[caption id="attachment_145592" align="aligncenter" width="579" caption="Ill. Google"][/caption] By Julianto Simanjuntak*** Alkisah hiduplah sepasang suami istri, Yundoro dan Dinda. Mereka dikarunia putri tunggal yang berusia dua tahun, bernama Rini. Keluarga ini tinggal terpencil, di sudut desa sebuah kerajaan besar. Dengan tetangga terdekat mereka dipisahkan oleh hutan yang cukup luas. Untuk keperluan sehari-hari mereka hidup dari hasil hutan dan kebun yang mengelilingi rumah. Meski sangat miskin, namun saling mencintai. Kerajaan itu hidup aman tenteram berkat seorang raja yang bijaksana. Raja Maloni namanya. Kehidupan rakyatnya umumnya dari laut, pertanian dan hutan. Secara umum rakyat juga mencintai penguasa yang sering mengunjungi rakyat jelata hingga ke desa-desa. Baginda memiliki dua putra dan satu putri. PERGUMULAN RAJA Malang tak dapat ditolak, kehidupan raja tak lepas dari cobaan. Putra sulung Raja Maloni cacat kakinya dan tidak bisa berbicara. Putra keduanya, Pangeran Hambali, akhlaknya kasar dan suka pesta, sifat yang tidak diperkenan oleh ayahandanya. Untungnya sang putri tunggal sifatnya baik dan parasnya cantik. Putri Hanani inilah penghiburan bagi Raja dan Ratu. Apalagi sekolahnya tinggi, lulus dari universitas kenamaan di Eropah. Namun betapa terpukulnya batin raja, setahun tamat kuliah dan kembali ke istana, Putri Hanani sakit keras. Semua tabib dan dokter istana sudah menangani sang Putri. Kondisinya makin kritis, beratnya susut 20 kilo. Berhari-hari raja dan ratu berduka. Mereka berdoa dan harap cemas akan ada obat untuk putri kesayangan mereka ini. Akhirnya tabib istana memohon menghadap raja. Sang Tabib menyatakan bahwa ada sejenis obat yang sangat mujarab untuk penyakit putri raja. Daun Sorgawi namanya. Hanya saja tanaman itu tumbuh di Gunung Jibaku yang sangat tinggi dan berbahaya. Selama ini tidak satupun orang pernah pulang dengan selamat dari gunung itu. SAYEMBARA RAJA Berkat nasihat para kaum bijak istana, dibuatlah sayembara. Bahwa barangsiapa yang bisa memanjat Gunung Jibaku dan membawa Daun Sorgawi akan dinikahkan dengan Putri Hanani. Jika pria itu sudah beristri, maka Raja Maloni akan memberikan hadiah pengganti 50 kilogram emas. Sayembara itu diumumkan lewat media, radio, televisi dan perangkat desa hingga ke pelosok hutan. Nyaris semua rakyat dewasa mendengarkan sayembara itu. Yundoro yang sedang membeli beras ke kota, ikut mengerumuni tulisan yang ada di kantor kecamatan. Dia tertarik sekali. Sudah lama dia mau mengadu nasib, agar tidak miskin terus. Tidak ada di pikirannya untuk menikah dengan sang putri. Yundoro ingin mendapatkan hadiah 50 kilogram. Itu sudah sangat cukup baginya. Dia sendiri sangat mencintai anak dan istrinya. Yundoro berkhayal, ia akan menggunakan emas itu untuk bisa sekolah dan menyekolahkan putri tunggalnya. Sebab di negaranya sangatlah sulit dapat pekerjaan hanya tamat sekolah dasar. MENINGGALKAN ANAK-ISTRI Dia bergegas pulang ke rumah, menyampaikan niat baik itu kepada Dinda, istrinya. Dari kota ke rumahnya butuh tiga hari berjalan kaki. Rumah mereka ada di sebuah bukit. Itu sebabnya badan Yundoro atletis dan kuat. Saat Yundoro menyampaikan niatnya ikut sayembara raja, Dinda keberatan. Apalagi diceritakan bahayanya gunung itu. Dinda tidak mau kehilangan suami. Anak mereka, Rini masih balita. Siapa yang akan mencarikan nafkah kalau kemalangan menimpa Yundoro? Namun tekad Yundoro tak bisa dihalangi. Setelah diskusi dua hari dua malam, terpaksa Dinda melepas suaminya. Satu sisi niat suaminya mulia, demi masa depan keluarga mereka. Tak banyak makanan yang bisa dibawa Yundoro. Namun dia yakin, akan bisa makan apa saja dengan bekerja di sepanjang jalan menuju pusat kota. Mereka saling berpelukan dan mencucurkan air mata. YUNDORO TIBA DI ISTANA Nyaris lima hari Yundoro baru mencapai istana. Di sana mendapatkan pengarahan dari para pembantu raja, dan diberi bekal informasi secukupnya. Selama lima hari mereka bersiap, terutama dibekali dengan berbagai informasi dan makanan yang cukup agar menyiapkan tubuh mereka yang sehat dan siap bertualang. Melihat kompetitornya muda yang belum menikah, entah mengapa saat mengisi formulir, Yundoro tergoda menulis status "lajang". Dia kuatir kalau sudah menikah, dia tidak akan lolos seleksi. Demikianlah rumor yang tersebar di antara mereka. Toh tidak ada niat buruk, pikir Yundoro. Yang penting bisa masuk nominasi. Setelah tes kesehatan, wawancara dan melewati seleksi lain, ternyata Yundoro lolos. Dia wajib menandatangani persetujuan, termasuk jika mati di jalan dia tidak berhak menuntut Raja. MENDAPATKAN DAUN SORGAWI Tibalah waktunya mendaki Gunung Jibaku. Mereka melewati hutan yang lebat dan bertemu dengan binatang buas dan ganas. Sebagian pemuda tewas di jalan, hanya tiga yang mampu menuju puncak. Namun Yundoro jauh di depan kedua orang tersebut. Dia sudah mendahului pulang dari arah sisi lain gunung itu. Yundoro berhasil mendapatkan Daun Sorgawi, dan menyerahkan daun itu pada Raja Maloni. Putri Hanani sembuh hanya dalam waktu dua hari setelah minum ramuan "Daun Sorgawi". Sesuai janji Raja Maloni, maka Yundoro ditanyai kesediaannya untuk menikah dengan Putri Hanani atau ingin mendapat emas. Entah roh apa yang merasuk Yundoro, dia memilih menikah dengan Putri Raja. Sebab siapa pria yang tidak terkesima melihat kecantikan dan kharisma Putri Raja. Banyak pangeran negri laun melamarnya, tapi sang Putri menolaknya. Kareadalam formulir isian dia mengatakan bujangan dan maka Raja memutuskan menikahkan putrinya dengan Yundoro. KEPAHITAN DINDA Sedih hati Dinda. Dari satu dua warga kampung dia mendengar kabar bahwa suaminya berhasil mendapatkan Daun Sorgawi itu. Namun Yundoro memilih menikah dengan putri raja. Berhari-hari dia meratap. Dia tidak bisa bercerita pada siapapun, karena malu. Kepada Rini, putrinya yang masih kecil, Dinda terpaksa berbohong mengenai keberadaan Yundoro. Namun setelah besar, Dinda terbuka pada Rini dan menceritakan kejadian yang sesungguhnya. Rini sudah berusia 15 tahun. Dia menghibur hati ibunya dengan membantu berkebun dan kadang pergi mengambil kayu ke hutan. Sesekali memang Yundoro mengirimkan uang, tapi tidak sering karena takut ketahuan istana. Untunglah di kebun mereka tumbuh sebatang pohon yang mampu mengobati sesak nafas dan asma. Pohon Gibor namanya. Dinda dan Rini biasa menjual daun pohon itu kepada penduduk desa yang membutuhkan. Ajaibnya, pohon itu hanya tumbuh di kebun mereka. YUNDORO SESAK NAFAS Selama menjadi menantu Raja, Yundoro baik dengan mertuanya dan seisi istana, Juga dengan kalangan atas, dia terkenal baik. Citranya Okelah. Namun tidak demikian dengan rakyat biasa, DIa lebih senang memberi sambutan atau berpidato daripada mengunjungi rakyat yangkena musibah. Empatnya sangat rendah. Suatu hari Yundoro demam dan sesak nafas. Membuat dia tidak bisa tidur. Saat itulah kenangan akan istri dan putrinya muncul. Seperti cuplikan video clip yang tidak bisa di stop. Gelisan, takut dan kerap mimpi buruk. Tak ada tabib atau dokter kerajaan yang bisa menyembuhkannya. Makin lama kondisinya makin berat, dan badannya kurus. Yundoro tidak bisa berjalan, bahkan duduk. Dalam kondisi kritis itu teringatlah Yundoro bahwa di kebun rumahnya di kampung ada Pohon Gibor yang daunnya bisa menyembuhkan sesak nafas. Yundoro menyuruh pegawai istana berkunjung ke desa itu dengan pesan, “Kunjungi kakak saya di kampung Entrop. Di sana ada Daun Gibor yang bisa menyembuhkan sakit saya.” Yundoro juga meminta agar "kakak" dan putrinya dibawa ke istana berikut Daun Gibor bawaan mereka. Maka pegawai istana pun meluncur, menyampaikan pesan istana kepada Dinda dan anaknya, serta meminta mereka ikut ke istana. Rini menyiapkan Daun Gibor secukupnya. Tetapi Rini punya strategi. Dia membawa dua jenis daun, yang satu daun Gibor asli, dan yang lain mirip Daun Gibor. “Jika ayah mengakui aku sebagai anak, aku akan menyerahkan Daun Gibor asli. Jika tidak, maka ayah akan mendapatkan daun yang palsu,” kata Rini dalam hatinya. Tekad Rini sudah bulat. Dia ingin memberi pelajaran pada ayahnya. Dinda sendiri tidak mau ikut, karena kepahitan hatinya. RINI DI ISTANA Tiba di istana Rini segera dibawa masuk untuk bertemu ayahnya yang sudah lebih sepuluh tahun tidak dilihatnya. Rini tidak mengenal ayahnya lagi. Yundoro sendiri merasa rindu, namun dia menekan perasaan itu karena takut pada pihak istana. Lalu dengan suara lemah Yundoro memanggil Rini. Dia memperkenalkan Rini pada istana, sebagai keponakannya. Gemuruh hati Rini. Kebenciannya memuncak dalam dada kepada ayah yang durhaka ini. Maka dia merogoh kantong kiri, tempat Daun Gibor palsu, dan menyerahkannya kepada pegawai istana. Kemudian cepat-cepat Rini meninggalkan istana pulang ke kampungnya. AKHIR HIDUP YUNDORO Setelah minum ramuan itu nampaknya keadaan Yundoro sedikit segar dan membaik. Namun satu bulan kemudian, sesak nafas Yundoro kambuh lagi. Tetapi dia tidak punya keberanian meminta anaknya membawakan Daun Gibor lagi. Berkali-kali istrinya membujuk Yundoro untuk mengirim pegawai istana ke kampung Entrop, tetapi suaminya menolak. Putri Hanani yang mengenal watak Yundoro setelah bertahun-tahun menikah, tidak berdaya. Hanani tahu, kalau dia memaksa, Yundoro akan mengamuk seperti kebiasaannya. Akhir hidup Yundoro masih panjang. Selama itu dia sangat menderita dengan sesak nafasnya. Seperti mau mati rasanya. Sempat ada niatnya minta maaf pada istrinya Dinda dan putrinya Rini. Namun tidak ada lagi kekuatan dan keberanian. Tubuhnya yang sakit telah membuat pikirannya makin buntu. Dia menderita depresi yang parah hampir lima tahun lamanya, sebelum dia akhirnya "terjatuh" dari sotoh istana kerajaan. Ya, dia sudah merasa tidak tahan dengan penyakitnya. Yundoro mengakhiri sendiri hidupnya. Seluruh isi istana terpukul, Raja tidak hanya sedih tapi sangat malu. Anak dan istrinya Putri Hanani tak bisa mengangkat wajah mereka. Semua tertunduk saat pemakaman Yundoro yang dihadiri puluhan ribu pelayat yang mengasihi Raja dan Putrinya. Inilah kisah Ayah durhaka. Seorang yang rela menukar anak dan istri demi kekuasaan. Demi menjadi menantu Raja. Memilukan sekaligus memalukan. Meski rahasia kedurhakaan Yundoro tidak banyak yang tahu, diam-diam batin Yundoro tersiksa terutama selama ia sakit. Ahh...Yundoro tidak hanya lupa keluarga. Dia lupa ajaran agamanya, bahwa hanya orang yang menghormati orangtua dan keluarga, akan mendapat berkat kebahagiaan dari sang Pencipta Keluarga. Siapa mengabaikan Firman, akan celaka. Julianto Simanjuntak Note: Maaf ini hanya dongeng fiktif. Maaf, sekiranya ada nama dan peristiwa yang mirip, tidaklah disengaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H