Cerpen Komedi
Besok ujian. Buku setebal 361 halaman itu belum kujamah. Aku benci hafalan. Tetapi aku suka menghafal deretan nama-nama mantanku. Aku juga tidak suka peta buta. Tapi aku sering terjerumus cinta buta. Â
"Den, ada tamu," kata ibuku.
Pak Sarwo, dosenku yang beristri dua itu sudah duduk manis di ruang tamu.
"Bapak? Mohon maaf, ada apa ya, Pak?" tanyaku.
Pak Sarwo hanya tersenyum nakal. Â
"Engga apa-apa, cuma pengin ketemu kamu saja," jawabnya santai.
"Maaf ya, Pak. Saya lagi belajar," kataku sambil menahan emosi.
"Oke, Bapak pulang. Tapi jawab dulu pertanyaan Bapak," kata Pak Sarwo dengan serius.
"Baiklah, Bapak mau tanya apa?" aku mulai geram.
"Apakah kamu bersedia Bapak lamar, Den?" jawab Pak Sarwo.
"Tolong jangan main-main, Pak. Maaf, saya harus belajar," kubanting bukuku di meja tamu.