Anak-anak perempuan yang menerima cinta yang cukup dari ayah mereka tidak mudah mengubar-umbar cinta ke sembarang pria di sekitarnya. Dia mendapat cukup cinta dan perhatian dari pria terbaik dalam hidupnya saat ini, yaitu ayahnya. Dengan kasih sayang dan memberi kebutuhan anak, maka karakter seksual anak terbentuk dengan baik. Inilah modal dia mampu berkata TIDAK, saat digoda dalam pertemanannya dan terhindar dari hubungan seks pranikah.
Sebaliknya, jika dia tidak punya model dan kasih pria yang baik di rumah, dia akan mencari cinta dari teman-teman pria di luar rumah, dalam pergaulannya. Tapi akan Sangat bahaya jika dia mendapatkan di tempat yang salah, pertemanan yang tidak bertanggungjawab.
Para Ayah, jangan sampai mengabaikan kebutuhan putra putri kita. Anak-anak yang diabaikan ayahnya mengalami hambatan emosi tiga kali lipat dibandingkan mereka yang kekurangan kasih ibu. Tidak heran Kitab Suci penuh dengan petunjuk tentang peran para ayah. Tuhan memberikan peranan yang besar pada seorang ayah dalam keluarganya.
Menjelang remaja sebagai Ayah kita perlu menanamkan pentingnya menghormati ibu dan menghargai perempuan. Melatih anak-anak untuk belajar saling menghargai dalam pernikahan lewat relasi diantara kita dan pasangan.
Penutup
Keluarga adalah tempat anak belajar menjadi suami, istri dan nilai sebuah keluarga. Salah satu yang harus dipelajari seorang anak laki-laki adalah menghargai dan menghormati perempuan. Demikian juga putri kita menghargai pria. Keluarga juga tempat anak kita diterima apa adanya, termasuk saat dia gagal memenuhi harapan kita sebagai Ortu.
Untuk pencegahan, maka setiap Orangtua harus memastikan bahwa remajanya memiliki perasaan “diri saya berharga”. Rasa diri berharga ini didapat dari perasaan aman dan dikasihi yang berasal dari ikatan yang sehat dengan orangtua, yang dibangun sejak bayi.
Selain itu tentu saja perlu pengalaman spiritual dalam hidup anak-anak. Mereka sadar betul bahwa dirinya begitu berharga sebagai ciptaan, dan dikasihi Allah. Demikian besar Allah mengasihi dirinya, dan kasih itu dia lihat dari Ayah dan Ibunya.
**) Khusus untuk Pemerintah, dalam kasus di atas sebaiknya membimbing siswi yang hamil, bukannya "dirajam" dengan mengeluarkan dari sekolah atau tidak boleh UN. Cukuplah sanksi cuti sampai melahirkan, lalu memberi kesempatan untuk ujian. Sebab hukuman tadi hanya menambah luka dan trauma, dan justru menggoda Banyak ortu dan remaja yang mengalami kasus ini menggugurkan kandungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H