Mohon tunggu...
Juli HidayaturRohman
Juli HidayaturRohman Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd. | Pendidikan Matematika | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan | Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Seorang yang ingin menjadikan tulisannya sebagai suatu kebermanfaatan bagi umat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penerapan HOTS sebagai Bentuk Realisasi Karakteristik Pembelajaran Matematika Kontemporer SMA

26 Oktober 2021   10:51 Diperbarui: 26 Oktober 2021   10:55 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kita menjalani kehidupan, pastilah senantiasa mengalami perubahan, perkembangan, baik secara lambat maupun secara instan, dengan dampak yang singkat atupun untuk jangka panjang.

Perubahan tersebut bisa saja terjadi kepada siapapun, dalam keadaan apapun, dan pada ranah ataupun dalam aspek apapun. Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan, baik sistem dalam pendidikan itu sendiri maupun bagaimana proses pembelajaran berlangsung.

Sejak dahulu sering kita dapatkan pembelajaran yang mana masih berpusat pada guru sebagai fokus atau sumber materi yang utama. Semua hal dalam pembelajaran berasal dari apa yang guru ajarkan, di mana siswa hanya sebagai objek bukan subjek yang ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Sistem atau model pembelajaran yang demikian termasuk pada pembelajaran yang masih bersifat  tradisional. Namun, khalayak ini dan seiring dengan perkembangan zaman,berkembang juga sistem atau modelnya di mana fokus pembelajaran tidak hanya dari guru saja, siswa juga turut aktif dalam pembelajaran.

Perubahan ini terjadi, tidak serta merta berlangsung secara singkat, namun membutuhkan masa dan proses yang panjang serta banyak faktor yang mendampingi perubahan tersebut, sehingga nantinya akan menghasilkan pembelajaran yang baik, efektif, efisien dan bermakna bagi siswa sesuai degan tuntutan zaman.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, menandakan bahwa perubahan yang terjadi tidak hanya di antara guru dan siswa saja, namun juga dari metode, sumber daya pendukung, dan juga bahan ajar itu sendiri.

Salah satu hal yang akan kita bahas adalah bahan ajar yang diberikan guru terhadap siswanya. Dari sekian banyak mata pelajaran, kali ini kita akan berfokus pada satu mata pelajaran, yaitu Matematika dan lebih khususnya pada jenjang SMA (Sekolah Menengah Atas). Ya, matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sebagian besar orang menganggapnya rumit, sulit, dan yang lainnya, sehingga apabila guru salah dalam menerapkan metode pembelajaran maka nantinya akan mengakibatkan kesalahpahaman dan nantinya akan berakhir dengan kurang atau bahkan tidak diterima dengan baik oleh siswanya.

Seperti yang kita ketahui bahwa pada jenjang atau tingkat Sekolah Menengah Atas ini, siswa telah mengalami masa peralihan, di mana telah terjadi berbagai perubahan, salah satunya dalam hal mentalitas. Di mana manusia sudah mulai dapat menggunakan serta mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam berpikir, menggunakan sudut pandang mereka dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang diberikan.

Kemampuan berfikir siswa merupakan suatu proses mentalitas yang mana berlangsung secara berkesinambungan, berkelanjutan atau kontinu. Hal ini sangatlah dipeengaruhi oleh kualitas bagaimana cara guru dalam memberikan pengajaran, metode yang diterapkan. Sebagai seorang guru, haruslah merancang atau mendesain metode mengajar yang tepat guna menunjang perkembangan kemampuan berfikir siswanya. 

Selain itu, hal tersebut ditujukan agar siswa dapat meningkatkan daya dan memperluas cara berpikirnya, di mana daya dan cara berfikir tersebut haruslah sesuai dengan tuntutan perkembangan yang terjadi, yaitu harus mencakup ranah menganalisa, mengevaluasi, dan juga mengkreasikan dalam bentuk baru. Ketiga taraf atau tingkatan tersebut sesuai dengan salah satu taksonomi yaitu Taksonomi Bloom yang mana menjelaskan atau terkait dengan keterampilan berfikir dengan tingkat yang dinilai tinggi.

Dahulu, guru dalam menyampaikan materi  hanya dilakukan secara satu arah, siswa juga dituntut untuk memahami dengan cara menghafal, tanpa mengedepankan konsep dan cara berfikir siswa yang mungkin memiliki perbedaan dalam memahami pembelajarannya. 

Selain itu, soal-soal yang diberikan kepada siswa hanya sebatas menguji pengetahuan mereka secara material saja sehingga tidak mengetahui sejauh mana siswa paham dari materi yang diberikan, dan kesannya membatasi siswa untuk memahami dengan cara mereka sendiri dan mengeksplor penyelesaian masalah dengan cara berpikir atau sudut pandang mereka sendiri, namun tetap harus mengacu pada konsep. Sistem yang demikian merupakan pembelajaran yang dilakukan secara tradisional.

Kita ambil contoh, dulu pada jenjang Sekolah Menengah Atas. Soal-soal yang diberikan masih hanya sebatas pengujian pengetahuan yang didapat mereka dari guru saja dan juga pembelajaran secara induktif, dengan . Seiring dengan perubahan dan perkembangan sistem pendidikan, sekarang sudah mulai dan banyak menerapkan pemberian soal dengan  tujuan pengujian keterampilan berpikir tingkat tinggi mengedepankan dan menuntut siswa untuk mengembangkan pikirannya, berfikir secara kritis, deduktif, dan kompherhensif, serta menggunakan sudut pandangnya dalam menyelesaikan suatu masalah namun tetap dalam jalan dan konsep yang benar.

Metode pemberian soal atau jenis dari soal yang membutuhkan keterampilan tingkat tinggi tersebut biasa kita kenal dengan nama soal HOTS (High Order Thinking Skill). Metode ini merupakan salah satu realisasi dalam perkembangan sistem pendidikan di Indonesia yang semula bersifat tradisional berubah menjadi sistem pembelajaran modern juga dapat kita sebut dengan Sistem Pembelajaran Kontemporer. 

Satu hal yang dapat kita ketahui dari kata "modern" adalah penggunaan teknologi sebagai pendamping ,untuk memfasilitasi berlangsungnya suatu pembelajaran. Teknologi ini ada pastilah karena adanya suatu perkembangan dan perubahan. Selain munculnya teknologi tersebut, hadir juga pengembangan metode dala pengajaran, yang sesuai dengan perkembangan siswa secara mental.

Nah sebelum kita mengetahui korelasi antara HOTS dan perkembangan pembelajaran matematika kontemporer, kita harus paham terlebih dahulu apa itu pembelajaran matematika kontemporer.

     Matematika Kontemporer

Pembelajaran Matematika kontemporer itu sendiri merupakan bentuk perkembangan secara modern dari pembelajaran matematika tradisional yang sudah pasti terjadi beberapa perubahan guna mencapai tujuan pendidikan dengan jalan yang lebih baik. Pembelajaran Kontemporer ini memiliki suatu capaian di mana siswa belajar dengan memahami pengetahuan atau konsep dasar sebelum mengaplikasikannya, sehingga siswa akan terlatih menggunakan keterampilan dalam berpikir dengan luas dan juga nantinya diharapkan siswa memiliki pengalaman yang bermakna dari proses belajar, pengertian ini berdasarkan keterkaitannya dengan teori belajar Konstruktivisme.

Perkembangan Matematika kontemporer ini dimulai sejak tahun 1850 atau sampai sekarang. Pada setiap abadnya, matematika itu sendiri mengalami perubahan, misal pada abad ke 17 di mana banyak penelitian yang melibatkan matematika sehingga menghasilkan teori-teori seperti Probabilitas, Logaritma, dan yang lainnya melalui pemikiran ahli atau ilmuan seperti Blaise Pascal dan yang lainnya. 

Perkembangan tersebut dapat terjadi diamibatkan oleh beberapa faktor antara lain adanya suatu kegiatan atau aktivitas penemuan yang melibatkan ilmu matematika di dalammnya serta keikutsertaan banyak nama-nama ilmuan besar. Selanjutnya, terdapat faktor di mana terjadinya atau dilakukannya berbagai bentuk penelitian yang juga melibatkna matematika di dalamnya, sehingga hal tersebut sebagai acuan atau bahan untuk melakukan suatu pengembangan terhadap matematika untuk kedepannya agar hal yang dibahas dapat lebih luas.

Beberapa karakteristik dari matematika kontemporer ini yang membedakan dengan pembelajaran matematika tradisional menurut Max A. Sobel dan Evan M. Maletsky  (2003) di mana, pembelajaran matematika kontemporer ini menekankan pada pemahaman konsep tidak hanya berfokus terhadap apa yang diberikan, dalam artian siswa dapat memahami konsep dasar dari materi matematika yang diajarkan, tidak hanya berpaku terhadap hal yang sudah diberikan misalnya penggunaan rumus dalam penyelesaian masalah matematika. 

Hal ini bertujuan, agar siswa dapat menggunakan keterampilan dan kebebasan dalam berfikir untuk membuat suatu penyelesaian dengan sudut pandang mereka yang mana itu dihasilkan dari pemahaman yang mendasar mengenai materi yang diberikan, sehingga siswa tidak akan salah menentukan jalan penyelesaian disebabkan mereka masih dalam konsep yang seharusnya.

Selain itu, dari sudut pandang Erman Suherman dan Udin S. Winata putra yang mana mengungkapkan bahwa metode pengajaran yang diberikan pada pembelajaran maematika kontemaporer yaitu dengan pengajaran menggunakan metode deduktif, di mana metode ini mengajarkan pemahaman secara umum baru diterapkan dalam kasus-kasus khusus, dengan kata lain kita harus memahami konsep dasar terlebih dahulu, hal ini sejalan dengan karakteristik matematika kontemporer sebelumnya.

     Bentuk nyata yang dapat dipergunakan dengan tujuan meningkatkan kemampuan dan keterampilan secara deduktif juga penekanan terhadap pemahaman konsep, alah satunya dengan menerapkan pemberian soal-soal dengan taraf atau tingkat HOTS (High Order Thinking Skill). Maka dari itu kita harus memahami apa itu HOTS baik dari definisi, karaketristik, perbedaan dengan yang bukan HOTS,  contohnya yang biasanya diterapkan dalam pembelajaran matematika kontemporer.

     HOTS (High Order Thinking Skill)

Di lansir dari buku Pembelajaran Berbasis HOTS oleh Ridwan Abdullah Sani, menjelaskan bahwa konsep pendidikan HOTS (High Order Thinking Skill) pertama kali dikenal berasal dari konsep dalam buku karya Benjamin S. Bloom dengan judul Taxonomy of Educational Objectives : The Classification of Educational Goals (1956) yang berisi mengenai kategori tingkat pemikiran manusia (siswa) yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Selain itu ada Brookhart yang turut andil dan  mengemukakan bahwa konsep atau model ini adalah sebagai sarana transfer ilmu, untuk berpikir secara kritis dengan masalah yang sebenarnya memiliki konsep yang sama seperti masalah (soal) sebelumnya namun dirancang sedemikian rupa  sehingga siswa merasa asing atau tidak familiar dengan masalah tersebut, maka dari itu diperlukan adanya pemikiran yang mendalam mengenai konsep dari masalah yang disajikan.

 HOTS merupakan suatu bentuk perubahan sistem atau metode pengajaran, sehingga HOTS ini sangat erat kaitannya dengan kurikulum baru yang diterapkan di Indonesia. Sampai sekarang, kurikulum yang biasa kita kenal dengan K-13 atau kurikulum 2013 yang mana baru diperkenalkan HOTS ini, namun belum diterapkan sepenuhnya. HOTS ini baru diterapkan di Indonesia, setelah pelaksanaan Ujian Nasional 2017/2018 setelah mengalami berbagai perubahan, perombakan, revisi, dan yang lainnya, sehingga tercipta kurikulum yang efisien dan efektif dengan tujuan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara kritis, inovatif, dan kreatif.

     Seperti yang sudah disinggung pada paragraf sebelumnya, di mana HOTS (High Order Thinking Skill) adalah sebuah merupakan suatu tingkatan keterampilan berpikir manusia yang termasuk ke dalam tingkatan tinggi untuk memecahkan suatu permasalahn menggunakan kemampuan dalam beranalogi, wawasan luas, menganalisis, mengevaluasi dan juga berfikir secara kreatif.

     Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Webb & Coxford (Sumarmo & Nishitami, 2010) yang mana tingkatan berpikir dalam matematika dikelompokan berdasarkan kedalaman dan luasnya aktivitas berfikir yang dilakukan, yaitu Lower Order Thinking Skills (LOTS)yang meliputi kemampuan mengoperasikan aritmetika sederhana, mengaplikasikan aturan secara langsung, mengerjakan sesuatu berdasar algoritma. Selain itu juga terdapat High Order Thinking Skills (HOTS) yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mencakup wawasan mengenai matematika, menduga, menganalogi dan menggeneralisasikan, bernalar secara logis, mengedepankan konsep dalam memecahkan masalah, serta mengkomikasikan dan mengkoneksikan hal matematis.

     Selain itu, ada pula tingkatan berpikir menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi, yaitu :

  • Mengingat (Remember)
  • Memahami (Understanding)
  • Menerapkan (Apply)
  • Analisis (Analyze)
  • Evaluasi (Evaluate)
  • Menciptakan (Creating)

     Perlu diketahui bahwa tiga tingkatan paling atas (mengingat, memahami, dan menerapkan) merupakan kemampuan berpikir tingkat rendah, lalu untuk tiga tingkat yang bawah (analisis, evaluasi, dan menciptakan) yang mana merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan inilah yang disebut dengan HOTS (High Order Thinking Skill).

     Seperti apa si contoh dari soal matematika berbasis bukan HOTS dan berbasis HOTS, serta bagaimana perbedaannya?

Soal 1

Soal 2

Dua orang, Khairu dan Ummah ingin membandingkan seberapa cepat mereka dalam mengelilingi dua lapangan dengan ukuran berbeda namun memiliki bentuk yang sama yaitu persegi panjang. Khairu mengelilingi lapangan A dengan ukuran 10 meter  x Z (lebar) meter dan Ummah mengelilingi lapangan B dengan ukuran 5 meter x 2 meter. Khairu membutuhkan waktu 40 menit dalam menyelesaikan uji coba tersebut, sedangkan Ummah membutuhkan waktu 20 menit untuk menyelesaikannya. Analilislah dengan menggunakan konsep kesebangunan, sehingga mereka dapat mengetahui kecepatan yang mereka hasilkan kemudian mereka bandingkan!

     Pembahasan

     Soal 1 : soal tipe iniada salah satu contoh dari soal dengan materi kesebangunan yang standar dan biasa diberikan pada pembelajaran tanpa adanya suatu variasi yang dilakukan. Soal tipe ini bertujuan agar siswa hanya sekedar menerapkan secara langsung rumus mengenai perbandingan kesebangunan saja. Ketika siswa sudah mengetahui rumus yang seharusnya maka siswa akan dengan mudah mengerjakan soal tersebut. Pada soal ini masih berada pada tingkatan mengingat (mengingat rumus) dan mengaplikasikan (mengaplikasikan rumus dalam pengerjaan). Soal seperti ini di rasa kurang dapat membentuk atau melatih kemampuan siswa dalam berfikir secara deduktif dan menggunakan wawasan secara luas.

 Soal 2 : dapat kita ketahui bahwa soal tersebut merupakan bentuk dari soal HOTS di mana kita di minta untuk menganalisis penyelesaian dari masalah yang ditampilkan. Pada soal tersebut disajikan hanya berupa deskripsi tidak ditampilkan gambar sebagai bentuk ilustrasi, hal ini dimaksudkan agar siswa terlatih dalam mengandalkan kemampuan berpikir dan berkreasi sehingga dapat memvisualisasikan sendiri apa yang dimaksud dari soal menggunakan informasi yang ada. 

Soal jenis ini tidak serta merta hanya menggunakan konsep matematika saja, namun dikembangkan dengan menggabungkan atau mengkolaborasikan dengan mata pelajaran lain, dalam hal ini adalah fisika, sebab dalam soal terdapat keterangan "mencari kecepatan". Hal ini merupakan suatu bentuk eksplorasi soal sehingga menghasilkan suatu bentuk soal yang lebih baru dan fresh namun sebenarnya masih dalam konsep biasa (kesebangunan).

Dapat kita bandingkan dari pada kedua tipe soal di atas. Di mana, soal tipe 1 merupakan soal yang biasanya diberikan kepada siswa dengan maksud hanya mengaplikasikan rumus atau aturan yang diberikan baik dari penjelasan guru maupun yang tertera dalam buku konvensional. Soal tipe ini hanya mewajibkan siswa hafal akan rumus namun tidak dengan pemahaman secara mendalam mengenai konsep dan pengembangannya dari materi yang diajarkan, siswa tidak mengekplorasinya lebih jauh. 

Berbeda halnya dengan tipe soal 2, di mana soal tersebut dibuat dan divariasi sedemikian rupa dengan memadukan konsep matematika dikolaborasikan dengan konsep dari mata pelajaran lain (fisika) yang menjadikannya seperti suatu soal yang baru. Hal ini menuntut siswa agar memahami terlebih dahulu mengenai konsep dasar, kemudian siswa dapat menyelesaiakannya menggunakan persepektif dan wawasan yang dipahami dengan menganalisis, memvisualisasikan secara kreatif sebagai bentuk penunjang untuk lebih mudah dalam penyelesaian soal tersebut. 

Soal tipe ini juga menuntut siswa agar berpikir secara kritis, dapat dilihat bahwa ada informasi yang tidak disertakan dalam soal tersebut mengenai keterangan lebar dari lapangan pertama, sehingga siswa harus jeli dalam menganalisis soal tersebut, juga dengan menggunakan keterampilannya mengolah informasi yang disediakan sebagai bantuan dalam mengerjakan soal yang diberikan. Soal ini juga ditujukan agar siswa menggunakan wawasan mereka mengenai mata pelajaran lain dan secara deduktif dapat dipergunakan dalam menyelesaikan masalah atau soal yang terkait dengan materi tersebut.

     Manfaat, tujuan, dan pentingnya penerapan HOTS

     Manfaat

     Dengan adanya penerapan HOTS tersebu, siswa diharapkan dapat memiliki dan mengembangkan kemampuannya dalam mencari informasi yang dibutuhkan, dapat melakukan penilaian dan evaluasi terhadap masalah yang disajikan, siswa dapat mengorganisir atau mengolah dan mengatur segala hal sehinga dapat menciptakan suatu alternatif yang dapat digunakan sebagai bentuk penyelesaian, memiliki kemampuan bernalar dan berlogika secara dedukif serta beranalogi, dapat menciptakan ide-ide baru melalui kemampuan berpikir kritis yang mana berdampak kepada siswa sehingga memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah.

     Tujuan dan Pentingnya Penerapan HOTS

     Tujuan dan penting adanya penerapan metode atau konsep HOTS ini dapat dilihat dari pengkategorian pada Taksonomi Bloom, di mana siswa diharapkan mampu meningkatkan taraf berfikirnya dari kemampuan menganalisis sampai pada tahap berkreasi denngan mencipta, hal ini tentunya tidak terlepas dengan tuntutan perkembangan sistem pendidikan (Pembelajaran Kontemporer) di mana siswa harus menggunakan kemampuan berfikirnya dalam menghadapi segala permasalahan yang dianggap baru, perkembangan tersebut mengharuskan adanya peningkatan kualitas guru dalam memberikan pembelaran, yaitu dalam hal pemberian materi yang senantiasa harus diberi suatu pembaharuan walaupaun  dengan materi yang biasa. 

Hal itu juga sejalan juga dengan masuknya ke era globalisasi yang pastinya penuh dengan tantangan baru baik secara eksternal maupun kesiapan dari manusia itu sendiri (siswa), maka dari itu penerapan sistem HOTS dalam pembelajaran kontemporer tersebut khususnya pada mata pelajaran matematika di jenjang SMA, di rasa sangatlah penting, guna membiasakan siswa meghadapi dan menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan logika dan daya pikir lebih yang mereka punyai.

     Strategi yang dapat dilakukan Guru dalam Penerapan HOTS

  • Guru memberikan suatu permasalahan yang divariasikan dengan informasi yang seperlunya, namun mengasah siswa untuk menggali lebih dalam informasi yang diperlukan. Hal ini mendorong kemampuan berpikir kritis siswa, kemampuan mengevaluasi, dan menganalisis.
  • Guru memberikan soal atau permasalahan dengan metode Open-Ended yang mana menguji tingkat keluasan wawasan dari siswa, bertujuan agar siswa berpikiran menurut sudut pandang mereka dan kekreatifan mereka  namun masih dalam konsep yang benar.
  • Guru memberikan tugas di mana siswa diminta memberikan contoh secara khusus, kemudian mereka diminta untuk menggeneralisasikannya.
  • Guru memberikan pembelajaran berbasis Project Based Learning.
  • Penerapan penggunaan permasalahan tebimbing (Scaffolding).

     Korelasi Antara Penerapan HOTS dengan Pembelajaran Matematika Kontemporer

     Dapat dilihat dari tujuan yang ingin dicapai dalan penerapan konsep HOTS yang mana melatih atu membangun keterampilan dan kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi sehingga akan lebih mendalami dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru (soal matematika SMA), yang mana dirancang dan divariasikan sedemikan rupa, memacu siswa untuk berpikir secara kritis dan menggunakan pandangannya sesuai dengan pemahaman konsep mendasar yang dibangun. Hal ini sejalan dengan karakteristik dari pembelajaran matematika kontemporer, di mana pembelajarannya mengedepankan datau berfokus pada pemahaman konsep daripada secara langsung mengaplikasikan rumus atau aturan terhadap masalah yanh diberikan. Selain itu, ciri khas lainnya dari pembelajaran matematika kontemporer adalah mendorong siswa untuk berpikir secara deduktif, yang mana siswa harus meningkatkan dan menggunakan kemampuan berpikir kritis, kemampuan analisisnya, serta kemampuan beranalogi secara logis demi tercipta suatu hasil yang sesuai dengan konsep dari permasalahan yang disajikan.

     Kesimpulan 

     Setiap lembaga pendidikan dan juga pendidik di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesa pasti sangat memperhatikan bagaimana jalannya proses transfer ilmu dari guru kepada siswa dengan memperhatikan perubahan akibat dari perkembangan zaman.  Selain itu, berdasar pada cita-cita dan tujuan para leluhur, di mana negeri ini harus melahirkan bangsa yang cerdas, adanya tututan sebab pengaruh perkembangan era globalisasi, maka perlu adanya suatu perkembangan sistem pembelajaran, salah satunya adalah pengengembangan sistem atau konsep ajar yang diberlakukan guru terhadap siswanya yang selaras dengan perkembangan sistem pendidikan yang diadakan oleh pusat.

     Pengubahan dan pengembangannya harus berfokus mengikuti atmosfer kemajuan dunia baik dari segi kemodernan teknologinya maupun kemajuan dari Sumber Daya Manusianya. Hal tersebut diwujuadkan dengan pengembangan Pembelajaran yang semula dilakukan secara tradisional, dikembangkan menjadi Pembelajara secara kontemporer. Pembelajaran kontemporer berfokus kepada pemahaman dasar mengenai suatu konsep dan suatu pembelajaran yang membangun pengalaman bermakna dalam proses belajar sejalan dengan konsep Konstruktivisme. Dari konsep ini, maka beberapa karekteristik dari Pembelajaran secara Kontemporer adalah lebih mengutamakan pemahaman konsep, menuntut siswa berpikiran secara luas, serta memiliki kemampuan dan keterampilan berpikir secara mendalam serta deduktif (dari hal-hal khusus, kemudian digeneralisasikan (secara umum )).

     Salah satu bentuk nyata dari Pembelajaran Kontemporer tersebut yaitu, mulai diterapkannya konsep HOTS (High Order Thinking Skill). HOTS itu sendiri diterapkan dengan tujuan untuk membentuk siswa dalam hal kemampuan dan ketrampilan menggunakan logika mereka, kemampuan berpikir secara kritis dan deduktif, mengembangkan pandangan siswa agar lebih luas, serta melatih mereka dalam berlogika dan beranalogi.

     Konsep HOTS ini didasarkan pada tingkatan berpikir oleh Taksonomi Bloom yang sudah direvisi, di mana taksonomi tersebut membahas mengenai kemampuan manusia (siswa) berpikir tingkat tinggi yang mana meliputi kemampuan dalam menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan (berkreasi). Tingkatan dalam pendidikan yang dirasa rata-rata sudah mampu melakukan dan memaksimalkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, salah satunya pada tingkatan pendidikan atau pada jenjang SMA (sekolah Menengah Atas) yang mana secara psikologis, rata-rata sudah mengalami perkembangan menuju kedewasaan dalam berfikir. Perbedaan yang kentara dari pembelajaran tradisional dan pembelajaran kontemporer adalah pada saat pengajaran, misal kita ambil mata pelajaran matematika. Pada pembelajaran matematika tradisional, guru hanya melakukan sekedar transfer ilmu kepada siswanya secara satu arah atau standar, hanya memberlakuakan sistem pengaplikasian rumus atau aturan secara langsung. Berbeda dengan pembelajaran kontemporer yang dibasiskan dengan HOTS, di mana pembelajaran maupun pengujian dilakukan dengan penuh variasi dan menuntut siswa berperan aktif sebagai media diskusi serta menggunakan pandangan mereka. Selain itu pembelajaran berbasis HOTS ini sangat memperhatikan umpan balik dari siswa berupa pemahaman konsep tidak hanya sekedar nilai. Seperti yang kita ketahui bahwa pembelajaran mata pelajaran matematika harus dilakukan dengan sebaik mungkin, sebab apabila guru salah dalam menerapkan metode ajar, maka akan menyebabkan ketidakpahaman siswa terhadap materi yang diberikan yang nantinya dapat mengakibatkan timbul adanya kesalahpahaman. Namun pembelajaran berbasis HOTS ini berfokus pada pemahaman konsep, sehingga hal-hal negatif tersebut dapat diminimalisir. Selain itu, HOTS ini juga menuntut siswa agar dapat menyelesaikan berbagai bentuk variasi dari permasalahan yang diberikan. Guru dapat melakukan strategi-strategi yang dirasa sesuai untuk memaksimalkan penerapan HOTS pada Pembelajaran Kontemporer dalam hal ini mata pelajaran matematika SMA. Dapat kita lihat bahwa penerapan HOTS ini sejalan dengan karakteristik Pembelajaran Kontemporer agar tercipta suatu suasana pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

     Dalam mengahadapi perubahan yang akan terjadi, perlu adanya suatu langkah persiapan. Melalui pembaruan sistem pendidikan yang disesuaikan dengan atmosfer perkembangan dunia (kontemporer), maka akan terbentuk insan yang berkemampuan dan berketerampilan dalam berpikir tingkat tinggi untuk menyelesaikan permasalahan. Kemampuan dan keterampilan tersebut tentunya mengalami proses, yaitu dengan perubahan sistem transfer ilmu. Sesuatu dengan input yang baik ditambah dengan pendukung (sistem) yang terpadu, maka akan menghasilkan output yang maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun