Siapa saja yang bangun pagi hari, sementara perhatiannya lebih banyak tertuju pada kepentingan dunia, maka ia tidak berurusan dengan Allah. Siapa saja yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslim maka ia tidak termasuk golongan mereka (kaum Muslim). (HR. Al-Hakim dan Al- Khatib dari Hudzaifah)
Hadist ini membuatku tercengang sekaligus menambah ketertakjubkan-ku tentang nilai-nilai islam, agama yang sangat details untuk menuntun manusia menuju arah lebih baik. Saat jiwa baru tersadar, khalayaklah yang diutamakan.
Bicara tentang manusia politik yang tugas utama untuk mengurusi umat, nyatanya baru sebatas umat partai dan umat di keluarganya saja yang diurusi. Menurut data APBN tahun lalu yang nominalnya sekitar 3.000 Triliun Rupiah, hanya setengahnya saja dari nominal itu yang dapat dipertanggung jawabkan. Mereka juga mengatakan bahwa "korupsi sedikit itu wajar" atau "RI bisa bersih dari korupsi? Di surga saja Kau", cuitan dari beberapa anggota dewan.
Ah sudahlah, memahami wakil rakyat yang tidak merakyat itu bagai punggung merindukan bulan. Kita bicara yang dekat-dekat saja, yang kita sama-sama tahu dan merasakan kemana arah kiblatnya. Bagaimana dengan mesjid? Selain tempat ibadah bukankah ia juga sama-sama tugasnya mengurusi umat, dan ia juga mengadakan dana untuk kepentingan umat?
Saya ragu apakah masih banyak orang yang mau memikirkan nasib saudaranya, terkhusus mereka yang dibebani tugas untuk mengurusi hajat hidup umat banyak. Masih adakah yang peduli dan mencarikan jalan keluar bagi warganya yang sedang dalam kesusahan? Mungkin bila mau peduli, bukan 1 atau 2 keluarga yang kesusahan seperti pada zaman Umar bin Khattab. Mungkin bisa belasan bahkan ratusan keluarga yang akan mengadu minta pertolongan kepada sosok pemimpin umat. Mungkin seketika itu juga masjid-masjid akan bangkit dari mati surinya, lalu hidup berapi-api karena banyak umat yang harus diurusi.
Apa mungkin karena kita salam memberikan nama, DKM (Dewan Kemakmuran Masjid). Ucapan adalah doa, jadinya yang makmur adalah masjidnya dan bukan umatnya yang di makmurkan. Mungkin lebih baik di ganti namanya menjadi DKU (Dewan Kemakmuran Umat).
Masjid sekarang ini tak ubahnya seperti tempat olahraga. Setelah sholatnya selesai lalu kembali pulang, tak ada lagi yang bisa dilakukan. Masjid juga sudah tidak lagi buka 24 jam. Tak mau para pengurus mesjid berrepot-repot mengurusi umat-umat yang tidak jelas latar belakangnya.
Masjid-masjid juga hanya melakukan hal yang sama setiap tahunnya. Tak ada pembaharuan dan visi misi pada masjid yang berkonsentrasi pada kemakmuran umat. Biaya umat hanya dihabiskan untuk renovasi, penggantian karpet, service pendingin ruangan, sound system, mengecet tembok, biaya untuk ceramah, biaya hari raya Islam, dan kegiatan lain seperti yang sudah-sudah. Seberapapun besarnya dana umat selalu habis tanpa bisa berkembang. Tentunya masalah masjid yang telah kehilangan semangatnya seperti sekarang ini bukan tanpa sebab, ini adalah bentuk penjajahan dan pelemahan yang sudah berjalan secara sistemik.
Hal pertama yang dilakukan Rasullulah saat tiba di Madinah adalah membangun masjid. Nabi SAW memfungsikan masjid tidak hanya sebagai sarana ibadah ritual seperti shalat dan membaca Al-Qur'an, tetapi juga memakmurkannya dengan dakwah, pendidikan, serta kegiatan sosial seperti pembagian zakat, qurban, pernikahan, diskusi masalah umat, dan lain sebagainya.
Di zaman yang semakin tua sekang ini, masjid-masjid seakan-akan menghampiri azalnya. Benarlah Nubuwat Rasulullah SAW, akan datang suatu masa ketika masjid dibangun dengan megah. "Kiamat tidak akan terjadi hingga manusia bermegah-megahan dalam membangun masjid," (HR Abu Dawud). Banyak orang berlomba-lomba membangun masjid yang megah. Namun setelah berdiri, masjid itu sepi dari kegiatan-kegiatan ibadah lainnya. Hal senada juga yang di lakukan masyarakat Israel, mereka menanam ribuan pohon gharqad, tempat untuk mereka bersembunyi kelak saat kiamat menjemput. Kita seperti bahu-membahu mempercepat datangnya kiamat, sebelum kemenangan itu tercipta.
Ribuan tahun Islam/Negri Timur menjadi cahaya pengetahuan dunia. Berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, ekonomi, arsitektur, sastra, sosial, dan militer ia kuasai. Bahkan disaat yang sama Eropa justru mengalami zaman keterpurukkan 'the dark age' selama 900 tahun, sangat mungkin literasi Islamlah yang menyelamatkannya.
Islam dengan segala latar belakang dan identitasnya, membuat setiap umatnya menjadi jumawa dan berbangga hati dengan agama yang dipeluknya. Ia merasa punya Tuhan Yang Maha berkuasa, ia punya panutan sosok manusia yang paling sempurna, ia merasa kaya dengan sholat sunnah yang dilakukannya dan ia merasa dosa-dosanya terampuni dengan puasa, sholat wajib, zakat, zikir, dan lain sebagainya. Dengan segala mukjizat dan keberkahan itu, lalu apa yang bisa Kamu perbuat?
Dengan banyaknya janji-janji surga yang sering di dengar mungkin ia merasa yakin akan masuk kedalam surga itu, walaupun nyata-nyatanya semua itu belum tentu. Allah juga mengancam para penggiat Sholat kedalam neraka jahanam bila mereka lalai dalam sikapnya di dunia seperti: menghardik anak yatim, taidak mau memberi makan orang miskin, riya, suka kedukun, suka ghibah, pembohong, dll.
Pada dewasa ini Islam tetap saja terkukung dalam dogma ritual dan ibadah semata. Umat tenggelam dalam kitab-kitabnya, namun tidak dapat menggunakan keilmuan tersebut menjadi sebuah gaya hidup. Habluminallah (hubungan dengan Allah), kita sebaik-baiknya umat menurut persepsi kita sendiri. Namun perkara habluminannas (hubungan baik dengan manusia), kita masih egois, tak peduli, kurang menghargai antar sesama. Kita umat yang sering berlaku curang, melumrahkan pornografi, memfitnah, memakan hak orang lain, mengkafir-kafirkan orang, musrik, dll.
Benarlah lagi apa yang dikatakan Rasullulah "umat Islam seperti buih di lautan. Banyak, namun tidak memiliki arti apa-apa". Namun kita jangan pesimis dan berkecil hati, karena bahwasanya di akhir kisah ini Islam akan kembali berjaya dan menegakan keadilan yang menyelimuti seluruh Negri yang ada di bumi ini. Siapa tahu kita dapat menjadi bagian dari tonggak perubabahan itu. Sekian.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI