Mohon tunggu...
Julia Rachmawati
Julia Rachmawati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I'm a women but I think 'rationally' as men. Maybe look like a men in a woman's body. LOL. :)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tjangkir13, Warung Kopi yang Ramah dengan Diskusi Kritisnya

21 Juni 2015   16:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:42 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Mungkin tampak dari luar tempat ini hanya tempat ngopi biasa saja dengan  menyuguhkan menu minuman pada umumnya. Menu utama yang disajikan pun tak jauh berbeda dengan angkringan yang berada tak jauh dari tempat itu. Macam kopi dengan varian seperti kopi gresik, kopi malang, kopi kediri, teh, susu dan tak lupa menu yang mengenyangkan ada ceker pedas ala Tjangkir13 tentunya. Namun apa yang berbeda pada tempat ini? Itu yang selalu di tanyakan sejak awal para  pengunjungnya. Bagi orang awam, warung kopi ini nampak biasa saja. Namun dalam pandangan para aktivis, tempat ini adalah tempat yang ramah untuk berdiskusi ria. Membahas banyak hal yang ingin mereka ketahui dengan orang-orang yang sederhana namun mempunyai banyak pengetahuan untuk dibagi dan belajar bersama.

Kedai kopi ini didirikan dua tahun lalu oleh seorang yang nyentrik, entah dalam pola  pikir  dan  berpenampilan. Dialah Aji Prasetyo, seorang komikus kelahiran Madiun, dia pun kini masih aktif sebagai  aktivis, budayawan, seniman yang sampai saat ini masih produktif dalam menciptakan karya-karya yang menyentil. Selain sebagai pengelola Kedai ini, Mas Aji juga telah merilis buku keduanya yang baru saja rilis dengan Judul,”Teroris Visual”.

Dalam buku ini mas Aji sebagai komikus tentu ia menyajikan ilustrasi-ilustrasi gambar  yang cukup jenaka dengan pesan menyentilnya, saat  ketika di baca. Banyak hal yang tersaji dalam komiknya ini yang tak kita sadari dalam seharian. Misalnya saja soal kritik agama, dan beberapa kritik terhadap organisasi-organisasi keagaamaan yang terlalu tendesius dengan mudahnya melabelkan seseorang dengan kata,”Kafir” ketika seseorang tersebut tidak beragama sama dengan kelompok ormas tersebut. Dan ada juga kelakuan mahasiswa lama saat ospek mahasiswa baru yang menjadi "makelar" tugas, lalu banner caleg yang mengganggu pemandangan kota, kisah Atik pegawai Bank Jatim yang dituduh menggelapkan uang dan yang tak kalah seru juga adalah kisah 'Berantas Pelacuran' yang mengisahkan penutupan Gang Dolly.

Lantas cerita komik yang usung oleh mas Aji inilah terinspirasi dari masalah keseharian yang timbul di sekitar juga salah satu lewat ngobrol santai dengan pengunjung setia kedai Tjangkir13 tersebut.

Selain itu juga tempat ini menjadi referensi tempat diskusi yang fantastik. Semisal pada diskusi dan pemutaran film Semen VS Samin mendapat penolakan pemutaran di Fakultas FIA UB. Ketika pemutaran film belum berakhir acara tersebut dipaksa dibubarkan oleh security kampus atas perintah rektorat karena mereka menganggap acara tersebut tidak memiliki ijin yang sah dari pihak kampus. Hal ini yang mengecewakan menurut mas Aji. Harusnya kampus adalah tempat belajar para generasi muda untuk lebih peduli dengan apa yang yang dihadapi oleh masyarakat kecil. Dalam film tersebut kita sadar, bahwa masalah hak kepemilikan tanah ini sering kali mengkebiri keberadaan rakyat kecil atas kesewenangan kaum elit dan pengusaha. Lagi-lagi rakyat yang dikorbankan. Tujuan dari pemutaran film tersebut adalah bagaimana sebagai generasi muda dapat sadar dan ikut serta dalam permasalahan masalah tersebut dengan memberi solusi, bukan malah menutup mata dan tidak mau tau akan persolan yang timbul pada negara ini.

Maka mas Aji dan kawan-kawan berinisiatif untuk mengelar pemutaran Film tersebut di kedainya. Acara nonoton bareng pun berlangsung, siapa saja boleh hadir dan menyaksikan tidak di punggut biaya hanya saja kesadaran diri sendiri untuk membeli secangkir kopi yang sudah terpanpang di menu utamanya.

Kedai ini pun sering mengadakan acara yang cukup menarik, semisal mengundang tokoh Sujiwo Tedjo (budayawan, seniman nasional), komunitas Gusdurian, diskusi bersama dengan KontraS, MCW dan lainya. Jadi kiranya anda berkunjung ke Malang mampir ke Kedai ini, maka tak heran jika anda akan di sambut dengan ramah dan gurau canda tawa oleh pria berambut gondrong dan berkacamata ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun