Teori perkembangan psikososial
Erikson menjelaskan perkembangan
kepribadian manusia dalam beberapa tingkatan.
Erikson lahir di Frankfurt, Jerman, pada 15
Juni 1902. Ayahnya adalah seorang kebangsaan
Denmark yang tidak dikenal namanya dan
ibunya, Karla Abrhamsen, adalah wanita
Yahudi. Orang tuanya berpisah sebelum Erik
lahir. Ibunya, Karla kemudian menikah dengan
Dr. Theodore Homburger, lalu pindah ke
Karlsruhe, Jerman Selatan (Winnicott, 2019).
Erikson menyelesaikan pendidikan di
Gimnasium Pada usia 25 tahun. Beliau
diundang untuk mengajar di sebuah sekolah
swasta di Wina. Erikson menjadi begitu tertarik
pada pendidikan anak-anak. Erikson akhirnya
memilih kesenian, karena ia memiliki bakat dan
minat di bidang itu. Pada masa hidupnya ini
(Erikson pada waktu itu berusia 25 tahun)
terjadilah sesuatu yang membuatnya berubah
secara drastis. Ia diundang untuk mengajar pada
suatu sekolah swasta kecil, di Wina. Sekolah ini
dibangun sebagai tempat mendidik anak-anak,
sementara mereka dan (atau) orang tua mereka
menjalani psikoanalisis. Sekolah itu progresif
dan para guru serta murid diberi kebebasan
penuh dalam mengembangkan kurikulum
Erikson menjadi begitu tertarik pada
pendidikan anak-anak sehingga ia mengikuti
dan tamat dari sekolah pendidikan guru yang
menerapkan metode Montessori. Metode
Montessori menekankan perkembangan
inisiatif anak sendiri melalui permainan dan
pekerjaan. Pengalaman ini memiliki pengaruh
yang tidak pernah hilang dalam diri Erikson.
Pengaruh lain yang lebih dalam ialah
perkenalannya yang tak teralakan dengan
psikoanalisis ialah ia berkenalan dengan
perkumpulan Freud, mengikuti pendidikan
beliau dengan konsep psikoanalisis di bawah
bimbingan Anna Freud, mempelajari
psikoloanalisis di Institut Psikoanalisis di
Wina, dan tamat dari sana pada tahun 1933.
Bisa dikatakan, ia telah menemukan identitas
profesinya (Prihastiwi, 2019)
Singkatnya, Erikson belajar di lembaga
pendidikan Psikoanalisis Sigmund Freud.
Erikson mengambil konsentrasi pada bidang
ilmu yang mempelajari masa anak-anak dan
proses perkembangannya. Di sekolahnya itu,
Erikson mengulas kembali serta
mengembangkan teori Sigmund Freud (sering
dikenal sebagai dengan istilah Psychosexual
Theory) dan memberikan penekanan pada
aspek “ego (psikologis)” sebagai komponen inti
dari setiap manusia (Hasneli, 2019). Hal itulah
yang menyebabkan Erik disebut sebagai “post-
fredian” Hasil dari pengembangan teori Freud
yang dikerjakan oleh Erikson adalah Teori
Psikosisal (Psychosocial Theory). Teori
Erikson ini memiliki dampak yang penting
terhadap bidang ilmu tahapan-tahapan
perkembangan setiap individu. Hal ini
disebabkan oleh karena Erikson mampu
membuktikan bahwa perkembangan sebagai
sesuatu yang berlangsung seumur hidup
berdasarkan pengalamannya sendiri dan inilah
yang disebut oleh Erikson sebagai Teori
Psikososial itu sendiri (Pasiska & Alisyahbana,
2020).
Erikson berkata bahwa orang-orang harus
menemukan identitasnya dalam potensi-potensi
masyarakatnya, sedangkan perkembangannya
harus selaras dengan syarat-syarat yang
dicanangkan masyarakat, atau mereka harus
menanggung akibat-akibatnya. Sumbangan
penting yang telah diberikan Erikson meliputi
dua topik utama yaitu teori psikososial tentang
perkembangan dari mana muncul suatu
konsepsi yang luas tentang ego dan penelitian
psikosejarah yang menerangkan psikososialnya
(Maree, 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H