Mohon tunggu...
Julianto Simanjuntak
Julianto Simanjuntak Mohon Tunggu... profesional -

.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Awas Virus Sayang Diri!

23 Mei 2011   23:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:18 1887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_109928" align="aligncenter" width="500" caption="Jangan Merasa Diri Paling Malang sendiri di dunia....ill.Google"][/caption]

Awas Virus Sayang Diri !!! ** Julianto Simanjuntak **

Sebagai terapis keluarga dan kesehatan mental saya menemukan ada satu virus berbahaya.  Virus ini  merusak  keharmonisan rumah tangga, menghancurkan  persahabatan,  hubungan dagang dan pekerjaan. Virus itu bernama "Sayang Diri". Virus  ini menjadi   sumber pertengkaran,  konflik, rusaknya persahabatan,   hingga perceraian suami dan istri.

Apa itu "Sayang Diri"

Sayang diri adalah, sifat yang secara berlebihan memperhatikan diri sendiri sampai kurang peduli orang lain. Sifat ini juga suka mem "blame" orang lain saat Anda susah. Merasa paling malang  sendiri, dan menganggap kesusahan Anda  itu  sebagai akibat kesalahan orang lain. Kurang  mau bertanggungjawab  untuk apa yang ia buat sendiri dan sama sekali tidak mau ditegur meski jelas punya kesalahan.

Lawan sayang diri adalah   mau menerima diri apa adanya. Sifat  memelihara diri dan memperhatikan kebutuhan pribadi tanpa merugikan orang lain. Rela menderita pada saat tertentu tanpa menyalahkan orang lain, dan punya empati.

Sumber Sifat Sayang Diri

Sifat sayang diri tumbuh karena saat kecil seseorang kurang mendapat kasih sayang. Bisa juga disebabkan saat kecil sering mengalami kekerasan dari orangtua, baik psikis maupun fisik. Sering disalahkan, dikritik, bahkan bukan karena kesalahan dirinya.

Akibatnya jiwa mereka yang dibesarkan dengan kurang  kasih sayang ini laksana spon. Seberapun dicintai tetap tidak pernah merasa  cukup.  Spon itu  menyerap habis air cinta dari luar tanpa pernah menyadarinya,  dan selalu saja merasa kurang. Wujudnya adalah, orang tersebut suka mengeluh, bersungut-sungut dan suka menyalah-nyalahkan orang lain (menghakimi).

Hati Kita Laksana Cangkir

Saya mengumpamakan kepribadian kita seumpama cangkir yang terbuat dari aluminium.   Ada cangkir  cinta kita yang besar, ada pula  yang kecil. Mereka yang kurang atau defisit  kasih sayang, tumbuh seperti cangkir yang kecil. Sudah kecil cangkirnya, bocor lagi. Bocor karena ada pengalaman trauma waktu kecil atau remaja.  Itu sebabnya, mereka yang tumbuh kurang kasih sayang gampang merasa tidak puas. Karena berapapun kasih yang diberikan, selalu saja merasa tidak cukup. Kehadiran orang seperti ini tidak diharapkan orang.

Sebaliknya mereka yang dibesarkan dengan kasih sayang yang cukup, seperti cangkir yang besar dan tidak bocor. Karena besar, maka isinya banyak, dan jika mendapatkan air cinta yang baru dari luar, maka cangkirnya makin penuh..penuh  dan meluap. Itu sebabnya dia selalu merasa cukup, dan selalu merasa  ada yang bisa diberikan kepada orang lain. Hidupnya menyenangkan dan menjadi  berkat. Kehadiran orang seperti ini dirindukan banyak orang.

Apakah Anda sudah bisa membayangkan tipe cangkir cinta Anda sekarang?

Apakah Anda dibesarkan dengan kasih sayang yang cukup? Memiliki hubungan batin yang kuat dengan ayah dan ibu Anda? Atau sebaliknya, Anda merasa kurang dikasihi, dibeda-bedakan dari saudara kandung? Atau mengalami kekerasan dari orangtua, yang membuat cangkir hidup Anda bocor?

Ciri   dari orang yang cukup kasih sayang  atau dicintai antara lain, dapat menikmati hidup. Tahu menjaga keseimbangan kerja dan rekreasi. Mereka suka menjaga kesehatan tubuh dengan menghindari hal-hal yang dapat merusak seperti alkohol dsb. Sebaliknya mereka yang kurang kasih sayang, mudah marah dan melarikan diri kepada hal-hal buruk seperti alkoho, mudah depresi hingga kecenderungan bunuh diri.

Beberapa Saran

Sifat sayang diri laksana virus berbahaya. Mari kita buang dan hindarkan jauh-jauh. Jika ada luka batin dari masa lalu, usahakan mendapatkan pertolongan profesional.

Belajarlah hidup untuk tidak mencari kepentingan sendiri. Sebaliknya, belajar dan usahakan mencari kepentingan orang lain juga.

Sadarilah bahwa bukan hanya diri Anda yang menderita dan susah hidupnya. Semua orang mengalami hal yang sama. Sehingga kita tidak merasa malang sendiri.

Belajar menjadikan orang lain (terutama pasangan, anak, sahabat)  sebagai orang penting,  very important person. Dengan menjadikan orang lain sebagai yang utama, anda akan mudah  menghargainya. Dengan menganggap pasangan, anak atau mertu penting, anda rela berkorban melayaninya dan bukan menyalahkannya.  Karena menganggap orang lain penting, anda suka mengalah demi kebaikannya dan akhirnya Andapun menikmatinya. Mengalah untuk menang.

Jika prinsip ini dihidupi dalam keluarga, dalam hubungan suami dan istri, adik dan kakak, ortu dan anak, akan ada keharmonisan yang lebih baik dalam keluarga.

Kesimpulan

Apakah Anda ingin menikmati hidup yang lebih bahagia? Ingin memperbaiki sistem keluarga yang penuh konflik ke minim konflik? Apakah ingin memulihkan hubungan dengan pasangan atau anak Anda? Pertimbangkanlah beberapa hal berikut ini:

1.  Belajarlah membuang virus egois atau sayang diri. Suntikkan ke dalam diri anda sifat baru yakni mengutamakan orang lain.

2.  Belajar Menganggap orang terdekat Anda sebagai orang yang penting untuk dicintai dan dilayani.

3.  Menumbuhkan  sifat rela berkorban. Itulah sifat sejati dari cinta, berkorban.

4.  Disamping itu belajar menanggung kesalahan orang yang anda cintai, sebab kasih itu menutupi segala sesuatu, cakap menanggung segala sesuatu  dan juga percaya segala sesuatu


Julianto Simanjuntak
@Juliantowita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun