Mohon tunggu...
Juliandika Lospha Pradana Ruby
Juliandika Lospha Pradana Ruby Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pengamat sekitar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bu Risma dan Pak Anas, Mereka tak Beda

21 Maret 2015   22:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:18 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu(21/03), saya menghadiri sebuah acara yang diadakan oleh Kompas TV di kota Surabaya yang bertajuk Kompas Kampus. Acara Kompas Kampus ini diadakan di Universitas Airlangga Surabaya. Dalam acara itu saya menonton segmen Talk Show bersama Rosianna Silalahi dengan topik “Berbeda, demi perubahan”. Dalam Talk Show tersebut yang diundang menjadi pembicara adalah Bu Risma yang merupakan Walikota Surabaya dan Pak Anas yang merupakan Bupati Banyuwangi. Kedua orang tokoh ini mempunyai kontribusi yang besar terhadap perbaikan dan kemajuan daerah kepemimpinannya masing-masing.

Bu Risma berhasil mengubah wajah Surabaya yang dulu terkenal kumuh dan kotor sekarang perlahan menjadi lebih manusiawi (dalam artian lebih bersih untuk ditinggali). Belumlah hilang dalam ingatan kita bagaimana marahnya beliau ketika Taman Bungkul yang beberapa tahun terakhir terkenal dengan keindahan tata tanamannya, hancur gara-gara pembagian es krim gratis yang diadakan oleh salah satu merek es krim terkenal. Bagaimana tidak, semua tanaman yang telah dirawat dan ditata sedemikian rupa selama bertahun-tahun, habis seketika karena diinjak-injak oleh para pengunjung yang sedang berebut es krim gratis. Saat itu juga, beliau marah besar kepada si penyelenggara acara. Beliau sampai meneteskan air mata karena taman yang selama ini dibangun untuk dinikmati oleh masyarakat telah hancur. Saking marahnya sampai-sampai beliau membentak si empunya acara. Salah satu kebijakan beliau yang fenomenal lagi adalah kebijakan untuk menutup lokalisasi Dolly. Tentu saja kebijakan ini menimbulkan pro kontra. Sudah banyak kali beliau mendapat ancaman pembunuhan. Tapi pada akhirnya beliau tetap bersikukuh. Hingga akhirnya beliau tetap memilih untuk menutupnya. Alasannya, demi kebaikan masyarakat terutama anak-anak muda Surabaya. Tak cuma itu, hampir setiap hari Bu Risma berkeliling Surabaya dengan mengendarai mobil. Mobil yang dikendarai Bu Risma saat berkeliling bukan mobil biasa. Di dalam mobil itu,telah tersedia berbagai peralatan seperti linggis, cangkul, sabit, sapu, dll. Kata beliau bahwa alat itu bisa langsung digunakan kalau ada masalah saat berkeliling, maka beliau bisa langsung membetulkannya. Contohnya, saat beliau membersihkan sendiri kotoran yang menyumbat saluran air.

Sementara itu, Pak Anas punya cara sendiri dalam mengubah wajah Banyuwangi. Banyuwangi yang selama ini hanya dikenal sebagai daerah tempat singgah saja sebelum menuju ke Bali. “Ibaratnya, orang turun dari bis cuma untuk kencing terus naik lagi ke Bali.”, kata Pak Anas tentang keadaan Banyuwangi yang dulu. Kini, semua telah berubah. Dulu orang mengenal pantai-pantai indah itu hanya ada di Bali dan Lombok, kini di tangan beliau, pariwisata Banyuwangi bergeliat. Banyak pantai-pantai yang diekspos keindahan nya melalui media sosial sehingga kini mulai banyak dikunjungi oleh wisatawan bahkan sampai tingkat mancanegara. Dalam segi ekonomi, beliau telah berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dulu, sebelum beliau memimpin, tingkat pendapatan daerah kabupaten Banyuwangi per tahun sebesar 9 miliar-an saja, masih kalah dengan kabupaten Malang (Batu) yang mencapai 15 miliar. Tapi kini, kabupaten Malang (Batu) yang terkenal sebagai kabupaten termaju di Jawa Timur, kalah jauh dalam segi tingkat pendapatan daerah dibanding kabupaten Banyuwangi. Kabupaten Banyuwangi mencetak pendapatan daerah sebesar 25 miliar sementara kabupaten Malang hanya mencetak 19 miliar saja. Sungguh luar biasa memang. Prestasi tersebut bisa tercapai karena memang beliau sangat ingin memajukan taraf hidup masyarakat kabupaten Banyuwangi. Beliau melarang kehadiran minimarket demi memajukan geliat transaksi pedagang lokal. Selain itu melarang semua instansi pemerintah kabupaten menggunakan buah import sebagai jamuan acara. Setiap instansi wajib hukumnya untuk menggunakan jenis buah-buahan lokal. Beliau memadukan kearifan lokal untuk kemajuan daerah.

Jika dihubungkan dengan tajuk dari acara “Talk Show bersama Rosi” yang berjudul “Berbeda, Demi Perubahan”, semua yang dilakukan Bu Risma dan Pak Anas memang luar biasa tapi anggapan saya semua itu normal dilakukan oleh seorang pemimpin. Dalam undang-undang telah diatur bagaimana Tupoksi (Tugas pokok dan fungsi) seorang pemimpin daerah. Pun telah diucapkan dalam sumpah jabatan bahwa seorang pemimpin harus menampung aspirasi, menjaga dan memberikan pelayanan bagi masyarakatnya. Jadi bisa dikatakan, mereka tidak berbeda karena cuma menjalankan tugas dan kewajiban mereka sebagai pemimpin. Justru, menurut saya, seorang pemimpin yang “berbeda” adalah yang tidak menjalankan tugasnya, yang tidak menepati janji dan ingkar terhadap sumpahnya. Semoga saja semua pemimpin menyadari tugas dan fungsi nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun