Mohon tunggu...
Julia Mujahadah Pratiwi
Julia Mujahadah Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berisi info terkait kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Minyak Jelantah: Sepele Tetapi Berbahaya

24 September 2024   19:14 Diperbarui: 26 September 2024   21:35 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bayangkan saat ini Anda sedang memakan gorengan yang disajikan dengan hangat, sangat renyah, gurih dan ditemani dengan segelas kopi. Disela-sela itu, apakah Anda pernah merenungkan tentang gorengan tersebut di goreng menggunakan minyak yang bagaimana? Apakah minyak yang digunakan baru, atau mungkin minyak yang telah digunakan berkali-kali? Jika Anda berpikiran hal yang sama, mari terjun bersama tulisan ini untuk mengenal lebih dalam terkait minyak goreng, terutama minyak yang telah digunakan berkali-kali.

Apa Itu Minyak Jelantah?

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah digunakan lebih dari sekali. Berdasarkan data Survei Katadata Insight Center terhadap 140 rumah tangga pengguna minyak goreng, didapatkan sekitar 13 juta liter minyak goreng dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dengan rasio minyak jelantah dihasilkan sekitar 60,82% (Katadata, 2020). Diatas 50% bukan? Lantas apa yang harus kita lakukan?

Jika Anda menggoreng, sebaiknya penggunaan minyak goreng tidak melebihi dari 3 kali untuk mencegah penumpukan kotoran pada minyak goreng tersebut. Penggunaan minyak goreng secara berulang dapat menghasilkan berbagai senyawa reaktif. Menurut Abdullah dan Yustinah (2020), minyak jelantah ditandai dengan adanya perubahan warna pada minyak yang semakin gelap, yang merupakan akibat dari reaksi degradasi.

Dari penjabaran diatas sungguh sangat berbahaya senyawa yang dihasilkan oleh penggunaan minyak yang digunakan secara berulang-ulang kan? Masih mau membiarkan senyawa-senyawa berbahaya tersebut masuk ke tubuh Anda atau mencemari lingkungan Anda?

Bahaya  Minyak Jelantah Bagi Lingkungan

Sumber: iStockphoto
Sumber: iStockphoto

Ternyata selain memiliki dampak terhadap kesehatan, minyak jelantah juga memiliki dampak buruk terhadap lingkungan. Pasti di lingkungan Anda, sering melihat orang yang membuang limbah minyak jelantah ke saluran air seperti selokan, atau pipa yang langsung terhubung dengan sungai atau bahkan langsung ke tanah tanpa berpikir panjang. Tindakan membuang limbah minyak jelantah secara sembarang mengakibatkan pencemaran tanah yang dapat menyebabkan pori-pori tertutup dan mengganggu ekosistem yang ada di tanah tersebut. 

Selain itu, pembuangan limbah minyak di air dapat menghalangi oksigen dengan membentuk lapisan tipis di permukaan air yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar Chemical Oxygen Demind (COD) dan Biological Oxygen Demind (BOD), sehingga fungsi dan kualitas air turun, yang berakibat pada ketidakmampuan mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya masalah penyediaan air bersih (Abduh, 2018; Mulyaningsih & Hermawati, 2023).

Studi kasus yang dilakukan oleh Berlinawati, Soesilo, Asteria, & Harmain pada tahun 2018 di Sungai Citarum, Indonesia, menunjukkan bahwa pencemaran air di sungai tersebut sebagian besar disebabkan oleh limbah rumah tangga, termasuk minyak jelantah, yang berkontribusi pada penurunan kualitas air dan kehidupan akuatik di sungai tersebut . Dampak pencemaran ini merusak ekosistem perairan dan mengancam kelangsungan hidup ikan, yang pada akhirnya mempengaruhi mata pencaharian nelayan setempat.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Dari banyaknya masalah kesehatan dan lingkungan yang disebabkan oleh minyak jelantah, kabar baiknya Anda dapat berkontribusi dalam mengurangi dampak negatif minyak jelantah, baik bagi kesehatan maupun lingkungan. Berikut beberapa langkah praktis yang bisa Anda lakukan:

  1. Batasi Penggunaan Minyak Goreng

Kurangi frekuensi menggoreng makanan dan pilih metode memasak yang lebih sehat seperti merebus, memanggang, atau mengukus. Dengan mengurangi penggunaan minyak goreng, Anda juga akan mengurangi produksi minyak jelantah, dan memasak makanan dengan cara merebus, memanggang atau mengukus jauh lebih sehat dibanding dengan di goreng loh.

