Mohon tunggu...
Juliaputry Erika
Juliaputry Erika Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

PGSD

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lev Vigotsky Dan jean piaget dalam perkembangan anak di kehidupan bermasyarakat

18 Januari 2025   11:17 Diperbarui: 18 Januari 2025   10:17 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

1.Lev Semyonovich Vygotsky merupakan seorang keturunan Yahudi yang lahir di kota
Orscha pada tahun 1896, pada masa Tsar Rusia. Pada usia 15 tahun, ia mendapat julukan
"Profesor Kecil" karena perannya sebagai pemimpin diskusi mahasiswa. Pada usia 18 tahun,
ia menulis kritik terhadap drama Hamlet karya Shakespeare, yang ia masukkan ke dalam
berbagai publikasi psikologisnya. Dia duduk di bangku sekolah kedokteran di Universitas
Moskow tetapi kemudian beralih ke sekolah hukum.
Di usia yang ke28 tahun, Vygotsky mengembangkan minatnya pada studi psikologi,
setelah sebelumnya lebih fokus pada sastra dan ilmu sosial. Vygotsky awalnya menjabat
sebagai instruktur sastra di suatu institusi, lalu ditugaskan untuk menjadi guru psikologi di
sekolah tersebut. Sebenarnya, ia tidak memiliki pendidikan akademis di bidang tersebut.
Ketertarikan Vygotsky terhadap psikologi membawanya untuk melanjutkan studi lebih lanjut
di bidang tersebut di Institut Psikologi Moskow pada tahun 1925. Ia meninggal karena
tuberkulosis pada usia 37 tahun pada tahun 1934. Teori Vygotsky dibentuk oleh gagasan tiga
filsuf. Yang pertama ialah Benediktus Spinoza. Spinoza memegang keyakinan bahwa semua
pengetahuan, secara teori, dapat diperoleh melalui proses berpikir rasional. Manusia dapat
mengendalikan nafsunya dengan cara menumbuhkan pemikiran rasional. Teori Vygotsky
menjelaskan pencapaian pengendalian diri melalui pengembangan kapasitas mental rasional
(fungsi mental). Filsuf kedua ialah GWF Hegel. Sistem dialektika terdiri dari proses negasi,
dimana suatu tesis dibantah oleh lawan atau antitesisnya, dan kemudian diselesaikan melalui
penciptaan formasi baru yang secara kualitatif.
2.Jean Piaget lahir pada 9 Agustus 1896 di Neuchatel, Swiss dan meninggal 84 tahun
kemudian. Ia sangat mengagumi ayahnya yang terpelajar, namun mempunyai kekhawatiran
terhadap ibunya yang lebih emosional. Keputusannya untuk mempelajari psikologi di masa
depan dipengaruhi oleh keadaan ibunya yang ini. Meskipun demikian, bidang studi awal
Piaget adalah biologi dalam bidang sains. Ia mengembangkan minatnya pada biologi di usia
11 tahun. Ia menulis satu publikasi mengenai burung pipit, dan sepanjang periode usia 15
hingga 18 tahun, ia menulis publikasi lain tentang cangkang.
Pada tahun 1918, Piaget menulis novel intelektual Recherché. Publikasi penting ini
menyajikan agenda penelitiannya. Dia berpendapat dalam tulisannya bahwa sains didasarkan
pada bukti empiris, sedangkan agama berpusat pada prinsip prinsip moral 

posisi awalnya di Neuchatel pada tahun 1925, setelah itu ia memantapkan dirinya di
Universitas Jenewa pada tahun 1929. Pada tahun yang sama, ia ditunjuk sebagai direktur
Kantor Pendidikan Internasional. Selanjutnya, pada tahun 1955, ia menjabat sebagai direktur
Pusat Internasional Epistemologi Genetik. Pada tahun 1963, ia dianugerahi gelar doktor
kehormatan pertamanya oleh Universitas Harvard, dan kemudian memenangkan lebih dari
40 penghargaan, termasuk Hadiah Erasmus pada tahun 1972. Setelah pensiun pada tahun
1971, Piaget melanjutkan studi ilmiahnya, menghasilkan literatur mengenai epistemologik Konstruktivis

3. Perkembangan Kognitif Anak
Kognisi mengacu pada proses berpikir, yakni keterampilan seseorang untuk
mengkorelasikan, mengevaluasi, dan merenungkan suatu peristiwa atau kejadian, yang
merupakan kapasitas berpikir individu. Proses kognitif berkaitan dengan kapasitas intelektual
yang membedakan individu dengan beragam minat dan bakat, khususnya yang berorientasi
pada ide dan pembelajaran. Terminologi “Kognitif” berasal dari “cognition”, yang mengacu
pada proses menafsirkan dan memahami informasi. Kognisi, secara garis besar, mengacu
pada proses perolehan, pengorganisasian, dan penerapan pengetahuan.
Gagne mendefinisikan kognisi sebagai proses internal yang terjadi di dalam sistem
saraf pusat ketika seseorang terlibat dalam kegiatan berpikir. Kognitif mengacu pada
keseluruhan kegiatan mental yang mencakup persepsi, pikiran, memori, dan pemrosesan
informasi. Kegiatan ini memungkinkan individu mendaptkan pengetahuna, mampu mencari
solusi atas suatu permasalahan, dan melakuksanakn perencanaan masa depan. Ini mencakup
semua proses psikologis yang terlibat dalam belajar, memperhatikan, mengamati,
membayangkan, memprediksi, menilai, dan memikirkan mengenai lingkungannya.
Artinya, karena kemapuan kognitifnya, anak memanfaatkan kemampuan kognitif
untuk menggunakan alat kognitif untuk mengobservasi, membangun hubungan,
mengevaluasi, dan merenungkan suatu peristiwa atau kejadian, dengan tujuan menyelesaikan
masalah secara efisien dan berhasil serta memperoleh tujuan. Semakin besar tingkat
rangsangan yang diterima seorang anak dari interaksinya dengan lingkungan berbanding lurus
dengan keterlibatan anak tersebut dengan dunia luar, sehingga menghasilkan kecepatan
pemrosesan kognitif yang semakin cepat.
Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh berbagai aspek, yang dapat dijelaskan yakni: Hereditas, yang pertama kali dikemukakan oleh filsuf Schopenhauer, menyatakan
bahwa seseorang dilahirkan dengan sifat-sifat bawaan yang tidak terpengaruh oleh
lingkungannya.
b. Lingkungan, yang mengacu pada kondisi dan pengaruh eksternal terhadap
individu atau sistem, merupakan inti dari teori lingkungan atau empirisme yang
dikembangkan oleh John Locke yang menyatakan bahwasanya manusia pada
dasarnya lahir dengan keadaan polos seperti selembar kertas kosong, tanpa tulisan
atau cacat apa pun.
c. Kematangan, mengacu pada keadaan suatu organ yang telah berkembang
sempurna dan mampu menjalankan peran spesifiknya.
d. Pembentukan, mengacu pada variabel luar yang mempengaruhi perkembangan
kecerdasan pada seseorang.
e. Minat dan bakat, yakni unsur berpengaruh yang memandu tindakan menuju
tujuan tertentu dan berfungsi sebagai motivasi untuk terlibat lebih aktif dan tampil
pada tingkat yang lebih tinggi.
f. Kebebasan, yang mengacu pada kemampuan orang untuk berpikir secara luas,
memungkinkan mereka memilih pendekatan khusus untuk pemecahan masalah
dan memilih isu berdasarkan kebutuhan masing-masing.
Dengan hasil kajian data yang di peroleh oleh peneliti melalui metode angket
kuesioner menunjukan terdapat beberapa anak usia dini yang dalam perkembangannya
dilingkungan masyarakat mendapatkan peraturan-peraturan dari orang tua yang berdampak
pada terganggunya proses perkembangan syaraf motoric anak usai dini dikarenakan
terbatasnya kesempatan anak untuk mengeksplor banyak hal yang seharusnya bisa dipelajari
dan menjadi peran kognitif dalam perkembangan anak. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh
para orangtua ingin anaknya mengetahui tentang hal yang bolah dilakukan dan tidak boleh
dilakukan oleh anak.
4. Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget
Perkembangan kognitif menekankan pada pembahasan struktur berpikir. Menurut
Jean Piaget, pembahasannya sebagian besar berpusat pada struktur kognitif. Dari tahun 1927
hingga 1980, dia melakukan penelitian ekstensif dan menulis publikasi tentang topik
perkembangan kognitif. Berbeda dengan psikolog sebelumnya, ia menegaskan bahwa
perkembangan kognitif anak-anak tidak hanya kurang maju dibandingkan orang dewasa
karena keterbatasan informasi mereka, tetapi juga secara fundamental berbeda sifatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun