Membuat kompos adalah salah satu cara paling efektif untuk mengelola sampah organik. Gen Z seringkali memiliki tempat kompos kecil di apartemen atau rumah mereka.Â
Sisa makanan, kulit buah, dan potongan sayuran yang tidak dapat dikonsumsi diolah menjadi kompos yang kaya nutrisi untuk tanaman. Kompos ini dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman di kebun atau pot tanaman di rumah.
Di samping itu, Gen Z juga sangat peduli dengan pemilihan produk. Mereka lebih memilih produk yang berumur panjang, dapat diperbaiki, dan terbuat dari bahan alami.Â
Sebelum membeli suatu produk, mereka akan melakukan riset terlebih dahulu untuk mengetahui asal usul produk tersebut, proses produksinya, dan dampaknya terhadap lingkungan. Mereka juga tidak ragu untuk mendukung merek-merek yang transparan dan bertanggung jawab.
Salah satu tantangan terbesar dalam menerapkan gaya hidup zero waste adalah ketersediaan produk tanpa kemasan. Namun, Gen Z tidak menyerah.Â
Mereka sering mengunjungi pasar tradisional untuk membeli bahan makanan segar tanpa kemasan, atau bergabung dengan kelompok belanja bersama untuk membeli produk dalam jumlah besar dan membagi kemasannya. Beberapa bahkan membuat produk pembersih sendiri menggunakan bahan-bahan alami yang mudah ditemukan.
Dengan semangat yang tinggi dan kreativitas yang tak terbatas, Gen Z telah membuktikan bahwa gaya hidup zero waste bukan hanya sebuah tren, tetapi sebuah gerakan yang terus berkembang.Â
Mereka menginspirasi orang-orang di seluruh dunia untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan mengambil tindakan nyata untuk melindungi planet kita.
Tantangan dan Solusi
Meskipun semangat untuk hidup tanpa sampah semakin membara, generasi Z masih menghadapi sejumlah tantangan dalam menerapkan gaya hidup zero waste.Â
Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan infrastruktur pendukung. Tidak semua daerah memiliki fasilitas pengolahan sampah yang memadai, seperti tempat pemilahan sampah yang mudah diakses atau program komposting komunitas.Â