Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tertib Bernegara, Apakah Sesulit Itukah Mengurai Pagar Laut Ilegal?

30 Januari 2025   17:52 Diperbarui: 30 Januari 2025   17:52 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagar laut misterius dari bambu di Kampung Kohot, Desa Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Kamis (9/1/2025). | KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN

Kasus pagar laut ilegal di perairan Tangerang, Banten, sepanjang 30 km lebih, menjadi sorotan tajam di awal tahun 2025. Bagaimana mungkin struktur sepanjang itu bisa dibangun tanpa terdeteksi dan tanpa izin yang jelas? Pertanyaan ini menjadi tamparan keras bagi kita semua tentang bagaimana kita bernegara dan menegakkan hukum.

Pagar Laut Ilegal: Ancaman Nyata Bagi Lingkungan dan Nelayan

Pagar laut ilegal di Tangerang, yang membentang sepanjang 30,16 kilometer dari Desa Muncung hingga Desa Pakuhaji, telah menjadi ancaman nyata bagi lingkungan dan nelayan. Pagar ini, yang terbuat dari bambu berlapis-lapis setinggi enam meter, diperkuat dengan paranet dan karung pasir, membentuk labirin yang sulit ditembus.

Dampak negatif pagar laut ilegal ini sangat signifikan. Bagi nelayan, pagar ini menghalangi jalur perahu mereka, memaksa mereka menempuh rute yang lebih jauh untuk mencapai area tangkapan. Akibatnya, waktu melaut berkurang dan hasil tangkapan menurun drastis, mengancam mata pencaharian ribuan nelayan kecil yang bergantung pada laut.

Tak hanya itu, pagar laut ini juga merusak lingkungan. Bambu yang terendam air laut akan membusuk dan mencemari air, mengubah komposisi kimiawi perairan. Pagar ini juga mengganggu pergerakan alami ikan dan organisme laut lainnya, mengubah pola migrasi ikan dan berpotensi merusak keseimbangan ekosistem.

Pemasangan pagar laut ilegal ini diduga kuat terkait dengan proyek reklamasi ilegal. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai tata kelola ruang publik dan keadilan sosial. Mengapa kepentingan ekonomi sesaat harus mengorbankan hak-hak masyarakat pesisir dan keberlanjutan lingkungan?

Kasus pagar laut ilegal di Tangerang ini adalah contoh nyata dari kompleksitas masalah pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia. Tumpang tindih penataan, lemahnya pengawasan, dan kurangnya ketegasan hukum menjadi beberapa faktor yang menyebabkan masalah ini sulit diurai.

Diperlukan tindakan tegas dari pemerintah dan aparat penegak hukum untuk membongkar pagar laut ilegal ini dan mengusut tuntas pihak-pihak yang bertanggung jawab. Selain itu, perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap tata ruang dan pengelolaan wilayah pesisir untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan.

Kasus pagar laut ilegal di Tangerang juga menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Pembangunan yang berkelanjutan harus menjadi prioritas utama, bukan hanya menguntungkan segelintir pihak, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat luas dan generasi mendatang.

Mengapa Sulit Mengungkap Dalang dan Menegakkan Hukum?

Kasus pagar laut ilegal di Tangerang menjadi contoh konkret betapa sulitnya mengungkap dalang dan menegakkan hukum di Indonesia. Padahal, pelanggaran sudah jelas terlihat, namun hingga kini, aktor intelektual di balik pembangunan pagar laut tersebut belum juga terungkap.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan ini. 

Pertama, kompleksitas kasus. Pembangunan pagar laut melibatkan berbagai pihak, mulai dari pengembang, pemilik lahan, hingga pejabat terkait. Mengungkap keterlibatan masing-masing pihak membutuhkan penyelidikan yang mendalam dan teliti.

Kedua, potensi adanya "permainan" di balik layar. Tidak menutup kemungkinan ada praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang menyulitkan penegak hukum untuk mengungkap kebenaran. Pihak-pihak yang terlibat mungkin memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar, sehingga mereka dapat menghalangi proses hukum.

Ketiga, kelemahan penegakan hukum. Aparat penegak hukum seringkali dianggap tidak profesional, kurang kompeten dan konsisten, atau bahkan terlibat dalam praktik KKN. Hal ini tentu saja menghambat upaya penegakan hukum yang efektif.

Mengurai Pagar Laut Ilegal Tangerang: Tantangan dan Solusi

Kasus pagar laut ilegal di Tangerang menjadi sorotan tajam terkait carut-marut tata ruang dan lemahnya pengawasan di wilayah pesisir Indonesia. Pagar laut yang membentang sepanjang 30 kilometer ini tidak hanya melanggar peraturan, tetapi juga merusak ekosistem laut dan mengancam mata pencaharian nelayan. Lantas, mengapa persoalan ini seolah sulit diurai?

Salah satu tantangan utama adalah kompleksitas permasalahan yang melibatkan berbagai aktor dan kepentingan. Pagar laut ilegal ini diduga dibangun oleh pengembang properti untuk memperluas lahan bisnis mereka. Keterlibatan oknum pejabat dalam proses perizinan dan pengawasan juga menjadi faktor penghambat penyelesaian kasus ini. Lalu, lemahnya koordinasi antarinstansi terkait dan tumpang tindihnya kewenangan juga mempersulit penegakan hukum.

Namun, bukan berarti persoalan ini tidak dapat diselesaikan. Beberapa solusi dapat diupayakan untuk mengatasi permasalahan pagar laut ilegal di Tangerang. 

Pertama, penegakan hukum yang tegas dan transparan harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Semua pihak yang terlibat, termasuk pengembang, pejabat, dan pihak terkait lainnya, harus bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Kedua, perbaikan tata ruang dan pengawasan di wilayah pesisir sangat penting. Pemerintah daerah dan pusat harus bekerja sama untuk menyusun rencana tata ruang yang jelas dan detail, serta meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan pembangunan di wilayah pesisir.

Ketiga, pemberdayaan masyarakat pesisir juga merupakan kunci penting. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses pengawasan dan pengambilan keputusan terkait pengelolaan wilayah pesisir. Dengan demikian, mereka dapat menjadi garda terdepan dalam mencegah praktik ilegal seperti pembangunan pagar laut ilegal.

Keempat, sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan laut dan peraturan terkait tata ruang pesisir perlu terus dilakukan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak negatif dari pembangunan ilegal di wilayah pesisir.

Dengan upaya yang komprehensif dan melibatkan seluruh elemen masyarakat, bukan tidak mungkin persoalan pagar laut ilegal di Tangerang dapat diatasi. Hal ini juga menjadi momentum penting untuk memperbaiki tata kelola wilayah pesisir di Indonesia agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

Tertib Bernegara: Tanggung Jawab Kita Bersama

Pagar laut ilegal menjadi masalah krusial yang mengancam kedaulatan maritim Indonesia. Pemasangan pagar-pagar ini tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga merusak ekosistem laut dan mengganggu aktivitas nelayan tradisional. Namun, mengapa upaya penertiban pagar laut ilegal terkesan sulit dan tidak efektif?

Salah satu penyebabnya adalah kompleksitas masalah ini. Pagar laut ilegal seringkali dipasang oleh pihak-pihak yang memiliki modal besar dan jaringan yang luas. Mereka mungkin melibatkan oknum aparat atau pejabat yang korup, sehingga menciptakan lingkaran setan yang sulit ditembus. Lalu, kurangnya koordinasi antar instansi terkait juga menjadi kendala.

Di sisi lain, penegakan hukum yang lemah dan tidak tegas juga menjadi faktor penghambat. Pelaku pemasangan pagar laut ilegal seringkali hanya dikenakan sanksi administratif atau denda yang ringan, sehingga tidak memberikan efek jera. Padahal, perbuatan mereka telah merugikan negara dan masyarakat secara luas.

Lantas, apakah kita akan terus membiarkan praktik ilegal ini merajalela? Tentu tidak. Dibutuhkan komitmen dan tindakan nyata dari semua pihak, baik pemerintah, aparat penegak hukum, maupun masyarakat. 

Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan meningkatkan pengawasan di wilayah perairan. Aparat penegak hukum harus bertindak tegas dan tidak pandang bulu dalam menindak pelaku pelanggaran. Masyarakat juga harus berperan aktif dalam melaporkan praktik ilegal ini kepada pihak berwenang. Dengan sinergi dan kesadaran bersama, kita bisa mengurai pagar laut ilegal dan menjaga kedaulatan serta kekayaan laut Indonesia.

Kesimpulan

Kasus pagar laut ilegal di Tangerang adalah pengingat bagi kita semua bahwa masih banyak PR yang harus diselesaikan dalam membangun negara yang tertib dan berkeadilan. Mari kita mulai dari diri sendiri dan terus berupaya untuk menjadi warga negara yang baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun