Mohon tunggu...
Juliansyah_Ian
Juliansyah_Ian Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Diploma 3 Bahasa Inggris di PTS di Jakarta

Namanya aja dosen; kerja utama saya mengajar. Saya juga suka menulis walaupun menulis itu nggak mudah. Kalau diiming-imingi uang, semangat menulis saya meninggi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ujian Nasional yang Jadi Ujian buat Pak Mu'ti

22 November 2024   11:05 Diperbarui: 22 November 2024   11:10 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pak Mu'ti selaku Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah yang baru menjabat di era presiden Prabowo ini menghadapi 'ujian' pilihan yang tidak mudah untuk diputuskan, yaitu perlu atau tidaknya menghidupkan kembali UN untuk minimal di periode kepemimpinannya selama 5 tahun ke depan. Penulis menggunakan kata 'ujian buat pak Mu'ti' karena memang tampaknya tidak mudah untuk beliau mengambil keputusan.

Penulis tertarik untuk menyampaikan beberapa kata atau istilah kunci terkait dengan perlu tidaknya ujian nasional diberlakukan, yaitu: 1) Pengertian Ujian Nasional, 2) Pengertian evaluasi belajar, 3) Manfaat evaluasi belajar, 4) Kurikulum dan kaitannya dengan UN, 5) istilah seleksi naik jenjang, dan 6) jenis-jenis tes. Penulis berharap bahwa uraian semua kata dan istilah 'kunci' di atas dapat menjadi tambahan bahan diskusi kalau tidak bisa disebut 'contekan' bagi pak Muti dalam mengambil keputusan.

Pertama, Ujian Nasional atau UN adalah sebutan untuk jenis ujian yang diberikan kepada siswa-siswa tingkat dasar (SD) hingga menengah atas (SMA) di akhir yang menjadi bagian dari kebijakan kementerian pendidikan di bawah Muhajir Effendi antara tahun 2014-2019. Hasil dari UN adalah NEM atau Nilai Ebtanas Murni. NEM ini, di masa itu, menjadi penentu kelayakan seorang lulusan untuk naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. UN merupakan bagian dari penerapan Kurikulum 13 atau K-13. UN merupakan 'pendamping' dari Ujian Sekolah atau US. Hasil Ujian Nasional, selain untuk kelulusan dan penentuan siswa ke jenjang berikutnya, juga dimanfaatkan untuk pemetaan dan intervensi. Di Era Nadiem, tahun 2021, UN diganti dengan AN atau Asesmen Nasional.

 Kedua, pembahasan atau diskusi tentang UN tentu saja terkait dengan evaluasi hasil belajar. Secara sederhana evaluasi dimaksudkan sebagai penilaian. Sementara, hasil belajar merujuk pada hasil dari suatu proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Objek evaluasi hasil belajar adalah siswa, dan alat evaluasinya adalah ujian. Berdasarkan hal ini, maka kita dapat menarik kaitan antara UN dengan evaluasi hasil belajar yatu UN adalah alat untuk mendapatkan penilaian dari proses pembelajaran di sekolah atas siswa di akhir tahun pembelajaran.

Ketiga, evaluasi hasil belajar dalam bentuk UN dapat dimanfaatkan untuk memberikan data dalam rangka pengambilan keputusan. Data dari UN adalah nilai. Nilai UN ini akan disesuaikan dengan kriteria tertentu yang digunakan untuk menentukan kelulusan siswa. Selanjutnya, ketika nilai UN muncul dalam bentuk NEM (Nilai Ebtanas Murni), maka manfaat UN sebagai alat evaluasi hasil belajar adalah penetapan kelayakan siswa memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan NEM yang ada, siswa dapat diterima di, misalnya perguruan tinggi negeri, karena NEM nya memenuhi standar. Dengan kata lain, UN menjadi alat seleksi. 

Keempat, penyeleksian berdasarkan nilai UN, merupakan metode yang dapat secara cepat membantu siswa menentukan masa depannya karena para siswa sudah dapat mengetahui sekolah atau perguruan tinggi mana yang dapat menerimanya. Seleksi seperti ini dapat membantu orang tua siswa dalam menjalani proses pendaftaran anak-anaknya memasuki jenjang sekolah yang lebih tinggi. Namun begitu, seleksi seperti ini tidak dapat dianggap 100 persen tepat mengingat nilai UN yang dipakai sebagai acuan belum tentu menggambarkan kemampuan sesungguhnya seorang siswa.

Kelima, jenis tes dalam UN adalah soal-soal pilihan ganda. Soal jenis ini sering dikritisi sebagai jenis soal yang tidak 'merangsang' kreativitas siswa karena siswa dianggap dapat memilih jawaban tanpa harus memikirkan panjang sebuah soal. Soal pilihan ganda pun sering dianggap sulit untuk dibuat di samping tentunya memakan waktu yang lama ketimbang soal esai. Namun begitu, jenis soal pilihan ganda dapat diperiksa secara cepat sehingga hasil ujiannya pun dapat diketahui cepat.

Dalam perkembangannya, soal pilihan ganda pada UN di era saat itu dikembangkan menjadi UNBK atau Ujian Nasional Berbasis Komputer. Karena masih berjenis pilihan ganda, maka UNBK masih memiliki kelemahan seperti yang disebutkan di atas. Namun, mengingat ada embel-embel kata 'berbasis komputer', maka soal pilihan ganda pada UNBK dapat lebih cepat diperiksa dan dianggap lebih akurat pemeriksaannya.

Keenam, tentang kurikulum yang mau diterapkan. Mengingat suatu evaluasi belajar di setiap jenjang pendidikan menjadi bagian dari sebuah kurikulum, maka pelaksanaan suatu ujian atau evaluasi belajar di setiap jenjang pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk dapat ditetapkan nama, jenis, dan implementasinya. Dengan kata lain, apapun jenis evaluasi hasil belajar harus dan atau dapat ditetapkan setelah paket kurikulumnya jelas.

===

Berdasarkan uraian di atas, maka terkait dengan gonjang-ganjing pendapat tentang perlu atau tidaknya UN diterapkan kembali di era pak Mu'ti, maka penulis mengemukakan pendapat di bawah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun