Hal yang menjadi lumrah dalam toxic family adalah sering terjadinya perselisihan dalam keluarga. Sebab terjadinya perselisihan tersebut terkadang tidak dapat dipahami. Karena hal-hal kecil dan sepele pun akan menjadi sebab perselisihan. Rasanya, tidak ada rasa saling menyayangi antar anggota keluarga.Â
Apa dampak toxic family?
Toxic family sangat berdampak buruk bagi anggota keluarga, pasangan, maupun keutuhan rumah tangga. Anak yang hidup dalam toxic family akan berdampak buruk bagi pertumbuhan mental dan fisiknya. Bagi anak, kondisi toxic family dapat memicu timbulnya stres, gangguan kecemasan, perasaan tidak aman, dan membuat seseorang menjadi introvert karena takut bertemu orang lain.Â
Segala perlakuan buruk, kata-kata kasar, sifat yang tidak patut dicontoh akan terekam terus menerus dalam otak dan memunculkan aura negatif juga pada orang lain. Kondisi keluarga menjadi begitu negatif dan tidak nyaman.
Dampak buruk lainnya yaitu dapat menimbulkan citra diri yang buruk, dan memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang rendah. Kondisi emosional yang labil, suka marah, hilang rasa empati, dan pada kasus tertentu akan rentan terhadap kecanduan alkohol, obat-obatan terlarang, atau merokok.
Bagaimana cara menghadapi toxic family?
Sungguh tidak nyaman rasanya berada dalam lingkungan toxic family. Semua orang pasti akan berusaha untuk keluar dari situasi ini. Yang lebih mengerikan lagi, kita tidak menyadari bahwa selama ini kita hidup dalam situasi toxic family.  Sehingga tidak ada kesadaran untuk bisa keluar dari situasi tersebut.Â
Agar bisa keluar dari situasi ini, berikut beberapa cara menghadapi toxic family.
 1. Memperbaiki hubungan dengan anggota keluarga
Ibarat perangkat lunak dalam sistem komputer, sistem aplikasi yang beroperasi lama-lama akan mengalami gangguan pada perangkat lunaknya. Â Untuk itu perlu adanya upaya me-'refresh'-nya agar bisa menyegarkan kembali sistem yang ada pada perangkat tersebut.Â