  1. Daur Ulang Minyak Jelantah

Minyak jelantah sebenarnya bisa didaur ulang menjadi biodiesel. Namun, jika Anda merasa terlalu sulit mendaur ulang menjadi biodiesel, minyak jelantah ternyata juga bisa dibuat menjadi sabun cuci, lilin, atau pupuk. Contohnya dengan Anda memanfaatan minyak jelantah menjadi lilin  aroma terapi, Anda berkontribusi dalam pencegahan pencemaran lingkungan dan juga bernilai ekonomis (Aini et al, 2020). 

  1. Gunakan Minyak Secara Bijak

Yup. Jika Anda memang belum terbiasa memakan makanan tanpa di goreng, pastikan untuk tidak menggunakannya berulang kali yah. Satu kali penggunaan sudah cukup. Jika warna minyak mulai berubah atau berbau tengik, saatnya untuk mengganti dengan yang baru.

  1. Jangan Buang Minyak Jelantah Sembarangan

Alih-alih Anda membuangnya ke saluran air atau ke tanah langsung, Anda bisa menyimpan minyak jelantah dalam wadah tertutup dan menyerahkannya ke pusat daur ulang atau program pengolahan biodiesel yang ada di daerah Anda. Selain bermanfaat secara ekonomi, Anda berkontribusi dalam pengurangan limbah minyak jelantah.

Harus Yah Kita Peduli?

Dari pemaparan diatas, mungkin Anda berpikir, "Hanya sedikit minyak. Tidak akan berdampak besar juga bagi kesehatan dan lingkungan." Tetapi jika semua orang berpikir demikian, kerusakan yang ditimbulkan akan jauh lebih besar dari apa yang kita bayangkan. Tahu tidak bahwa setiap tindakan kecil kita, seperti membuang minyak dengan benar atau mengurangi penggunaan minyak jelantah, akan berdampak besar pada kesehatan kita dan bumi ini.

Pada hakikatnya, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga bumi tetap sehat, sama seperti kita menjaga kesehatan diri kita sendiri. Jadi, lain kali jika Anda menikmati gorengan, ingatlah jejak hitam minyak jelantah yang dapat mempengaruhi lebih dari sekadar rasa gurih di piring Anda.

Ayo, peduli terhadap minyak jelantah!

References

Abduh, M Natsir. 2018. Ilmu dan Rekayasa Lingkungan. Makassar: CV Sah Media.

Aini, D.N., Deshinta, W. A., Hanis, M. F., & Lailatul, R. S. (2020). Pemanfaatan Minyak Jelantah Untuk Bahan Baku Produk Lilin Ramah Lingkungan Dan Menambah Penghasilan Rumah Tangga Di Kota Batu. Warta Pengabdian, 253.

Abdullah, S., & Yustinah. (2020). Pemanfaatan Enceng Gondok Sebagai Bio-Adsorben pada Pemurnian Minyak Goreng Bekas. Jurnal Konversi, 26-29.

Berlinawati, R. A., Soesilo, T. E., Asteria, D., & Harmain, R. (2018). Sustainability: Citarum River, government role on the face of SDGs (water and sanitation). E3S Web of Conferences, 1-7.

Katadata. (2020). Minyak Jelantah Rumah Tangga Masih Banyak Terbuang. Optimalisasi Minyak Jelantah untuk Biodiesel Berkelanjutan.

Mulyaningsih, & Hermawati. (2023). Sosialisasi Dampak Limbah Minyak Jelantah Bahaya Bagi Kesehatan Dan Lingkungan. Jurnal Penelitian dan PengabdianKepada Masyarakat UNSIQ, 61-65.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun