Karena hidup lama-lama kaya tai, hingga kutalak satu diriNya.
Bumi tercipta atas hina dina yang meradang.
Setetes amarah surga jatuh di dunia.
Hidup memang banyak tidak enaknya.
Problematika selalu diliputi cemas dan takut di setiap nafas umat manusia.
Yang hidupnya enak-enak melulu hanyalah para pencurang kehidupan dan orang yang kuat imannya.
Imanku belum kuat, masih kuanggap dunia ini banyak merepotkan.
Kuhanya bisa berdiri, duduk dan berjalan hingga titik lelah penghabisan.
Dunia adalah air suci neraka yang mesti kulewatkan.
Keterbatasan dan Ketidakpastian membuatku meradang dengan ke karyaan.
Kumenolak untuk mensyukuri semua karunia Tuhan.
Karena ia juga menciptakan kemelaratan dan setan-setan yang gatal kulawan.
Kepastian mengatakan: CintaNya melebihi MurkaNya.
Indahnya melampaui celaka ciptaanNya.
Disini tempatnya berjuang, bukan untuk bersenang-senang.
Tak ada Nabi yang hidupnya senang.
Kuhanya pejalan kehidupan, yang mencoba memberi arti dan mendefinisikan kehidupan.
Curhatku kepada tulisan dan Sang alam.
Karena curhat kepada orang kerap salah sasaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H