[caption id="attachment_205467" align="aligncenter" width="600" caption="Sunset di pantai Siung (dok. juliastri Sn)"][/caption] Yipppiii...setelah beberapa waktu lalu menjelajah pantai Indrayanti, the next destination adalah pantai Siung. Hm..awalnya agak aneh mendengar namanya. Pertama kali muncul dalam benak adalah pantai ini penuh dengan gigi-gigi siung atau taring binatang. Hi..ngeri ya..tapi banyak orang bilang, pantai ini bagus. Jadi penasaran. Kebetulan, saat liburan lebaran tahun ini, banyak saudara yang datang dari luar kota yang ingin piknik ke pantai. Sebagai tuan rumah yang baik, dengan senang hati kami mengantar dengan segenap akomodasinya, maklum..kapan lagi bisa ramai-ramai piknik ke pantai. Refreshing, bo..
Maka, berawal dari niat coba-coba berbalut rasa penasaran, kami on the way pantai Siung. Berbekal penunjuk arah di sepanjang laut selatan setelah sebelumnya nanya-nanya di mbah Google map. So, kami berdelapan bersama ibu, kakak, teteh, keponakan, suami dan anak kita meluncur menuju TKP. TKP = Tempat Kejadian Piknik..ihihih..maksa abis..
Rute menuju pantai Siung ini sebenarnya lebih dekat kalau lewat Semanu. Namun apa dikata, kami terlanjur melewati terminal Wonosari ke arah Pantai Baron. Sampai pertigaan Mulo, kami ambil arah yang ke kiri. Rute selanjutnya hampir sama seperti saat menuju pantai Indrayanti, hanya saja saat ada pertigaan yang ada petunjuk arah kalau ke kanan ke pantai Indrayanti, Sundak, Krakal, Kukup, Baron..maka kalau mau ke pantai Siung kami ambil arah yang ke kiri. Terus saja, lumayan cukup jauh sih, kira-kira 7 km lagi. Sepanjang perjalanan kami bertanya-tanya, kok nggak sampai-sampai ya. Sempat nanya orang juga, apakah masih jauh dan dijawab orang itu masih jauh, nanti ada papan petunjuknya..iyyyaaaa...tahu bu, tapi makasih ya...
Akhirnya dari kejauhan kami bisa melihat panorama pantai itu. Dan ckckckck..kami terpesona..ternyata jauhnya sebanding dengan keindahannya. Pantainya bersih, airnya jernih, dan masih asri sekali. Tidak terlalu ramai pengunjung tapi justru dengan suasana seperti ini kami bisa lebih menikmati, lebih merasuk..( emang bumbu masakan hihi.. ).
Begitu kaki kami menjejakkan di pantai Siung ini, ada seorang bapak yang menyewakan tikar. “Tikar, bu..tikar..tidak dihitung per jam..bebas waktunya..”
Karena barang bawaan lumayan banyak, maklum kami bawa 2 balita, maka saya tanya..
“Berapa pak ?”
“Sepuluh ribu..”
“Gak lima ribu pak ?”
“Jangan, bu..nanti saya dimarahi teman-teman yang lain..”
Ya sudah, akhirnya saya menyerah untuk dua alasan, kasihan sama si bapak dan emang butuh alas tikar untuk duduk dan tempat barang. Padahal sebenarnya sih, pasir putih pantainya juga cukup bersih, cuma ya gak papalah. Sekali-kali gelar tikar di pantai. Biasanya sih kalau ke pantai nggak pernah gelar tikar langsung duduk di pasir. Selesai menaruh barang, langsung deh cihui ria main-main air di pantai. Anak saya langsung nyemplung kegirangan di pinggir yang tak terlalu dalam dan jauh dari ombak yang ganas. Lalu foto-foto ala model dadakan. Kapan lagi, mumpung pemandangannya indah hehe..