Mohon tunggu...
GURU MUDA
GURU MUDA Mohon Tunggu... Guru - GURU

Ketika keadaan tidak berpihak, maka tulisan adalah suara kecil yang mampu membantumu bertahan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tidak Salah Bermimpi Menjadi Penulis Mayor

18 Maret 2023   07:07 Diperbarui: 18 Maret 2023   07:07 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Flyer KBMN Gel. 28 Materi Ke-26 (Sumber Tim Solid)

 

"Tidak Salah Bermimpi Menjadi Penulis Mayor"

oleh: Julia Roli Sennang Banurea, S.Pd,Gr.

SD N 06 Ransi Dakan Kabupaten Sintang

Tidak pernah terbersit di hati dan pikiran akan menjadi seorang penulis. Meski dari sejak Sekolah Menengah Atas suka pelajaran  Bahasa Indonesia.Bahkan hingga perkuliahan semester empat, masih belum memiliki passion dalam menulis.

Kondisi ekonomi yang sangat kurang tepatnya di semester lima, mem"push" penulis untuk mulai menulis karya tulis ilmiah (KTI). Yakni gagasan tertulis" dengan judul "Capital Punishment bagi pelaku tindak korupsi".

Tulisan pertama yang dikirim tersebut adalah naskah pertama penulis. Lolos diseleksi Dikti bersama dua rekan lainnya. Tepatnya tahun 2010 pada Program Kreativitas Mahasiswa. Serta mendapatkan pendanaan Rp. 3.000.000, 00,.

Ketika di jalan menuju kampus, penulis terkejut atas info dari seorang sahabat. Dia mengatakan bahwa naskah tersebut lolos hinga tingkat nasional.

Penulis bahkan sudah lupa, jika telah mengikuti lomba menulis. Karena pengumuman lomba sampai memakan waktu hampir satu tahun.

Penulis menganggap tidak lolos, karena info tak kunjung tiba. Hingga akhirnya penulis diundang ke kantor pembantu rektor III, Universitas Negeri Medan. Untuk mendengarkan pengumuman dan menerima dana dari Dikti.

Sebenarnya, ide dalam tulisan tersebut adalah ungkapan dari hati penulis. Karena melihat berita di televisi dan media online, tentang kasus "Bank Century" sejak tahun 2018.

Kondisi masyarakat banyak dibawah garis kemiskinan. Namun ternyata ada oknum penjabat yang melakukan korupsi. Sehingga penulis, menuliskan topik tulisan tentang hukuman mati bagi pelaku tindak korupsi mulai tahun 2019.

Namun, sejujurnya tulisan tersebut bertentangan dengan nurani. Karena untuk hal "kematian", Tuhan yang punya Kuasa dalam menentukan, bukan manusia.

 Penulis berusaha memberi alternatif solusi hukuman. Yakni "capital punishment" bagi pelaku koruptor. Karena memiliki pandangan bahwa para koruptor membuat kehidupan masyarakat secara perlahan hancur menuju kesengsaraan bahkan kematian.

Sejak lolosnya tulisan pertama tentang korupsi, penulispun akhirnya mulai tertarik menulis. Meski sering mengalami fluktuasi dalam menulis, penulis tetap bertahan hingga saat ini.

Dua buku telah terbit, 1 prosiding, 1 buku antologi, puluhan karya tulis ilmiah lolos lomba telah menjadi saksi perjalanan penulis. Walau masih pemula, tetap memiliki impian menjadi penulis mayor. Seperti penulis senior lainnya.

Impian menjadi penulis mayor tersebut terasa semakin nyata di depan mata, karena penulis mendapat materi tentang "menjadi penulis buku mayor". Tepatnya di Kelas Belajar Menulis Nusantara gel. 28. 

Narasumbernya adalah Joko Irawan Mumpuni. Beliau adalah Direktur Penerbitan dari Penerbit Andi Yogyakarta. Anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY, penulis buku bersertifikat BSNP serta Asesor BNSP.

Penerbit Mayor di Indonesia tidak banyak kuantitasnya. Karena menjadi penerbit mayor memiliki kriteria yang sulit diraih dalam waktu yang singkat. Bahkan bisa sampai puluhan tahun.

Salah satu syarat menjadi penerbit mayor adalah sudah memiliki judul terbitan buku puluhan ribu judul. Setiap tahun harus menerbitkan ratusan judul secara konsisten.

Penerbit merupakan industri kreatif yang didalamnya terdapat kolabarasi insan kreatif  yang meliputi penulis, editor, layouter, ilustrator dan desain grafis.

Buku terbitan terbagi menjadi dua kategori besar jenis buku, yakni

1.Buku Teks atau buku sekolah-kampus 

2.Buku Non Teks atau buku popular

Buku Nonteks dibagi dua lagi menjadi buku Fiski dan Non Fiksi. Buku Perguruan tinggi dibagi dua lagi menjadi buku Eksak dan Non Eksak.

Pertanyaan yang sering muncul adalah apa kriteria agar naskah buku dapat diterima oleh penerbit mayor untuk dapat diterbitkan.

 Karena tidak semua naskah buku dapat diterima. Contoh, penerbit ANDI tiap bulan menerima hingga 500 naskah. Sementara  yang diterima untuk diterbitkan hanya 50 judul. Berikut ini syarat penilaiannya, 

1. Editorial

2. Peluang potensi pasar 

3. Keilmuan

4. Reputasi penulis

 

Penerbit akan berhati hati jika ada buku bertema yang memiliki pasar sempit dan lifecycle pendek. Penerbit biasa senang dengan tema buku yang memiliki lifecycle panjang dan pangsa pasar luas.

Ketatnya evaluasi dalam penentuan buku yang masuk ke penerbit mayor, membentuk para penulis menjadi lebih selektif dalam menulis buku.

Walaupun masih penulis junior, tidak salah bermimpi menjadi penulis buku mayor di masa depan. 

 

Semoga tulisan ini bermanfaat, 

Salam literasi dari Guru Pelosok.

Referensi:

Materi  KBMN gel 28 Materi Ke-26."Menjadi Penulis Buku Mayor"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun