Mohon tunggu...
Julianus Joko Utomo
Julianus Joko Utomo Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah guru di SLB Negeri 1 Tabanan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semarak Merdeka Belajar: Praktik Baik dalam Merdeka Belajar Melalui Program Guru Sahabat Keluarga

31 Mei 2023   16:40 Diperbarui: 31 Mei 2023   16:50 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Salam bahagia untuk kita semua. Perkenalkan nama saya Julianus Joko Utomo. Saya merupakan guru di SLB Negeri 1 Tabanan, Bali. Pada kesempatan ini saya mencoba berbagi praktik baik dalam merdeka belajar yang saya implementasikan di kelas 1 SDLB Tunarungu. Kurikulum merdeka memberikan saya banyak ruang untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar agar menjadi sebuah pengalaman yang bermakna. Hal tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan kolaborasi.

Praktik terbaik yang berkesan bagi saya adalah Ketika saya berkolaborasi dengan keluarga siswa khususnya orangtua untuk bersama-sama mewujudkan mimpi atau harapan kami bersama yang kami lakukan dalam program Guru Sahabat Keluarga. Dasar-dasar untuk melaksanakan program guru sahabat keluarga saya dapatkan dari pelatihan yang diadakan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-kanak dan Pendidikan Luar Biasa (PPPPTK TK PLB) yang sekarang sudah bertransformasi menjadi Balai Besar Guru Penggerak Jawa Barat (BBGP Jabar).

Dalam menjalankan program ini kami terlebih dahulu menyepakati bahwa kolaborasi antara guru dan keluarga merupakan hal yang sangat penting karena Keluarga merupakan pondasi pendidikan anak yang pertama dan utama. Sebelum mengenal sekolah, seorang anak berasal dari sebuah keluarga. Seorang anak pun banyak menghabiskan waktunya dengan keluarga dibandingkan dengan lingkungan lainnya. Dapat dikatakan keluarga atau orangtua merupakan orang-orang yang paling dekat dengan anak. 

Minimnya pengetahuan keluarga terutama orangtua untuk menjalin interaksi dan komunikasi dengan anaknya yang berkebutuhan khusus yang dalam hal ini tunarungu menjadikan terjadi kebingungan dalam menuntun perkembangan anak. Dengan demikian program guru sahabat keluarga merupakan solusi untuk menjawab tantangan tersebut, karena program ini memerlukan peran aktif dan komunikasi yang positif dari guru dan orangtua sehingga tercipta kolaborasi guna mencapai keberhasilan.

Pelaksanaan program ini diawali dengan melakukan asesmen kepada peserta didik. Asesmen yang dilakukan berupa tes, observasi, dan wawancara kepada orangtua. Berdiskusi dengan orangtua menjadi momen baik bagi saya untuk memulai menjalin hubungan dan komunikasi yang positif serta menggali informasi sedalam-dalamnya tentang peserta didik. Riwayat peserta didik, potensi, minat, hubungan, komunikasi, hingga gaya belajar menjadi komponen yang penting untuk dicari datanya, sehingga saya mendapat profil peserta didik secara menyeluruh. 

Dari data yang saya terima tersebut saya dapat mengenali kelima peserta didik yang ada di kelas saya dan dapat dibuatkan sebuah profil yang kemudian akan digunakan guna keperluan menyusun program pembelajaran, sehingga program pembelajaran tersebut berpusat pada peserta didik dan peserta didik dapat mengembangkan potensi sesuai dengan kodratnya masing-masing. Proses pembelajaran disajikan semenarik mungkin dengan memperhatikan gaya belajar peserta didik. Penggunaan media pembelajaran dan pemanfaatan teknologi komunikasi informasi berperan penting Ketika peserta didik belajar di dalam kelas.

Di kelas 1 tunarungu terdapat 2 jenis gaya belajar, yaitu gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik. peserta didik yang memiliki gaya belajar visual biasanya saya fasilitasi dengan cara mempelajari dan mengeksplorasi materi dengan menyimak gambar, video, serta melihat benda nyata. Sedangkan, peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik akan mempelajari dan mengeksplorasi materi dengan difasilitasi berbagai media dan beragam aktifitas yang sesuai dengan gaya belajarnya. 

Dalam proses pembelajaran di kelas orangtua juga berkontribusi dan berperan aktif. Orangtua dapat menjadi guru tamu Ketika pembelajaran berlangsung. Sebagai contoh yang pernah saya lakukan, Ketika pelajaran membuat prakarya layang-layang saya melibatkan orangtua sebagai guru tamu. Ketika pembelajaran ini orangtua berbagi informasi, pengetahuan, dan keterampilan kepeda peserta didik tentang cara membuat layang-layang. Materi membuat layang-layang diambil karena berdasarkan hasil asesmen peserta didik kelas 1 tunarungu suka membuat dan bermain layang-layang. 

Di Bali layang-layang ini merupakan sebuah kearifan lokal, bahkan diadakan festival layang-layang sebagai agenda tahunan untuk melestarikan dan membuat daya tarik wisatawan. Ketika pembelajaran terdapat 2 produk yang dihasilkan Ketika peserta didik membuat layang-layang. Peserta didik yang perilakunya sudah bisa dikondisikan dan memiliki kemampuan motorik yang baik, membuat layang-layang celepung atau berbentuk burung hantu, sedangkan peserta didik yang perilaku dan kemampuan motoriknya masih harus dalam bimbingan membuat layang-layang seperti bentuk bangun datar layang-layang pada umumnya. 

Dalam proses pembelajaran ini saya melakukan diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Dimana diferensiasi proses terlihat Ketika peserta didik belajar dengan gaya belajar masing-masing dan Ketika peserta didik membuat layangan dengan bentuk yang berbeda. Diferensiasi produk terlihat dari hasil kreasi peserta didik yang berupa layang-layang, dimana layang-layang yang dihasilkan akan berbeda bentuk atau jenis sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun