Siang ini aku menghadiri sesi terakhir kelas "Immigrant voice" atau "Suara Imigran". Kelas ini merupakan bagian dari proyek "Building Bridges" di kampus ku. Kelas ini difasilitasi oleh temanku yang berasal dari Amerika dan Cina. Keduanya adalah kandidat PhD pada program yang sama dengan ku, International Education. Â Jika ingin tahu lebih banyak tentang program studi ku ini, bisa klik disini. Â
Pada sesi terakhir kelas ini, mereka mengundang semua warga kampus untuk hadir dan membacakan kutipan-kutipan pilihan yang ditulis oleh mereka yang mendaftar pada kelas tersebut. Â Mereka berasal dari berbagai belahan dunia. Beberapa lahir dan besar di Amerika namun orang tua atau nenek mereka berasal dari luar Amerika. Sehingga sudah sepantasnya kelas ini dinamakan "Immigrant Voice".Â
 Kutipan-kutipan pilihan tersebut diprint diatas beberapa poster ukuran besar yang kemudian dipajang di dinding dalam gedung administrasi Whitmore, tempat para pimpinan tertinggi kampus berkantor dan keputusan penting yang menyangkut hajat hidup warga UMass. Â
Aku tidak mendaftar di kelas ini tapi dengan menghadiri sesi terakhir mereka, mendengar kutipan-kutipan itu dibacakan dan direfleksikan bersama, jadi bisa menilai betapa kelas ini telah memberi makna yang dalam bagi pesertanya. Mereka menjadi lebih saling mengenal, saling berbagi pengalaman, saling menghargai, yang pada akhirnya timbul rasa saling pengertian yang mendalam dan empati. Perbedaan pun dilihat sebagai suatu  anugerah.Â
Aku membaca salah satu kutipan yang menyebutkan menghadiri kelas tersebut membuatnya semakin penasaran untuk berkenalan dengan orang-orang di kampus yang terlihat asing. Â Warga UMass sangat banyak jumlahnya dan beragam. Mereka bisa berasal dari negara mana saja di dunia ini. Aku sampaikan bahwa keberagaman yang ada di UMass lah yang membawa ku ke universitas ini.Â
Keberagaman harus dilihat sebagai aset bagi kampus yang harus dikelola dengan baik. Semua mahasiswa baru harus mengikuti sesi dialog yang didesain khusus untuk mereka. Sesi dialog yang memberi kesempatan untuk saling mengenal dengan orang-orang diluar departemen nya dan mengadopsi budaya kampus yang menghargai semua perbedaan.Â
Aku sangat menghargai upaya kampusku untuk menciptakan iklim kampus yang lebih baik bagi semua. Â Upaya ini tentunya harus mendapatkan dukungan semua pihak. Â Dibutuhkan ide-ide tentang bagaimana mengeratkan hubungan antar warga kampus terlepas apapun peran mereka, Â salah satunya proyek Building Bridges ini.Â
Aku masih ingat saat pertama kali temanku menghubungiku terkait project Building Bridges ini. Dia memintaku untuk menterjemahkan istilah "Building Bridges" dalam bahasa Indonesia. Dalam konteks hubungan sosial, "Bridge" tidak mungkin aku terjemahkan secara harfiah dengan kata "Jembatan". Sehingga, terjemahan Building  Bridges pun menjadi "Membangun Silaturahmi."Â
Dua kata inipun menjadi bagian dari kata-kata dalam bahasa asing lainnya yang merupakan terjemahan dari "Building Bridges" dan menjadi latar dari setiap dokumen yang dipublikasikan. Â Aku lupa menanyakan ada berapa bahasa yang berhasil dia kumpulkan untuk menterjemahkan Building bridges.Â
Saat ini, aku sedang membangun kolaborasi dengan berbagai pihak di kampus terutama dengan rekan yang bekerja di International Program Office, untuk mempersiapkan sesi "intergroup dialogue" bagi mahasiswa baru yang terdaftar sebagai mahasiswa internasional. Program ini diharapkan bisa diluncurkan di Fall 2019.Â
Semoga program ini menjadi awal yang baik bagi mahasiswa baru untuk membangun silaturahmi dengan mahasiswa lainnya yang berasal dari negara yang berbeda dan fakultas yang berbeda. Â Kemanapun mereka bergerak terutama dalam lingkungan kampus UMass yang sangat luas ini, mereka tidak merasa asing. Mereka akan selalu menemukan teman atau teman baru yang memiliki kesamaan nilai yaitu tahu bagaimana menghargai sesama.
(Photo Credit: Building Bridges)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H