Pada bagian ini, kasus-kasus yang terjadi dapat berupa kasus yang secara umum terjadi pada masyarakat luas dan juga secara khusus pada saat peserta didik melakukan pemecahan masalah. Berikut penjelasannya,
- Secara umum
- Orang-orang seringkali salah dalam memahami makna dari literasi numerasi itu sendiri. Di mana, sering dijumpai bahwa orang mendefinisikan literasi numerasi hanya sekedar berhitung saja. Namun, sebenarnya dilihat dari definisi di atas, makna dari literasi numerasi tidak sebatas menghitung saja, namun juga menalar, mengasumsikan, mengolah data yang ada, membuat sebuah sebuah tafsiran, dan juga keputusan dalam suatu masalah bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, perspektif bahwa literasi numerasi hanya berhitung saja.
- Banyak ditemui khususnya pada saat pembelajaran, siswa hanya melakukan pemecahan masalah secara matematis, namun hanya secara formal dan prosedural saja tanpa dibiasakan untuk menyelesaikan permasalahan secara kontekstual, sehingga berdampak ketika berhadapan dengan masalah kontekstual, mereka kurang dapat menyelesaikan permasalahan dengan maksimal. Hal ini sangat berkaitan dengan literasi numerasi, sebab dalam konsep dan maknanya yaitu menggunakan konsep dan prosedur matematika untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari .
- Peserta didik melakukan pemecahan masalah
- Miskonsepsi atau kesalahan dalam membaca, biasanya yang dilakukan siswa adalah : siswa tidak dapat memahami dan memaknai simbol-simbol, kata-kata, dan istilah yang diberikan. Informasi yang diberikan dalam soal tidak dimaknai dan dipahami secara mendalam, sehingga berpengaruh terhadap penyelesaian lebih lanjut.
- Miskonsepsi dalam Memahami soal : siswa tidak menuliskan informasi apa saja yang diketahui. Kurang tepat dalam menuliskan informasi. Siswa tidak menuliskan apa yang ditanyakan. Siswa menyertakan informasi yang ditanyakan. Informasi dengan menyertakan "Diketahui dan ditanyakan" sangatlah diperlukan untuk bahan penyelesaian masalah. Sebab dikhawatirkan jika informasi tidak digali lebih dalam, akan ada miskonsepsi dan kekuarangan dalam menggunakan informasi yang ada. Terkadang tidak semua informasi harus digunakan dan biasanya digunakan sebagai pengecoh, maka siswa harus senantiasa jeli dalam menggali informasi dalam permasalahan.
- Miskonsepsi dalam mentranformasikan masalah. Yang dilakukan siswa yaitu : siswa salah atau kurang tepat dalam memilih konsep dan operasi dalam penyelesaian. Terkadang penyelesaian suatu masalah dapat menggunakan konsep yang berbeda, namun yang terpenting adalah caranya tidak boleh melenceng dari konteks permasalahan. Sebelum menentukan konsep dan aturan yang akan digunakan, siswa harus mampu untuk merubah permasalahan ke dalam bentuk matematis, misalnya pada materi BENTUK aljabar, di mana dalam penyelesaian permasalahannya sangat penting untuk melakukan pemisalan, misal 2x + 5y, dan seterusnya.
- Miskonsepsi Keterampilan. Siswa salah dalam menetapkan konsep atau aturan yang sesuai. Siswa tidak dapat melakukan proses operasi secara utuh. Siswa salah dalam melakukan perhitungan. Banyak ditemui, siswa dalam melaksanakan prosedur penyelesaiannya tidak urut, tidak lengkap, yang mana akan berpengaruh terhadap penyelesaian permasalahan dan dengan hasil yang maksimal.
- Miskonsepsi atau Kesalahan dalam menuliskan jawaban akhir di mana siswa : salah dalam menuliskan satuan pada jawaban akhir. Siswa tidak menuliskan atau menyertakan kesimpulan. Siswa kurang tepat dalam menuliskan kesimpulan. Jawaban akhir sangatlah penting, sebab pemecahan dari permasalahan diperoleh dari hasil penyelesaian masalah tersebut. Selain itu, penentuan kesimpulan dapat menandakan bahwa siswa dalam melakukan penyelesaian benar-benar membaca dan memperhatikan permasalahan dengan baik, yaitu dengan pengulangan. Pada bagian ini, siswa langsung menuliskan hasil penyelesaian, tanpa memberikan kesimpulan di akhir menggunakan bahasa mereka sendiri, namun ada juga siswa yang telah menuliskan kesimpulannya tapi kurang atau tidak tepat dengan konteks masalahnya. Jadi, fokus siswa terhadap informasi-informai yang ada pada masalah yang disajikan secara menyeluruh, sangatlah diperlukan untuk membuat sebuah kesimpulan yang akan digunakan dalam penyelesaian masalah, sehingga diperlukan melakukan pengulangan dalam membaca.
b. Perkembangan Numerasi
Seseorang pasti mengalami perkembangan tidak terkecuali dalam literasi numerasi. Misalnya dalam pembelajaran matematika dengan contoh kasus di bawah ini :
Murid kelas VII SMP N 1 Semarang akan berkunjung ke sebuah museum di . Ibu guru memiliki rencana untuk menyewa sebuah bus dengan kapasitas sebanyak 16 orang. Apabila total murid dari kelas VII tersebut sejumlah 40 orang, kira-kira berapa banyak bus yang harus disewa oleh ibu guru?
Penyelesaian
Jika kita amati secara formal maka perhitungannya adalah 16 + 16 + 8 = 40, maka kita peroleh 1 bus + 1 bus + setengah bus, sebab 8 adalah setengah dari 16.
Namun tidak mungkin ada bus setengah bagian , sebab bus merupakan benda utuh. Oleh karena itu, kita dapat menggunakan konsep 1 bus + 1 bus + 1 bus, entah 1 bus terakhir penuh atau tidak, tidak akan menjadi masalah. Dalam pemecahan masalah ini, sangat diperlukan intuisi dan pemahaman konsep mengenai pembelajaran numerasi secara kontekstual dan jika siswa telah dengan benar menyelesaikan permasalahan serupa, maka siswa tersebut telah mengalami perkembangan numerasi. Namun masih banyak kasus yang menyelesaika permasalahan hanya secara prosedural saja tidak secara kontekstual.
D. Pentingnya Literasi Numerasi
Sebagaimana pembahasan di atas dan kasus-kasus terkait miskonsepsi maupun kasus lainnya yang berhubungan dengan pentingnya literasi dalam hal numerasi, bahwasanya literasi numerasi sangatlah dibutuhkan oleh manusia. Sebab, literasi numerasi berhubungan hampir dengan seluruh aspek kehidupan kita sebagai manusia. Dengan adanya kemampuan dan daya literasi yang mumpuni, kehidupan akan dijalankan dengan penuh perhitungan. Misal saja, ketika seorang mahasiswa memiliki daya atau kompetensi di bidang literasi numerasi, maka hal tersebut dapat bermanfaat dengan salah satunya yaitu, ia memiliki daya nalar, logika, dan daya pikir yang mumpuni, sehingga dapat berlaku analitis terhadap setiap permasalahan atau hal yang datang pada dirinya. Selain itu, kemampuan dalam berliterasi numerasi, akan membuat seorang individu hidup secara sistematis dan teratur, karena itu merupakan konsep dari numerasi itu sendiri. Adanya kemampuan literasi numerasi ini, dapat juga menjadi pelindung masyarakat dari pengangguran, kemiskinan, dan keburukan dalam hidup lainnya.
E. Hal-hal yang dapat kita lakukan terkait fenomena literasi Numerasi di Indonesia
- Sebagai subjek dan masyarakat Indonesia, kita harus memahami benar apa itu literasi numerasi
- Selain memahami makna literasi numerasi, kita juga harus sadar bahwa kegiatan bernumerasi sangatlah penting bagi kehidupan kita.
- Menjalankan program dari pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan daya literasi numerasi dengan penuh kesadaran
- Pemerintah harus senantiasa berjuang dengan membuat gebrakan dengan adanya Program Penggalakan Berliterasi, guna meningkatkan keterampilan, daya, dan kemampuan masyarakatanya dalam hal berliterasi baik numerasi maupun yang lainnya.
F. Kesimpulan