Mohon tunggu...
Juli Antonius Sihotang
Juli Antonius Sihotang Mohon Tunggu... Lainnya - Perantau-Peziarah Hidup

Spiritualitas, Iman Katolik, Kaum Muda Katolik Artikel saya yang lain dapat dilihat di: https://scholar.google.co.id/citations?user=_HhzkJ8AAAAJ&hl=en

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Prinsip" Gembala yang Baik: Memberikan Nyawa bagi Domba-dombanya Menurut Yoh 1-21

17 Agustus 2023   21:21 Diperbarui: 17 Agustus 2023   21:28 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yesus menunjukkan bahwa gembala yang baik 'harus' melalui pintu ketika ia masuk ke dalam kandang para domba, sebab seseorang yang masuk tidak melalui pintu dan memanjat tembok, maka para penjaga pintu yang senantiasa berjaga tidak akan membukakan pintu baginya. Bahkan, para domba tidak akan mau mendengarkan apalagi dipanggil oleh karena ia adalah seorang pencuri dan perampok. Gembala adalah pribadi yang harus datang dan mengenali domba-dombanya, umatnya yang dipercayakan kepadanya. Dia mengenal dan menghimpun umat beriman menjadi satu kawanan dengan satu gembala, yakni diri-Nya sendiri (II 1992).

Apa yang ditunjukkan melalui perkataan Yesus memang adalah sebuah alegori kehidupan gembala dan dombanya, yang berhadapan dengan para pencuri yang tidak melewati pintu kandang (Darmawijaya 1988). Namun,  gambaran ini menunjukkan juga bahwa seorang imam (gembala) dituntut untuk mengunjungi dan memperhatikan umat yang dipercayakan kepadanya, sebab mereka tidak mungkin hidup tanpa kesulitan, tantangan, maupun tindakan kejahatan dari orang asing yang berada di sekitar hidup mereka dengan segala tipu daya layaknya ular yang telah menggoda dan membuat manusia pertama jatuh ke dalam dosa.

Berjalan di depan Para Domba (Yoh 10:4-6)

Gembala yang baik berjalan di bagian depan diikuti para dombanya, karena mereka telah mengenalnya. Tanpa bimbingan dan pertolongan gembala yang baik-berpengalaman, domba tidak mungkin dapat menemukan padang rumput hijau dan sumber air untuk kebutuhan hidup mereka. Domba akan selalu mengikuti gembala yang baik, sekalipun ada berbagai suara orang lain yang memanggil mereka. Gambaran bagaimana relasi para murid dengan Yesus yang mengantar mereka menuju kepenuhan hidup, apabila para murid setia mengikuti-Nya. Pemahaman yang menunjukkan bahwa para murid tidak mengikuti orang asing terlihat dari domba-domba yang lari dari orang yang tidak mereka kenal (Harun 2015).

Para Uskup maupun imam diserahi tugas untuk menggembalakan dan memelihara kawanan domba, umat beriman yang dipercayakan kepada mereka berdasarkan teladan gembala yang baik (Uskup 1993), yakni Yesus yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Oleh sebab itu, para imam hendaknya senantiasa berjalan di depan para domba dengan menuntun umatnya kepada persatuan dengan Allah melalui kerjasama di antara mereka dalam hidup menggereja (Uskup 1997).

Memberikan Nyawa bagi Domba-Dombanya (Yoh 10:11-18)

Memberikan nyawa bagi domba-dombanya adalah prinsip dari gembala yang baik, dan sikap itu telah dibuktikan oleh Yesus, Sang Gembala Agung karena begitu besar kasih-Nya kepada para domba. Suatu sikap yang belum pernah muncul dalam Perjanjian Lama ketika berbicara mengenai gembala karena fokusnya pada kepemimpinan gembala. Oleh sebab itu, gembala yang memberikan nyawa bagi domba-dombanya sangat berbeda dengan orang upahan, bukan pemilik, dan tidak peduli dengan nasib domba yang dipercayakan kepadanya, sehingga ketika ada bahaya maupun terkaman dari kumpulan serigala, maka ia akan melarikan diri dan membiarkan domba-domba diceraiberaikan-dimakan oleh kawanan serigala. Namun, gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (Harun 2015).

Gembala yang memberikan nyawa bagi domba-dombanya menunjukkan adanya relasi yang intens di antara mereka, yakni kesatuan cinta kasih. Gambaran bagaimana Allah mengenal umat-Nya, sementara umat mengenal-Nya dalam kesadaran bahwa mereka adalah orang-orang pilihan Allah yang hendak mempersembahkan hidup mereka seutuhnya kepada-Nya dalam kesetiaan dan ketaatan (Riyadi 2011b). Demikianlah iman, dipanggil untuk memelihara kawanan milik Tuhan, melindungi, memberinya makan, dan menuntun domba-domba kepada Sang Gembala Sejati.  Semua sikap tersebut diwujudkan dalam pelayanan penuh kasih, pegabdian sepenuh hati, dan tidak ragu memberikan nyawanya keapda umat yang dipercayakan kepadanya (Imam 2013).

Kesimpulan

"Gembala yang Baik" seperti Yesus tentunya diharapkan oleh domba, umat beriman dalam peziarahan hidup iman mereka. Gembala dapat dikatakan sebagai "Gembala yang Baik" apabila ia senantiasa meneladan Yesus Sang Gembala Agung dalam seluruh hidupnya. Ia suka mengunjungi, memelihara, dan berelasi dengan seluruh umat yang dipercayakan kepadanya, terutama di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Situasi sulit-luar biasa yang tidak hanya mengguncang hidup jasmani, terutama hidup beriman umat Allah. "Gembala yang Baik" tentunya tidak akan membiarkan mereka merasa kesepian, putus asa, apalagi dimangsa oleh para serigala (kegelisahan dunia), sebab prinsipnya adalah memberikan nyawa bagi para dombanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun