Judul Buku: Seni Merayakan Hidup yang Sulit
Pengarang : Julianto & Roswitha
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Endorsemen: Jakob Oetama, Yohanes Surya, James Riady, dll
Cetakan : Ketujuh
SENI MERAYAKAN HIDUP YANG SULIT (RESENSI)
”Jika aparat hukum atau kepolisian menemukan pembunuh suami saya, saya akan bersaksi di depan hakim bahwa saya sudah memaafkan dia. Saya merindukan si pembunuh bisa ditemukan, supaya saya bisa mengucapkan kalimat itu dari mulut saya sendiri. Saya mau menyaksikan kasih Tuhan kepadanya,” demikian dikatakan Yulia Girsang.
Suami Yulia adalah Ferry Silalahi SH, LLM, korban penembakan saat berdinas di Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara, Palu, beberapa waktu silam. Penembakan itu terjadi di depan mata Yulia. Tak heran jika ia mengalami depresi yang berat dan tak bisa tidur (insomnia). Ia berjuang mengatasi traumanya, sampai pindah ke Surabaya, dan kemudian ke Jakarta. Dengan bantuan konselor dan psikiater yang tepat, ia berhasil dipulihkan.
Lain lagi cerita pasangan Ruli dan Ria. Setelah menikah selama lima tahun, mereka baru dikaruniai seorang anak lelaki. Tentu saja anak ini dilimpahi dengan kasih sayang yang besar. Ruli sering mengangankan bahwa ketika ia pensiun di usia 55 tahun nanti, anak semata wayangnya akan mendapat gelar kesarjanaan dan memasuki dunia kerja.
Yang terjadi kemudian tak sesuai rencana. Di usia 11 tahun, sang anak sudah mencoba narkoba dan kecanduan. Sampai usia 22 tahun, hal itu belum teratasi. Berhenti sebentar, lalu kambuh lagi. Tak sampai disitu, anak kesayangan yang dulu manis dan cerdas itu kemudian terinfeksi HIV/AIDS.
Dunia Ruli dan Ria runtuh. Kecewa, depresi, marah, malu, dan sakit hati bercampur aduk dalam diri mereka. Ruli kecewa pada Tuhan, sehingga nyaris meninggalkan agama yang dianutnya sejak kecil. Ria putus asa dan nyaris bunuh diri. Lalu mereka bertemu komunitas Pelikan dan dikuatkan untuk tegar menghadapi kenyataan hidup berbekal iman akan kehadiran Tuhan.
Seorang yang disebut Jeanny juga berbagi kisah. Sejak remaja ia menjalani gaya hidup seks bebas. Ia kecanduan seks. Namun, menurut suaminya, ia kemudian bertobat dan mulai aktif dalam kegiatan kerohanian di gereja. Tidak sampai disitu, setelah menikah, bersama suaminya Jeanny mendirikan sebuah gereja. Ia melakukan kegiatan gerejawi tidak hanya di Jakarta, tapi juga sampai ke daerah-daerah yang jauh dari ibukota. Dan semua nampak berjalan normal.
Di usia 44 tahun, perempuan ini mendadak lumpuh. Stroke. Berat badannya dengan cepat menyusut sampai 37 kilogram. Saat itulah ia memberikan pengakuan yang membuat suaminya terperangah. Bagaimana tidak. Selama hidup perkawinan mereka yang sudah 25 tahun, Jeanny mengaku telah berselingkuh dengan lima pria yang merupakan sahabat-sahabatnya sendiri. Dan ia minta suaminya mau mengampuni semua perselingkuhannya itu.
Kisah-kisah di atas merupakan nukilan isi buku bertajuk Seni Merayakan Hidup yang Sulit karangan Julianto Simanjuntak dan istrinya Roswitha Ndraha (Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Buku ukuran saku ini memang sarat dengan kesaksian-kesaksian dari orang-orang yang diterpa badai-badai kehidupan. Tidak kurang dari 26 kasus yang disinggung serba singkat. Kasus-kasus itu meliputi: perselingkuhan pasangan hidup, perceraian, pecandu narkoba, penderita HIV/AIDS, homoseksual, korban perkosaan, hamil di luar pernikahan, bisnis yang hancur, dan sebagainya.
Semua kasus oleh penulisnya diletakkan dalam tujuh perspektif pemahaman berikut: pertama, masalah tidak untuk disimpan, tetapi dibagikan; kedua, masalah tidak untuk disesali, tetapi dirayakan; ketiga, masalah bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan; keempat, masalah tidak menjauhkan, tetapi mendekatkan kita kepada Tuhan; kelima, masalah tidak untuk dihindari, tetapi dihadapi; keenam, masalah bukan kutuk, melainkan berkat; dan ketujuh, masalah bukan semata cobaan, melainkan terutama ujian untuk mendapatkan mahkota.
Dengan cara itu, penulis menantang pembaca untuk mendefinisikan ulang makna kesulitan dan masalah-masalah kehidupan, agar dapat tetap merayakan dan mensyukuri hidup itu sendiri sebagai anugerah dan rahmat besar.
Penulis adalah pendiri lembaga konseling Keluarga dan karir, Pelikan. Di lembaga yang didirikannya bersama istri itulah berbagai kasus hadir dan mengilhami penulisan buku ini.
Buku ukuran saku dengan ketebalan 218 halaman tentu tidak bisa diharapkan untuk memuat pembahasan kasus-kasus secara cermat dan terperinci. Namun bahasanya yang populer memudahkan pembaca untuk menikmati cerita-cerita yang ada, lengkap dengan kutipan ayat-ayat dari kitab suci.
Tentang buku ini, Jakob Oetama, Pemimpin Umum Kelompok Kompas Gramedia, memberikan komentar berikut: ”Sungguh suatu paradoks yang menggetarkan: Tuhan hadir justru ketika pencobaan-pencobaan hidup menimpa kita. Buku ini berisi kisah nyata tentang akrabnya penderitaan dan kehadiran Tuhan.” Disamping Om JO ada juga endorsemen dari Prof. Yohanes Surya dan lainnya.
By. ANDRIAS HAREFA
(Penulis 35 Buku Laris)
*** Terima kasih untuk sahabat kami Andrias Harefa yang menyempatkan diri menuliskan resensi buku kami
Cinta 1 Tak Pernah Gagal
Bila Kadung Having Sex Dengan Pacar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H