Beliau mengatakan hasil torehan karet dijual untuk menambah uang belanja sehari-hari. Karena honor dari sekolah, tidak cukup untuk bertahan.
Walaupun dengan honor yang sangat minim, beliau tetap bekerja dengan profesional. Beliau bersedia bekerja seiklasnya meskipun terkadang hanya menerima ungkapan "terimkasih".
Kini, Ibu Guru yang dulunya honor, lulus menjadi guru ASN P3K.
Kami melihat kerja keras yang luar biasa dilakukan beliau saat mengajar dan berjuang menjadi ASN P3K.
Kesabaran yang tinggi menjadi nilai yang tidak bisa dipisahkan, dari Ibu Guru asli Desa Ransi Dakan ini. Terlebih lagi, saat kami berdua terkena kasus hangus dan tidak munculnya tunjangan khusus di daerah terpencil.
Perjuangan yang panjang kami lalui bersama hingga akhirnya, tunjangan khusus terbit kembali.
Begitu juga perjuangan melalui perlombaan di bidang sains, yang membawa siswa-siswi kelas 5 menjadi finalis tingkat nasional. Kami berusaha membawa siswa-siswi ke Kabupaten Sintang, karena sinyal tidak ada di desa/sekolah.
Empat tahun telah dilalui beliau dengan dedikasi yang tinggi. Tidak mengeluh bekerja. Hari ini adalah hari perpisahan yang sejujurnya tidak kami kehendaki. Karena sebenarnya kami membutuhkannya.
Namun kondisi berkata lain, beliau ditugaskan di Kecamatan Tempunak menjadi guru IPA SMP.
Tangisan air mata mengakhiri perpisahan kami dengan guru inspiratif ini. Semoga bisa menemukan rekan guru baik hati sepertimu Ibu Maria.
Dari kami civitas SD N 06 Ransi Dakan, Kecamatan Sungai Tebelian, Kabupaten Sintang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H