Mohon tunggu...
Juliana Ulfa
Juliana Ulfa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Juliana Ulfa School at UIN Malang Tarbiyah Faculty Prodi PGMI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori, Ilmu Pengetahuan dan Pengalaman

20 Juni 2014   02:08 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:04 1327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seperti Seorang Ibu Yang Kehilangan Anaknya, Ketika Sebuah Teori Tidak Didasari Dengan Ilmu Pengetahuan Dan Pengalaman

Orang yang menderita tentang kegagalan akan menemukan kesenangan dalam penemuan yang dibuatnya. Seperti seorang murid yang berhadapan dengan kesulitan ketika ia mengerjakan soal Fisika tentang Gaya, kemudian ia bernalar mengutak-atik menggunakan berbagai cara, sehingga ia menemukan sebuah cara yang jitu untuk untuk menyelesaikan soal tersebut. Cara yang ditemukan oleh murid itu disebut dengan rumus Gaya dalam Fisika. Nah, rumus itulah yang bisa kita sebut dengan Teori.

Bernalar adalah sebuah kemampuan pasti yang dimiliki oleh setiap manusia, dan di kepala setiap manusia mempunyai sebuah tingkatan penalaran yang beraneka ragam. Dari penalaran akan menimbulkan sebuah perbedaan dan perdebatan. Perdebatan-perdebatan itulah yang terjadi sampai sekarang dalam berbagai sudut pandang tentang tujuan pendidikan dan tentang bagaimana memotivasi belajar. Strategi-strategi yang sangat efektif untuk pembelajaran, tergantung pada jenis pembelajaran apa yang diinginkan dan apa yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran tersebut.

Aku menulis pada dunia karena aku merasa seperti pena yang rela menghabiskan tintanya untuk menghias selembar kertas kosong. Aku menghormati para penalar handal yang mempunyai kritikal-kritikal dalam pusat pikirannya untuk menjadikan keutuhan dalam dunia yang bulat ini. Bulat ataukah lingkaran? Kedua bentuk yang sama, akan tetapi dengan nama yang berbeda. Yaaa, itulah yang namanya teori. Aku tak mampu menjangkau sayap-sayap teori yang terbang bebas mengelilingi angkasa raya.

Dengarkan cerita kehebatan penalarku, dua penalar kebanggaan Yunani. Plato dan salah satu muridnya, Aristotle, adalah orang pertama yang memperdebatkan tentang bagaimana manusia belajar. Mereka bertanya, “Apakah kebenaran dan pengetahuan ditemukan dalam pemikiran kita atau apakah ditemukan di luar diri dengan menggunakan pengalaman yang diterima oleh indera kita?” Plato, sebagai seorang pemuja rasionalis akal, mengembangkan kepercayaannya, bahwa pengetahuan dan kebenaran dapat ditemukan dengan melakukan refleksi diri, berkaca pada air yang bening untuk memantulkan bayangan nalarnya.

Sedangkan seorang Aristotle, pemuja empirisme pengalaman, menggunakan semua indera yang dimilikinya untuk mencari sebuah kebenaran dan pengetahuan di luar dirinya dengan melihat dari jauh sosok sebuah dunia.

Aku melihat wujud kebenaran dan ilmu pengetahuan bagi mereka itu laksana seorang wanita bidadari surga yang amat cantik rupawan, setiap yang melihatnya pasti ingin mendapatkan dirinya. Apa yang menjadi kesukaannya pasti akan disukai juga oleh mereka. Apa yang menjadi kebenciannya pasti akan dibenci juga oleh mereka. Jalan mana yang akan dilalui bidadari itu, pasti juga akan dilalui oleh mereka. Nalar pemikiran sebagai kunci emas untuk membuka harta karun dalam hati bidadari itu.

Bangsa Romawi berbeda dengan Bangsa Yunani, dalam memaknai kehidupan mereka yang berpijak di kebulatan dunia ini. Keturunan Roma mengibaratkan kebenaran dan ilmu pengetahuan itu bagaikan buku yang halamannya terus menerus dibaca seseorang dalam bab-bab kebahagiaan, kesengsaraan, kesenangan, penderitaan, tawa dan kesedihan. Tidak ada orang yang bisa membaca buku ini kecuali mereka yang jalan hidupnya tertulis dalam setiap bab tersebut.

Sebuah teori tentang kebenaran akan kehilangan jiwanya, layaknya seorang Ibu yang kehilangan anak satu-satunya ketika teori itu tidak menempati fungsinya.

Ada tiga kursi yang wajib diduduki oleh sebuah teori, khususnya aku akan menyebutnya dengan nama Teori Belajar. Pertama, teori belajarharus menduduki kursi pendekatan terhadap suatu bidang pengetahuan, suatu cara menganalisa, membicarakan dan meneliti pembelajaran. Kedua, teori belajar diharuskan berjuang dan berupaya untuk menduduki kuris dalam meringkas sekumpulan besar pengetahuan mengenai hukum-hukum pembelajaran ke dalam ruang yang cukup kecil. Ketiga, teori belajar wajib secara kreatif berupaya menduduki kursinya untuk menjelaskan apa itu pembelajaran dan mengapa pembelajaran berlangsung apa adanya, seperti seorang bayi yang lahir tanpa pakaian menutupi tubuhnya, suci dan murni.

Aku sebagai calon pendidik anak bangsa, menginginkan bangsa ini dapat menanam dan menumbuhkan benih-benih penalar hebat seperti para penalar hebat yang dimiliki oleh Bangsa Yunani dan Bangsa Romawi. Di atas altar seorang pendidik genius pasti akan bermunculan banyak orang terdidik yang lebih dari genius.

Setiap benih yang bertebaran di muka bumi ini pasti akan mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda. Bagaimana otak mereka memainkan sebuah peran sandiwara? Bagaimana tanah lingkungan disekitar mereka membuat perbedaan? Bagaimana mereka berasosiasi? Bagaimana mereka menelusuri dan terjun langsung dalam konteks social budaya? Bagaimana mereka mencoba untuk merasakan perasaannya?

Aku yang diberi amanah untuk merawat benih itu agar tumbuh sesempurna mungkin, aku akan melakukan perlakuan yang terbaik untuk mereka. Pertama, adalah melakukan pengorganisasian lingkungan tempat mereka akan tumbuh. Karena setiap benih yang kualitasnya bagus juga akan tumbuh baik dilingkungan yang bagus. Kedua, melakukan pengorganisasian pengetahuan, informasi dan aktivitas. Para benih tentu mempunyai jenis pengetahuan, informasi dan aktivitas yang berbeda-beda. Ketiga, yang paling penting adalah pengorganisasian jenis karakter dari benih-benih tersebut.

Ilmu kebenaran itu seperti kesatuan antara teori dan pengalaman, yang keduanya selalu bergandengan dan tidak mungkin berpisah tangan. Keduanya akan senantiasa abadi apabila diterapkan, diimplikasikan, dijalankan dan dimanfaatkan dengan timbal balik pemberian dan penerimaan yang baik.

Oleh : Juliana Ulfa (11140107) ICP PGMI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun