Mohon tunggu...
Julaikah Subianto
Julaikah Subianto Mohon Tunggu... Guru - Guru di Yayasan Pupuk Kaltim

Menulis itu menyenangkan. Menulis tentang apa saja yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Surat Cinta untuk Hanni

24 Juni 2023   20:32 Diperbarui: 24 Juni 2023   21:43 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nak, apa kabarmu hari ini? Semoga engkau baik-baik saja. Tetap dalam pelukan dan kasih sayang Allah, Tuhan kita yang Mahahebat.

Kemarin, sepanjang pagi itu, adalah detik detik yang sangat menegangkan. Pengumuman kelulusan masuk PTN yang dinanti-nanti akan segera dibuka. Menanti jarum jam berputar seperti menunggu misiu terlepas dari selongsongnya. Galau. Perasaan bercampur aduk antara yakin dan bimbang. Antara harap dan pasrah.

Ketika saatnya tiba, engkau tampak antusias membuka gawaimu. Dengan lincah jarimu yang lentik itu menekan tuts huruf di keyboard. Sedangkan ibumu ini,  tidak berani sedikitpun menatap layar gawai berwarna biru itu. Yah... ibumu ini memang tidak seberani engkau, Nak. Ibu harus menata hati lebih dahulu, agar bisa menerima kenyataan jika seandainya hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Ah, mungkin karena ibu terlalu berharap!

Berbeda dengan ibu. Tanpa mengulur waktu lagi, tepat pukul 15.00 WIB, segera kau buka link pengumuman itu. Sejenak raut wajahmu terlihat datar. Lalu dengan santai kau bisikkan ke telinga ibu, "Aku belum dapat, Bu. Maaf ya."

Seketika ada udara panas menjalar ke ulu hati ibu. Jantung seakan berhenti sejenak. Kecewa? Bisa iya, bisa juga bukan. Ibu hanya merasa trenyuh kepadamu. Berbulan-bulan lamanya engkau telah berusaha mempersiapkan diri untuk menghadapi tes itu. Namun, usahamu belum membuahkan hasil sesuai harapan kita, iya harapan kita. Allah tidak mengizinkan engkau kuliah di universitas pilihanmu di jalur itu. Ibu lihat ada kecewa di raut wajahmu, namun itu hanya sesaat. Mungkin karena sebelumnya engkau sudah diterima di salah satu perguruan tinggi swasta terbaik di Kota Gudeg. Hasil pengumuman itu  membuat hati ibu semakin yakin, bahwa perguruan tinggi itu adalah yang terbaik untukmu.

Percayalah, ini keputusan terbaik yang Allah berikan. Allah telah menentukan jalan suksesmu dengan cara-Nya. Dan ibu 100% meyakini itu. Engkau telah melakukan yang Allah minta "ikhtiar dan berdoa". Selanjutnya kita bertawakkal, serahkan semua urusan kepada-Nya. Sesungguhnya Allah telah mempersiapkan hadiah terindah untuk kesabaranmu karena mampu menerima ketetapan-Nya dengan lapang dada. Itu hebat, Nak.

Palu telah diketok. Langkah selanjutnya harus segera dirancang. Jangan buang waktu! Bergegaslah menyiapkan bekal yang kau butuhkan dalam perkuliahan nanti. Keranjang doa jangan lupa dibawa serta. Ayah dan ibu akan selalu mengisinya dengan doa-doa terindah untukmu.
    Semoga Allah membimbing dan melindungi setiap langkahmu.
    Semoga Allah menjaga jiwa raga dan imanmu ketika ayah dan ibu tidak ada di sampingmu.
    Semoga Allah memberikan ilmu yang bermanfaat untuk menebar kebaikan bagi sesama.
Aamiin ya Rabb....

Ibarat sebuah pelayaran, engkau telah menentukan pulau yang kau tuju. Di sana terhampar harapan dan masa depanmu. Maka tetap fokuslah kepada tujuanmu itu. Jika bahtera yang engkau tumpangi harus berlabuh sebelum sampai di tujuan. Jangan berhenti di sana!
Jangan putus asa lalu menyerah! Lekas mencari  kendaraan lain yang bisa mengantarmu ke pulau impianmu.

Selamat menempuh perjalanan, Nak. Jalani dengan segenap jiwa raga, ikhlas, dan gembira. Jangan pernah ragu,  Allah yang Mahabaik akan selalu ada, menjaga setiap langkah kakimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun