Karena jika kita telaah, perjuangan menjadi honor tidaklah mudah. Liku-liku dilalui dengan proses panjang.
Sebenarnya tidak ada kata yang mampu mewakili bagaimana perjuangan para honorer. Namun, hanya kata "Bersyukur dan Bertahan" yang sering terucap.
Jika dilihat dari kondisi kerja, honorer juga sama jam kerjanya dengan ASN. Contoh hononer di sekolah, tempat penulis mengajar.
Honorer tersebut mengajar di kelas 4 dan menjadi wali kelas. Mengajar full dari pagi sama seperti penulis yang mengajar di kelas 6.
Jam mengajarpun sama. Bahkan guru tersebut mendapat tambahan tugas sebagai guru pramuka, hanya dibayar Rp. 35.000 (1 x dalam 1 minggu). Beliau juga melatih peserta didik untuk upacara. Aktif di ragam kegiatan. Sehingga layak mendapatkan kesejahteraan yang wajar.
Namun, seperti kita ketahui bahwa honor yang diterima honorer tidaklah tinggi. Di sekolah penulis, honor dibayar Rp. 700.000/bulan. Diterima saat dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) salur keluar.
Biasanya honorer menerima honor satu kali dalam empat bulan. Para honorer harus menunggu honor tersebut untuk jangka waktu yang lama.
Sementara, biaya kebutuhan hidup tidaklah semua murah. Segala sesuatu membutuhkan biaya. Apalagi jika para honorer sudah berkeluarga. Pastinya Rp.700.000.00/bulan tidaklah cukup.
Honorer full masuk mengajar dari senin sampai sabtu dari jam 07.00 hingga 11.30, terkecuali di Hari Jumat. Sehingga jika ingin menambah kerja sampingan, harus cerdas dalam manajeman waktu. Agar bisa membagi waktu dengan pekerjaan di sekolah.
Karena jika honorer hanya mengandalkan gaji yang sedikit, sementara kerja yang luar biasa padat. Maka, akan sulit bertahan.
Semangat honor yang luar biasa bertahan adalah salah satu poin yang istimewa. Karena meski dengan keterbatasan, rekan honorer tetap melaksanakan tanggung jawab dengan baik.