Pendidikan Bahasa Dengan Pengembangan Karakter
Bahasa juga dapat menjadi cerminan diri yang baik untuk bangsa maupun diri sendiri, agar komunikasi dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus menguasai bahasanya. Selain itu, bahasa juga sebagai alat ekspresi budaya yang mencerminkan bangsa.
Dari kesulitan-kesulitan untuk membentuk karakter pada generasi muda, salah satu upayanya adalah dengan pendidikan karakter di dalam pembeljaran bahasa Indonesia ini. Pada pendidikan bahasa Indonesia terdapat nilai-nilainya juga, yaitu bisa menghargai karya orang lain, kreatif, tanggung jawab, rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang postif, kejujuran, keberanian, dan sopan santun.
Satu hal yang perlu diperhatikan agar tujuan bahasa Indonesia dapat membangun karakter kepribadian bangsa adalah jelasnya persepsi antara perbedaan pengajaran bahasa Indonesia dan pedidikan bahasa Idonesia. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia adalah pengajaran mengenai teks berbahasa Indonesia yang meliputi mulai dari ejaan, kosa kata, kalimat hingga wacana.
Di dalam Webster's New Word Dictionary of the American Language dikatakan bahwa "education" adalah "the processof tranining and developing the knowledge, skill, mind, character. Ets. Especially by formal schooling". Dari pengertian tersebut dapat dikembangkan dalam pendidikan bahasa Indonesia, maka pengertiannya yaitu dalam proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, pemikiran, karakter dan keterampilan. Jadi, muatan pendidikan bahasa Indonesia ini adalah pengetahuan, keterampilan, pemikiran dan karakter. Keempat hal tersebut saling berkaitan dengan karakter sesorang yang memiliki keterampilan dan pemikiran daklam tugas pendidikan bahasa Indonesia.
Saya membaca dan meneliti beberapa artikel yang menyinggung mengenai kondisi ini menggambarkan bahwa Bahasa Indonesia seperti yang dikatakan Keraf dalam Kunarto (2007), bahasa memiliki fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial", menjadi lemah fungsinya di tengah-tengah masyarakat Indonesia masa kini.
Tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Sastra Bertujuan Untuk Membangun Kepribadian
Pada tanggal 29 Oktober 1928, sejumlah anak mudah yang mempunyai pemikiran kepenyiaran berkumpul dan sberimajinasi tentang sebuah bangsa, yang bersinambungan dengan sastra yang dapat membangun kepribadian bangsa Indonesia karena sastra turut dapat melahirkan lahirnya Indonesia.
Sastra merupakan sumber imajinasi yang dapat membentuk kepribadian Indonesia yang telah terwujud saat ini. Seperti puisi dan sastra pada umumnya telah menjadi inspirasi dan imajinasi mengenai Indonesia. Sastra jika dimanfaatkan secara benar akan dapat berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang secara utuh dengan cara yang menyenangkan.
Pada hakikatnya semua orang akan membutuhkan sastra, seperti anak yang sedang dalam masa peka untuk memperoleh dan mengembangkan berbagai aspek kehidupan yang begitu kompleks. Melalui karya sastra, misalnya cerita, anak dapat memperoleh, mempelajari, dan menyikapi berbagai persoalan hidup dan kehidupan, manusia dan kemanusiaan.