Tahun 2019, penulis mengikuti seleksi yang sangat panjang dalam short course. Penulis mewakili Kalimantan Barat, melalui Kemdikbud sebagai guru SD yang lolos mengikuti pelatihan Inquiry Based Learning (Pembelajaran Berbasis Inkuiri) di Negeri Sakura, Jepang.
Saat itu, penulis bertugas di SD N 9 Sungai Seria, Kec. Ketungau Hulu, Kab. Sintang, Â Provinsi Kalimantan Barat. Meski akses dan sinyal sangat terbatas, penulis mencoba mengikuti seleksi. Administrasi, rekam jejak, tulisan ilmiah, interview dalam bahasa asing, syarat lanjutan hingga mendapatkan visa ke Negara Jepang.
Pohon sinyal menjadi saksi bisu, saat pelulusan. Awalnya penulis tidak menyangka, sebagai guru SD dari 3T (pelosok) yang lolos seleksi hingga ke Asia Timur.
Kolaborasi dengan 25 guru dari ragam jenjang mempertemukan kami dengan para sensei di Nagoya University Jepang.
Sumber : Dokpri (Modeling Instruction)/ Nogoya University Japan
​​​​​
Selama di Jepang, penulis baru mengetahui, bahwa arti kata sensei itu adalah "sebuah gelar kehormatan" yang diberikan kepada orang yang berjasa. Guru diberikan gelar kehormatan "sensei", karena jasanya dalam memajukan Negara Jepang dan mencerdaskan generasi.
Gelar "sensei" juga diberikan pada dokter, karena dokter memiliki jasa yang besar pada pelayanan pasien.
Sebenarnya, sebutan untuk profesi guru di Negara Jepang adalah "Kyoushi". Namun, orang-orang lebih cenderung memanggil sensei karena jasanya yang sangat besar pada kemajuan bangsa.
Negara Jepang yang fokus pada pendidikan dan guru telah banyak menciptakan fenomena yang sangat luar biasa di negara tersebut. Seperti kemampuan literasi (baca) yang sangat tinggi.