Anak-anak pun tidak ketinggalan, mereka membantu orang tua mereka dengan senang hati. Setelah menyelesaikan pekerjaan di ladang, mereka kembali ke rumah untuk menikmati hasil jerih payah mereka.Â
Suasana makan malam bersama keluarga menjadi momen yang sangat berharga, di mana mereka berbagi cerita dan mempererat tali silaturahmi.
Di sore hari, ketika matahari mulai terbenam, masyarakat desa biasanya berkumpul di balai desa atau di bawah pohon rindang. Mereka berbincang-bincang, bertukar pikiran, dan menyelesaikan masalah bersama-sama.Â
Gotong royong menjadi nilai yang sangat dijunjung tinggi dalam masyarakat desa. Ketika ada warga yang mengalami kesulitan, seluruh warga desa akan bahu-membahu untuk membantu.
Selain bekerja di sektor pertanian, masyarakat desa juga memiliki berbagai kegiatan sampingan yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan. Misalnya, membuat kerajinan tangan dari bahan-bahan alami seperti bambu, kayu dan bahan alami lainnya.
Produk kerajinan tangan ini kemudian dijual ke pasar atau kepada wisatawan yang berkunjung ke desa. Ada juga yang beternak lebah untuk menghasilkan madu, atau mengolah hasil pertanian menjadi produk makanan olahan seperti keripik, manisan, atau selai.
Kehidupan di desa mengajarkan kita untuk menghargai setiap nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Mereka hidup sederhana namun bahagia.Â
Mereka tidak pernah mengeluh atas kekurangan yang mereka miliki, justru mereka selalu bersyukur atas apa yang sudah mereka dapatkan. Mereka hidup rukun dan damai dengan alam dan sesama manusia.
Keunggulan Hidup di Desa
Kehidupan di desa menawarkan kebebasan yang tak ternilai. Bayangkan bangun di pagi hari ditemani kicau burung, menghirup udara segar, lalu berjalan kaki menuju kebun untuk memetik buah segar untuk sarapan.Â
Tidak ada kemacetan, tidak ada polusi, hanya ketenangan dan keindahan alam yang mengelilingi. Di desa, kita bisa lebih dekat dengan alam, menanam tanaman sendiri, memelihara hewan ternak, dan menikmati hasil jerih payah kita.Â