Mohon tunggu...
Juli Antonius Sihotang
Juli Antonius Sihotang Mohon Tunggu... Lainnya - Perantau-Peziarah Hidup

Spiritualitas, Iman Katolik, Kaum Muda Katolik Artikel saya yang lain dapat dilihat di: https://scholar.google.co.id/citations?user=_HhzkJ8AAAAJ&hl=en

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Prinsip" Gembala yang Baik: Memberikan Nyawa bagi Domba-dombanya Menurut Yoh 1-21

17 Agustus 2023   21:21 Diperbarui: 17 Agustus 2023   21:28 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Gembala adalah seorang penjaga sekaligus pemelihara suatu kawanan ternak. Dalam menggembalakan kawanan ternaknya, setiap gembala tentunya memiliki cara penggembalaannya, sehingga kawanan ternak yang dimilikinya merasa nyaman, aman, bahagia, penurut, mengerti, maupun mengenal siapa gembalanya dan apa yang dimaksud dari seorang gembala. Ia bertanggung jawab atas segala dombanya, tahu berapa jumlahnya, dan melindungi mereka dari segala ancaman luar, terutama ancaman para serigala.

Dalam kehidupan menggereja, umat beriman memandang, menerima, maupun memahami para Uskup maupun imam sebagai Alter Christi melalui sakramen imamat yang mereka terima dari Gereja. Mereka menerima Roh Yesus, sehingga mampu bertindak dalam nama dan kepribadian-Nya (Gereja 1995). Dalam diri para Uskup maupun imam, hadirlah Yesus Kristus, Imam Agung Tertinggi di tengah kehidupan umat beriman (Uskup 1993). Setiap imam harus senantiasa menjalin relasi dengan Yesus Kristus, sehingga dalam hidup dan pelayanan mereka di tengah umat beriman, penggembalaannya bersumber dari Sang Gembala Agung.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka penulis akan menjabarkan tema "Prinsip Gembala yang Baik: Memberikan Nyawa bagi Domba-Dombanya Menurut Yohanes 10:1-21." Penulis terinspirasi oleh perkataan Yesus tentang gembala dan apa yang diperbuat-Nya terhadap para domba (umat beriman), terutama karena Yesus adalah sumber dan teladan bagi seluruh gembala yang diserahi tugas maupun tanggung jawab oleh Gereja dalam menggembalakan umat Allah. Penulis akan mendalami dan merefleksikan perkataan Yesus tersebut dengan rumusan masalah: bagaimana gembala dapat dikatakan sebagai gembala yang baik di tengah umat beriman?

Analisis Teks Yoh 10:1-21

Teks Yoh 10:1-21 (Riyadi 2011a) merupakan suatu kisah mengenai Yesus yang menyatakan diri-Nya sebagai "Gembala yang Baik" dan pintu bagi domba. Suatu kisah yang disusun menjadi 4 bagian. Pada bagian diskursus (ayat 1-6), Yesus memberikan penekanan pada kandang, pintu, dan perbedaaan antara seorang gembala dengan perampok-pencuri. Perkataan penjelasan pada bagian pertama (ayat 7-10), Yesus menyatakan bahwa diri-Nya adalah pintu bagi domba. Setiap domba yang masuk melalui Yesus akan tinggal di padang rumput hijau dan selamat. Pada bagian kedua (ayat 11-18), Yesus menampilkan diri-Nya sebagai gembala yang baik. Gembala yang baik itu memiliki relasi yang intens dengan dombanya dan saling mengenal satu sama lain, sehingga ia rela memberikan nyawa kepada dombanya. Bagian terakhir adalah reaksi atas ucapan Yesus (ayat 19-21).

Teks ini (Hadiwiyata 2008) merupakan cuplikan dari pertentangan antara Yesus dengan para pemimpin agama Yahudi. Adapun pertentangan yang terjadi tersebut disajikan secara 'alegori'. Alegori pertama (ayat 1-3) berhubungan dengan gembala yang memiliki akses untuk masuk ke kandang domba (ayat 1-5). Kandang domba ditunjukkan sebagai tempat tinggal-rumah domba, pintu adalah gapura, sementara pencuri-perampok tidak mempunyai jalan masuk kepada umat beriman. Alegori kedua (3b-5) menampilkan perbedaaan antara gembala dengan yang tidak gembala, sebab seorang gembala mengenal domba-dombanya, begitu juga sebaliknya. Domba kemudian diberi nama oleh gembala, dituntun keluar, dan di antara mereka terjalin relasi yang akrab. Orang asing adalah mereka yang berusaha merebut domba dari gembala.  Alegori ketiga (7-10) mengklaim Yesus sebagai satu-satunya gembala dan domba adalah komunitas umat terpilih. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membinasakan, sementara Yesus datang agar domba-domba mempunyai hidup (askatologis).

Alegori keempat (11-16) mengulangi kembali rumusan ilahi mengenai gembala yang baik yang dibuat bertentangan dengan orang upahan, istimewanya untuk memberi penekanan pada persembahan hidup-Nya terhadap para domba. Bagian selanjutnya (17-21) menunjukkan bahwa penyaliban merupakan kesatuan kasih dan ketaatan antara Yesus dengan Bapa-Nya. Yesus mati bukan karena tidak memiliki kuasa, melainkan karena kerelaan-Nya.

'Prinsip' Gembala yang Baik Menurut Yohanes 10:1-18

Prinsip adalah kebenaran maupun asas yang menjadi roh seseorang untuk berpikir dan bertindak dalam hidupnya (Nasional 2001). Seseorang yang memiliki prinsip akan sungguh-sungguh memperjuangkan hidupnya maupun hidup orang lain yang dipercayakan kepadanya, sekalipun di tengah berbagai kesulitan dan penderitaan. Pinsip menjadikan seseorang berani memberikan nyawanya bagi orang lain.

Masuk ke dalam Kandang Domba Melalui Pintu (Yohanes 10:1-3)

Yesus menunjukkan bahwa gembala yang baik 'harus' melalui pintu ketika ia masuk ke dalam kandang para domba, sebab seseorang yang masuk tidak melalui pintu dan memanjat tembok, maka para penjaga pintu yang senantiasa berjaga tidak akan membukakan pintu baginya. Bahkan, para domba tidak akan mau mendengarkan apalagi dipanggil oleh karena ia adalah seorang pencuri dan perampok. Gembala adalah pribadi yang harus datang dan mengenali domba-dombanya, umatnya yang dipercayakan kepadanya. Dia mengenal dan menghimpun umat beriman menjadi satu kawanan dengan satu gembala, yakni diri-Nya sendiri (II 1992).

Apa yang ditunjukkan melalui perkataan Yesus memang adalah sebuah alegori kehidupan gembala dan dombanya, yang berhadapan dengan para pencuri yang tidak melewati pintu kandang (Darmawijaya 1988). Namun,  gambaran ini menunjukkan juga bahwa seorang imam (gembala) dituntut untuk mengunjungi dan memperhatikan umat yang dipercayakan kepadanya, sebab mereka tidak mungkin hidup tanpa kesulitan, tantangan, maupun tindakan kejahatan dari orang asing yang berada di sekitar hidup mereka dengan segala tipu daya layaknya ular yang telah menggoda dan membuat manusia pertama jatuh ke dalam dosa.

Berjalan di depan Para Domba (Yoh 10:4-6)

Gembala yang baik berjalan di bagian depan diikuti para dombanya, karena mereka telah mengenalnya. Tanpa bimbingan dan pertolongan gembala yang baik-berpengalaman, domba tidak mungkin dapat menemukan padang rumput hijau dan sumber air untuk kebutuhan hidup mereka. Domba akan selalu mengikuti gembala yang baik, sekalipun ada berbagai suara orang lain yang memanggil mereka. Gambaran bagaimana relasi para murid dengan Yesus yang mengantar mereka menuju kepenuhan hidup, apabila para murid setia mengikuti-Nya. Pemahaman yang menunjukkan bahwa para murid tidak mengikuti orang asing terlihat dari domba-domba yang lari dari orang yang tidak mereka kenal (Harun 2015).

Para Uskup maupun imam diserahi tugas untuk menggembalakan dan memelihara kawanan domba, umat beriman yang dipercayakan kepada mereka berdasarkan teladan gembala yang baik (Uskup 1993), yakni Yesus yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Oleh sebab itu, para imam hendaknya senantiasa berjalan di depan para domba dengan menuntun umatnya kepada persatuan dengan Allah melalui kerjasama di antara mereka dalam hidup menggereja (Uskup 1997).

Memberikan Nyawa bagi Domba-Dombanya (Yoh 10:11-18)

Memberikan nyawa bagi domba-dombanya adalah prinsip dari gembala yang baik, dan sikap itu telah dibuktikan oleh Yesus, Sang Gembala Agung karena begitu besar kasih-Nya kepada para domba. Suatu sikap yang belum pernah muncul dalam Perjanjian Lama ketika berbicara mengenai gembala karena fokusnya pada kepemimpinan gembala. Oleh sebab itu, gembala yang memberikan nyawa bagi domba-dombanya sangat berbeda dengan orang upahan, bukan pemilik, dan tidak peduli dengan nasib domba yang dipercayakan kepadanya, sehingga ketika ada bahaya maupun terkaman dari kumpulan serigala, maka ia akan melarikan diri dan membiarkan domba-domba diceraiberaikan-dimakan oleh kawanan serigala. Namun, gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (Harun 2015).

Gembala yang memberikan nyawa bagi domba-dombanya menunjukkan adanya relasi yang intens di antara mereka, yakni kesatuan cinta kasih. Gambaran bagaimana Allah mengenal umat-Nya, sementara umat mengenal-Nya dalam kesadaran bahwa mereka adalah orang-orang pilihan Allah yang hendak mempersembahkan hidup mereka seutuhnya kepada-Nya dalam kesetiaan dan ketaatan (Riyadi 2011b). Demikianlah iman, dipanggil untuk memelihara kawanan milik Tuhan, melindungi, memberinya makan, dan menuntun domba-domba kepada Sang Gembala Sejati.  Semua sikap tersebut diwujudkan dalam pelayanan penuh kasih, pegabdian sepenuh hati, dan tidak ragu memberikan nyawanya keapda umat yang dipercayakan kepadanya (Imam 2013).

Kesimpulan

"Gembala yang Baik" seperti Yesus tentunya diharapkan oleh domba, umat beriman dalam peziarahan hidup iman mereka. Gembala dapat dikatakan sebagai "Gembala yang Baik" apabila ia senantiasa meneladan Yesus Sang Gembala Agung dalam seluruh hidupnya. Ia suka mengunjungi, memelihara, dan berelasi dengan seluruh umat yang dipercayakan kepadanya, terutama di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Situasi sulit-luar biasa yang tidak hanya mengguncang hidup jasmani, terutama hidup beriman umat Allah. "Gembala yang Baik" tentunya tidak akan membiarkan mereka merasa kesepian, putus asa, apalagi dimangsa oleh para serigala (kegelisahan dunia), sebab prinsipnya adalah memberikan nyawa bagi para dombanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun