan yang baik dan toleran di sekolah serta masyarakat.

2. Menjaga Etika dan Moralitas

Dengan memegang prinsip Ketuhanan, remaja diharapkan dapat membuat keputusan yang bijak dan berpegang pada nilai-nilai kebaikan seperti kejujuran, saling menghormati, dan bertanggung jawab.

3. Memanfaatkan Media Sosial untuk Kebaikan

Remaja dapat menggunakan media sosial untuk menyebarkan pesan positif dan toleransi antar umat beragama, serta menghindari konten yang bersifat negatif atau menghasut.

4. Berpartisipasi dalam Kegiatan Keagamaan dan Sosial

Remaja yang aktif dalam kegiatan keagamaan atau sosial, seperti berbagi dengan yang membutuhkan atau mengikuti kegiatan keagamaan di komunitas, dapat memperkuat iman dan menunjukkan contoh kehidupan yang penuh kasih dan toleransi.

Melalui langkah-langkah ini, remaja tidak hanya memperkuat keimanan pribadi, tetapi juga berperan dalam membangun masyarakat yang damai dan harmonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun