Mohon tunggu...
juliana tamba
juliana tamba Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semua Berbeda

23 November 2018   14:37 Diperbarui: 23 November 2018   15:59 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

  Malam itu aku tetap berjalan bertemu dengannya. Entah kenapa aku merasa sangat bahagia kala itu.

"Aku kangen sama kamu yang dulu Ray. Aku kangen sama perhatian kamu, aku kangen tawa kamu, aku kangen saat-saat kau ada di sampingku, dan aku kangen sama setiap candamu. Apa aku gak pantes lagi untuk menjadi sahabat kamu? Dulu kita selalu bersama, tapi sekarang kaumenjauhku, bersikap cuek terhadapku seakan aku melakukan kesalahan yang besar. Sebenarnya apa salahku?.

Aku mulai merenung. Aku tak kuasa setiap aku mengingat kebersamaan kita. Aku ingin kembali meniti hari bersama lahi. Karena hanya dialah teman sekaligus saudara bagiku. Cuma dia yang bisa membuatku mengerti arti hidup.

Malam itu aku merasa kondisiku tidak stabil. Aku mulai bersin-bersin. Dan aku yakin, entah nanti atau besok pasti aku flu. Tapi tak ku hiraukan, aku tetap terduduk dengan tangis yang terus membanjiri ke dua pipiku.

Tanpa seorang teman sepertinya aku bukanlah apa-apa. Aku kini benar-benar seorang diri. Aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan. Aku sudah tak tahu dan aku tak mau tahu seakan semua oikiranku menjadi buyar.

Keesokan harinya, aku berangkat kesekolah, yang dulunya kami sering berangkat bersama. Dengan baju hangat yang kupakai, dan dengan tubuh yang panas aku tetap berjalan menuju sekolah .

Sesampainya di dalam kelas, kulihat sudah banyak manusia yang sudah hadir. Ku edarkan pandanganku ke segala arah. Ku dapati sesosok orang yang sangat aku rindukan. Ya, siapa lagi kalau bukan Ray. Dia asyik bercanda dengan teman-teman yang lain. Sesaat dia menoleh ke arahku dan tersenyum simpul kepadaku.

Baca Juga: (Olahraga Ekstrem Motorcross: Bahaya sih, Tapi... Ini Dia Manfaatnya)

Senyum itu senyum penuh arti untukku. Senyum itu yang selama ini aku tunggu. Apa ini berarti dia mau berbaikan denganku? Entahlah. Mungkin ini hanya pemikiranku saja. Aku segera pergi untuk duduk dibangku ku.

Saat bel istirahat berbunyi, aku tak bersemangat untuk pergi ke kantin. Karena apa? entahla intinya aku hanya ingin berdiam diri sendiri.

"Gak ke kantin?" Tanya seseorang teman yang duduk di sampingku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun