Mohon tunggu...
resista hakares
resista hakares Mohon Tunggu... Administrasi - sederhana mensyukuri apa adanya

bisa jadi apa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tramadol

7 September 2023   10:00 Diperbarui: 7 September 2023   10:05 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.instagram.com/julian_shortpants/

Instansi pendidikan tidak peduli tentang adanya skandal seksual dan permabukkan di dalam lingkupnya. Bila ia ingin mengeceknya maka akan terungkap informasi data yang mencengangkan, tapi mereka (instansi pendidikan) menganggap bukan urusannya untuk mencetak manusia-manusia yang berkualitas, mereka hanya mencetak manusia yang lulus kurikulum dan siap bekerja di perusahaan.

Kurikulum yang ada, tidak di ciptakan para siswanya untuk menjadi pemimpin di masa depan, namun ingin menciptakan para pekerja di masa depan. Satu Indonesia dari Sabang sampai Marauke, letak geografis sosial yang beragam, mereka yang tinggal di pantai, kota, pegunungan, pertanian, pedesaan, mereka semua tunduk dan terkotakkan dengan UN (Ujian Nasional) sebagai standart kelulusan yang diciptakan satu lembaga yang terpusatkan. Mereka ingin mempunyai pasukkan (SDM) yang telah terkotakkan dan terpusatkan. Mengapa kurikulum tidak diserahkan kepada daerahnya masing-masing agar sesuai dengan budaya dan geografi di tanah mereka berdiri?

Pendidikan yang pernah mereka kunyah di bangku sekolah hanya menjadi sampah. Matematika, ekonomi, kimia, fisika, biologi, di dunia nyata tak sejelimet kasus-kasus di pembelajaran dunia pendidikan. Di bangku pendidikan kita diajarkan untuk menjadi pribadi yang berani, jujur, kritis, namun di dunia nyata kita terpaksa untuk menjilat dan bungkam terhadap keselewengan yang terjadi di depan mata, penyelewengan yang sudah dianggap wajar di segala instansi dan perusahaan.

Akhirnya banyak remaja yang frustasi karena dunia nyata tak seindah teori Pendidikan Pancasila dan Ilmu Agama di sekolah, banyak remaja yang kebinggungan mencari korelasi antara ilmu yang dia punya dengan praktek kenyataan hidup yang ada.

Beberapa ingin terbebas dari tekanan hidup yang menjelimet di hati dan fikiran. Ketidakmampuan mempertahankan harga diri yang senantiasa di jajah dan ditindas oleh kerumitan duniawi. Apakah mereka harus menjual harga dirinya demi beras? Atau lebih baik membeli obat penenang untuk menjaga harga dirinya?

Manusia-manusia yang tidak ingin di dikte dengan peraturan itu semua? Manusia yang ingin bebas mencari dan menemukan arti hidupnya? Manusia yang tidak ingin mengalah dipelukkan kapitalis, manusia-manusia yang telah lelah di perbudakkan kekuasaan. Manusia-manusia yang ingin berada di titik nol untuk bisa berdamai dengan diri dan kehidupannya.

Mereka ingin melepaskan beban itu semua, sampai akhirnya berkenalan dan terjerembab dengan narkotika atau TRAMADOL.

Pastinya dunia pendidikan kita tak seburuk yang saya opinikan ini. Pastinya banyak juga sekolahan-sekolahan yang bersungguh-sungguh ingin menciptakan manusia-manusia berkualitas. Namun seperti toko obat yang banyak berkeliaran, pastinya ada juga toko-toko nakal di dunia pendidikan.

Saya akhiri tulisan ini dengan tips untuk penyembuhan mood dan hati yang tersakiti. Sholat, Al-quran, meditasi (sadar nafas), olahraga, ikhlas, bersyukur, saran ini terdengar sederhana namun dapat merekontruksi jasmani dan rohani kepada kebenaran yang hakiki. Dan jangan berkecil hati para junkie, karena Tuhan punya caranya tersendiri untuk menselaraskan hidup ini.

Artikel lainnya bisa dilihat di:

https://www.instagram.com/julian_shortpants/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun